Kirin itu hanya seorang anak kecil berusi 5 tahun. Dia gemar bermain skateboard sejak pertama kali diajari oleh ayahnya. Meski nggak terlalu lihai, Kirin tetap suka bermain hingga jatuh berkali-kali.
Suatu hari, ayah Kirin mengajak untuk bermain di sebuah taman yang ada arena untuk bermain skateboard. Karena di sana cukup banyak orang yang bermain, Kirin tak langsung diperbolehkan begitu saja karena takut terkena papan skate.
Sembari menunggu keadaan arena tak begitu ramai, Kirin pun diajak untuk mengelilingi taman dengan menaiki skateboardnya. Kirin tentu saja sangat antusias. Sementara ayahnya mengikuti menggunakan sepeda yang disewakan.
Kirin terus mendorong papannya sampai membuat orang-orang yang melihatnya terpesona dengan Kirin.
Saat menuju di jalanan berbatu, Kirin pun berhenti dan menenteng skatenya. Karena jalan itu sudah hampir dekat dengan arena skate. Kirin pun berlari sesaat mendapati arena skate sudah tak seramai tadi.
Ayah Kirin mengejar menggunakan sepeda karena Kirin terlalu cepat berlari. Sampai akhirnya, dari arah berlawanan, ada sebuah motor besar yang berjalan dalam taman dengan kecepatan kencang.
Ayah Kirin sempat lihat bahwa pemotor itu sama sekali tidak dalam keadaan panik semacam motornya lepas kontrol. Melainkan tengah merokok sambil tertawa.
Melihat arah motornya yang sembarangan dan hampir menabrak orang-orang yang berjalan. Ayah Kirin berusaha untuk mengejar Kirin.
Kejadian berikutnya terjadi sangat cepat. Kirin terlindas motor besar itu sementara pemotor itu sendiri masih tetap melajukan motornya dengan tidak peduli. Melihat aksi gilanya itu, semua orang yang ada di taman pun mengejarnya.
Sementara Kirin, sudah tak lagi bisa diselamatkan lantaran tubuhnya yang langsung hancur tergeletak di rerumputan.