Paulus menyemangati jemaat kota Corinth, yang suasananya tidak jauh berbeda dengan dunia modern saat ini. Kota yang memisahkan dua teluk, tempat pertemuan budaya barat dan timur dengan denyut ekonomi, budaya, bahkan kehidupan hedonisme yang marak. Dekat kota itu menjadi tempat pergelaran rutin olah raga besar seperti olimpiade saat ini. Kota ini memiliki tempat persembahan khusus bagi dewi ‘cinta’ bangsa Yunani, Aphrodite, yang malah mengembangkan maraknya praktek prostitusi (dengan dukungan uang). Kondisi kehidupan seperti ini yang dihadapi gereja awal besutan Paulus. Jemaat ini terdiri dari kumpulan bangsa Yahudi dan Yunani. Banyak dari mereka yang menghadapi bahaya berbalik pada pola hidup lama mereka. Disinilah Paulus mengingatkan untuk kuat dalam iman, yang bukan bergantung kepada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Roh Allah. Orang percaya menerima roh yang berasal dari Allah, bukan roh dunia, dan roh Allah inilah yang membuat jemaat memiliki pikiran Kristus (ayat 16).