Hidup bersatu, sehati-sepikir antar anggota jemaat Kristiani hendaknya didasarkan pada kerendahan hati dan pemahaman terhadap orang lain. Di sini, Paulus memberi teladan rahasia eksistensi pengikut Kristus: lihatlah kedalam diri dengan penuh kerendahan hati dan kerjakan tugasmu dengan ikhlas, bukan melalui persaingan ataupun untuk kemulian diri sendiri. Seperti jalan Kristus sendiri; dari Allah menjadi manusia, dari kaya menjadi miskin, dari yang utama menjadi yang terakhir, dari guru menjadi pelayan. Tuhan Yesus memilih bersama yang paling hina, miskin, tersingkir, pendosa. Jalan Kristus ini hendaknya menjadi jalan para muridnya. Jalan yang berbeda dari kebanyakan pilihan orang namun yang dipilih Kristus sendiri sebagai teladan bagi kita. Yesus tak menganggap diriNya setara dengan Allah; misteri putera Allah yang menjadi ciptaan. Kristus adalah manusia baru, yang ditinggikan Allah di atas segalanya, dan keberadaan sang putera melekat pada penderitaan dan keterbatasan bahkan sampai pada kehampaan/kekosongan total. Itulah sebabnya Allah meninggikanNya. Kerendahan hati dan ketaatan Kristus adalah syarat akan kemuliaan yang diterima. Ayat 12 bukan semata tentang ajaran takut akan Tuhan, melainkan ajakan untuk bersuka cita karena kita bukan lagi hamba (yang memiliki sifat penakut), namun telah diterima sebagai anak-anak Allah (Rom 8:15). Sadarlah bahwa Allah bekerja di dalam dirimu melalui kehendak-kehendak baik dirimu. Oleh karenanya, hiduplah di hadirat Allah di setiap waktu.