Semua bermula dari niat. Niat membangun hidup berumah tangga yang bahagia. Niat menambah kualitas diri lewat pendidikan. Niat hidup lebih sehat. Namun, niat saja tidak cukup. Perlu ada komitmen dan tindakan untuk mewujudkannya, sekalipun bukannya tanpa kendala.

Pengertian kita tentang hidup, orang lain, termasuk pasangan kita sesungguhnya memiliki keterbatasan. Namun, ada saja orang yang menganggap dirinya bijaksana, sudah tahu segalanya, padahal ia tidak tahu apa-apa! Seandainya tahu, apa yang ia ketahui itu ternyata salah. Karena itu, penting untuk kita senantiasa bersikap rendah hati, dan menaruh percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati pada setiap waktu.

Tidak semua yang kita harapkan bisa terwujud. Adakalanya kita kecewa karena realita berkebalikan dengan apa yang kita harapkan. Namun, lewat firman Tuhan dalam kitab Habakuk, kita diajak untuk dapat tetap bersukacita di tengah-tengah kesulitan, kekecewaan, dan penderitaan yang sedang kita alami.

Hidup yang semua orang jalani hanya sekali. Pertanyaannya, apa yang membuat hidup kita bernilai? Bagaimana seharusnya kita mengisi hari-hari hidup kita? Setiap kita hanya hidup sekali saja, tapi saat hidup yang sekali ini kita isi dengan melakukan hal-hal yang benar, maka sekali saja cukup.

Sudah punya ini, ingin punya itu. Sudah punya itu, ingin yang lebih dari itu. Begitulah keinginan manusia tidak pernah ada habisnya. Manusia selalu ingin lebih dan lebih lagi. Tentu ini baik dan bisa membuat bangsa manusia berkembang, namun bila tidak awas, keinginan untuk mendapatkan lebih lagi bisa membuat kita tidak mengenali batasan kita sendiri. Kita tidak akan menjadi orang yang bahagia dan bisa berkata cukup.

Umumnya saat seseorang merasa lapar, maka ia akan makan. Dalam hidup ini kita butuh makan. Kalau berhenti makan, maka kita bisa mati. Demikian pula dalam hidup rohani kita, kita perlu terus "makan", dalam pengertian menambahkan dalam iman kita hal-hal yang diperlukan agar kita makin bertumbuh dan semakin indah di mata Tuhan maupun sesama kita.

Apakah yang menjadi impian Anda? Apakah Anda sudah meraih impian Anda atau belum? Apakah impian terbesar Anda?

Ada orang yang senantiasa membandingkan hidupnya dengan orang lain yang dirasa lebih sukses ketimbang dirinya, kemudian ia berjuang untuk bisa menjadi seperti orang itu. Tentu baik bisa kita bisa terinspirasi untuk ikut sukses. Namun tak jarang, kesuksesan demi kesuksesan tetap membuat kita tidak puas dan bersyukur. Padahal, sebelum mencapai sukses, Tuhan ingin kita menyadari bahwa pada dirinya sendiri kita telah menjadi pribadi yang utuh, meskipun menurut ukuran dunia kita belum bisa dikatakan sukses. Menjadi pribadi utuh berarti bisa mensyukuri keberadaan dan hidup kita, bahwa Allah sangat mengasihi kita dan berkenan pada kita.

Apa definisi sukses bagi Anda? Sebagian mungkin mengartikan sukses berarti berhasil mengalahkan orang lain, namun bagi sebagian orang sukses berarti berhasil menolong orang lain juga untuk sukses dan keluar dari kebodohan mereka. Petrus, salah seorang murid Yesus bisa dikatakan "sukses" setelah kotbahnya berhasil menyentuh dan membuat orang banyak percaya kepada Kristus. Sama seperti Petrus, kita dipanggil untuk memberitakan Injil melalui hidup kita. Bukan dengan pamer kelebihan, keunggulan, kekuatan agama kita sendiri, melainkan dengan kerendahan hati dan menjalin persahabatan yang tulus.

Pernahkah Anda melihat orang yang workaholic (kecanduan kerja) sampai-sampai ia melupakan waktu untuk berdoa dan beribadah kepada Tuhan? Sebaliknya, pernahkah Anda melihat orang yang sehari-harinya rajin dan tekun berdoa, tetapi malas bekerja? Keduanya tentu bukanlah sikap yang bijaksana. Melalui firman Tuhan hari ini, kita akan belajar dari Yesus, Tuhan kita, bagaimana menjaga ritme hidup kita dengan seimbang antara doa dan karya.