Ayat 14-17 menunjukkan pesan tentang pentingnya merenungkan Sabda Allah: Kitab Suci memberikanmu hikmat (15) dan merenungkannya membuat pendewasaan iman terus bertumbuh. Saat surat ini ditulis, Kitab Suci sebagian besar adalah Perjanjian Lama, namun Gereja juga telah memiliki dan mengelompokkan beberapa ayat-ayat suci beberapa Injil dan beberapa surat Paulus. Ayat 14 mengingatkan untuk tetap berpegang kepada kebenaran yang telah diterima, diyakini, dan terus mengingat siapa saja yang mengajarkan kebenaran tersebut. Inilah yang dimaksud tradisi oleh Gereja. “Tradisi” tepatnya berarti apa yang kita terima dari para penatua/pujangga Gereja yang mengajarkan kebenaran. Pembacaan Kitab Suci tidak bisa lepas dari “Tradisi para rasul”, yang nota bene adalah “Tradisi Suci Gereja” dan ini adalah cara bagaimana memahami Kitab Suci. Seperti halnya Yesus sendiri, langsung saat kebangkitanNya dari maut, membuka rahasia kepada para rasul tentang cara baru membaca sejarah keselamatan manusia. Tradisi suci ini adalah dukungan kedua terhadap pertumbuhan iman. Semua ayat Kitab Suci diinspirasi oleh Roh Kudus (16) dan disanalah kita mencari pesan Allah kepada umatnya, bukan sekadar kejadian spekulasi personal. Roh yang telah memimpin GerejaNya adalah roh yang sama yang telah mengilhami para penulis Kitab Suci.