
Sign up to save your podcasts
Or


Nats Alkitab : Lukas 1:5-7
Penulis : Pdt. Bobby Messakh
“Jika kita memiliki Allah yang Mahakuasa, maka kata “mustahil”, hanyalah banyangan ketakutan manusia saja karena belum mengenal siapa Allah yang sebenarnya” (A.W. Tozer). Tozer, menjelaskan bahwa Allah bukan sekedar pengubah keadaan, tetapi pencipta kemungkinan baru di tengah ketidakmungkinan seperti yang dialami oleh Elizabet yang mandul.
Dalam salam pembuka Lukas menuliskan sebuah kalimat “pada zaman Herodes”.
Ini bukan sekadar penanda waktu, tapi menunjukan suasana penindasan, dan kekeringan rohani. Selama masa Herodes, bangsa Israel berada di bawah penjajahan Roma; kenabian sudah “diam” lebih dari 400 tahun. Namun di tengah kekosongan spiritual itu, Allah masih menemukan orang yang setia, namanya Zakharia dan nama istrinya Elisabet. Nama mereka memiliki arti yang mendalam secara spiritual. Zakharia artinya “Tuhan mengingat”. Elisabet artinya “Allah adalah sumpahku”. Dari nama-nama mereka sendiri sudah menubuatkan karya Allah, Tuhan mengingat sumpah-Nya bahkan ketika manusia lupa. Meski Zakharia dan Elisabet belum dikaruniai anak (mandul) tidak membuat iman mereka lemah, mereka tetap setia mengikuti segala perintahTuhan dengan tidak bercacat (ay.6) mereka yakin Tuhan akan mendengar doa mereka.
Apa yang dialami oleh pasangan Zakaharia dan Elisabet memperlihatkan bagaimana mereka mampu menghadapi ujian iman. Bukti dari tindakan iman dinyatakan dalam bentuk kesetiaan mengiring Tuhan dengan tidak bercacat. Setiap orang pasti memiliki pergumulannya masing-masing namun kadangkala karena beratnya tekanan hidup banyak orang menyerah. Di sinilah kita harus belajar dari keteguhan iman Zakharia dan Elisabet, masalah tidak seharusnya merorong iman kita, justru dalam kelemahan lah iman menjadi sempurna, saat kita berserah kepada Tuhan dengan segenap hati Ia akan menopang dengan kekuatan kuasa-Nya sehingga tiada yang mustahil bagi-Nya. Paulus berkata “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia, yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil.4:13).
“Tiada yang mustahil bagi Allah karena segalanya adalah mungkin bagi-Nya”
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
1. Bagimana cara saudara menghadapi berbagai pergumulan selama ini?
2. Melalui renungan ini, komitmen apa yang akan saudara ambil?
By Gereja Kristen Jakarta5
22 ratings
Nats Alkitab : Lukas 1:5-7
Penulis : Pdt. Bobby Messakh
“Jika kita memiliki Allah yang Mahakuasa, maka kata “mustahil”, hanyalah banyangan ketakutan manusia saja karena belum mengenal siapa Allah yang sebenarnya” (A.W. Tozer). Tozer, menjelaskan bahwa Allah bukan sekedar pengubah keadaan, tetapi pencipta kemungkinan baru di tengah ketidakmungkinan seperti yang dialami oleh Elizabet yang mandul.
Dalam salam pembuka Lukas menuliskan sebuah kalimat “pada zaman Herodes”.
Ini bukan sekadar penanda waktu, tapi menunjukan suasana penindasan, dan kekeringan rohani. Selama masa Herodes, bangsa Israel berada di bawah penjajahan Roma; kenabian sudah “diam” lebih dari 400 tahun. Namun di tengah kekosongan spiritual itu, Allah masih menemukan orang yang setia, namanya Zakharia dan nama istrinya Elisabet. Nama mereka memiliki arti yang mendalam secara spiritual. Zakharia artinya “Tuhan mengingat”. Elisabet artinya “Allah adalah sumpahku”. Dari nama-nama mereka sendiri sudah menubuatkan karya Allah, Tuhan mengingat sumpah-Nya bahkan ketika manusia lupa. Meski Zakharia dan Elisabet belum dikaruniai anak (mandul) tidak membuat iman mereka lemah, mereka tetap setia mengikuti segala perintahTuhan dengan tidak bercacat (ay.6) mereka yakin Tuhan akan mendengar doa mereka.
Apa yang dialami oleh pasangan Zakaharia dan Elisabet memperlihatkan bagaimana mereka mampu menghadapi ujian iman. Bukti dari tindakan iman dinyatakan dalam bentuk kesetiaan mengiring Tuhan dengan tidak bercacat. Setiap orang pasti memiliki pergumulannya masing-masing namun kadangkala karena beratnya tekanan hidup banyak orang menyerah. Di sinilah kita harus belajar dari keteguhan iman Zakharia dan Elisabet, masalah tidak seharusnya merorong iman kita, justru dalam kelemahan lah iman menjadi sempurna, saat kita berserah kepada Tuhan dengan segenap hati Ia akan menopang dengan kekuatan kuasa-Nya sehingga tiada yang mustahil bagi-Nya. Paulus berkata “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia, yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil.4:13).
“Tiada yang mustahil bagi Allah karena segalanya adalah mungkin bagi-Nya”
Pertanyaan Untuk Direnungkan:
1. Bagimana cara saudara menghadapi berbagai pergumulan selama ini?
2. Melalui renungan ini, komitmen apa yang akan saudara ambil?