
Sign up to save your podcasts
Or


Nats Alkitab : Yohanes 10:28-29
Penulis : Pdt. Ang Tjoe Mio
Ada kisah di balik lagu Kidung Jemaat No. 388 “S’lamat di Tangan Yesus” (terjemahan dari Safe in the Arms of Jesus) yang diciptakan oleh Fanny Crosby. Crosby menulis lagu ini sebagai respons atas kematian seorang bayi yang dikasihinya. Ia menggambarkan betapa tenangnya jiwa yang percaya berada dalam perlindungan Kristus, bahkan saat dalam keadaan dukacita sekalipun.
Crosby berkata: "Lagu ini adalah gambaran tentang rasa aman yang sempurna di dalam dekapan Yesus, baik untuk yang masih hidup maupun yang telah meninggal." Di dalam kegelapannya, Crosby mengimani bahwa tak seorang pun yang mampu merebut jiwanya dari dekapan kasih-Nya. Bahkan kita mengenal Crosby sebagai seorang tuna netra memberikan pernyataan yang sangat menyentuh hati: “Jika saya harus memilih apakah harus melihat atau tetap buta? Saya memilih untuk tetap buta, supaya ketika nanti saya di surga, wajah pertama yang saya lihat adalah Juruselamat saya.” Crosby meletakkan rasa amannya bukan pada apa yang sementara dan yang terlihat. Namun dengan mata imannya melihat Kristus yang selalu memegang tangannya.
Mungkin saat ini Anda merasa bahwa apa yang Anda miliki dapat diandalkan. Dan apa yang Anda punyai memberikan rasa nyaman serta aman. Tetapi ingatlah bahwa semua itu fana dan tidak bernilai kekal. Bila semuanya hilang, apa yang masih tertinggal? Oleh karena itu letakkanlah rasa amanmu hanya dalam dekapan tangan-Nya yang kekal. Hanya Dialah yang dapat diandalkan dan sanggup memberikan rasa aman sempurna.
“Aman di tangan Yesus, aman dijaga-Nya; rasa jiwaku damai, dan berbahagia”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Di manakah rasa aman yang sejati itu kita dapatkan?
2. Bagaimana firman Tuhan hari ini merombak fondasi kepercayaan Anda selama ini?
By Gereja Kristen Jakarta5
22 ratings
Nats Alkitab : Yohanes 10:28-29
Penulis : Pdt. Ang Tjoe Mio
Ada kisah di balik lagu Kidung Jemaat No. 388 “S’lamat di Tangan Yesus” (terjemahan dari Safe in the Arms of Jesus) yang diciptakan oleh Fanny Crosby. Crosby menulis lagu ini sebagai respons atas kematian seorang bayi yang dikasihinya. Ia menggambarkan betapa tenangnya jiwa yang percaya berada dalam perlindungan Kristus, bahkan saat dalam keadaan dukacita sekalipun.
Crosby berkata: "Lagu ini adalah gambaran tentang rasa aman yang sempurna di dalam dekapan Yesus, baik untuk yang masih hidup maupun yang telah meninggal." Di dalam kegelapannya, Crosby mengimani bahwa tak seorang pun yang mampu merebut jiwanya dari dekapan kasih-Nya. Bahkan kita mengenal Crosby sebagai seorang tuna netra memberikan pernyataan yang sangat menyentuh hati: “Jika saya harus memilih apakah harus melihat atau tetap buta? Saya memilih untuk tetap buta, supaya ketika nanti saya di surga, wajah pertama yang saya lihat adalah Juruselamat saya.” Crosby meletakkan rasa amannya bukan pada apa yang sementara dan yang terlihat. Namun dengan mata imannya melihat Kristus yang selalu memegang tangannya.
Mungkin saat ini Anda merasa bahwa apa yang Anda miliki dapat diandalkan. Dan apa yang Anda punyai memberikan rasa nyaman serta aman. Tetapi ingatlah bahwa semua itu fana dan tidak bernilai kekal. Bila semuanya hilang, apa yang masih tertinggal? Oleh karena itu letakkanlah rasa amanmu hanya dalam dekapan tangan-Nya yang kekal. Hanya Dialah yang dapat diandalkan dan sanggup memberikan rasa aman sempurna.
“Aman di tangan Yesus, aman dijaga-Nya; rasa jiwaku damai, dan berbahagia”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Di manakah rasa aman yang sejati itu kita dapatkan?
2. Bagaimana firman Tuhan hari ini merombak fondasi kepercayaan Anda selama ini?