Hukum (Taurat) yang diberikan kepada bangsa Yahudi dimaksudkan untuk memberi petunjuk kepada bangsa ini akan pemahaman yang lebih baik tentang kekerasan hati manusia saat berhubungan dengan Tuhan. Selain itu, keberadaan hukum juga memberikan pencerahan sekilas tentang dosa. Hukum ini dimaksudkan sebagai pendidikan bagi manusia pada waktu dan situasi tertentu pada jamannya. Musa sebagai mediator bangsanya saat itu. Pada awal mula manusia belajar percaya, kitapun melalui tahap pembelajaran untuk taat dan patuh pada hukum. Tahap ini tak tergantikan. Kemudian nantinya, baru kita akan tahu bagaimana menurut dan taat pada suara hati tanpa mengalami kebingungan meskipun di tengah gejolak perasaan atau mood yang tak menentu. Hal ini sama dengan umat Allah; dimana Hukum akan menuntun mereka pada kemerdekaan Injil. Hukum ini bersifat sangat positif namun seiring berjalannya waktu, manusia perlu dimerdekakan dari belenggu Hukum yang mengekang hingga mampu menerima kepenuhan dari kebenaran Ilahi. Ketaatan Kristus, yang lahir dari wanita yang tunduk akan Hukum, adalah rancangan fundamental dari sebuah rencana keselamatan manusia; Tuhan menyelamatkan manusia dengan menjadi manusia seperti kita. Begitu juga dengan Gereja yang tak akan mampu membawa transformasi dan keselamatan permanen jika tidak ‘ambyur’ terjun pada keadaan manusia saat ini. Pada ayat 22 Hagar, sang hamba melahirkan Ishmael yang digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Arab, menjadi lambang orang dari perjanjian pertama. Orang-orang yang menerima Hukum di atas gunung Sinai di Arabia; mereka tak mengalami kemerdekaan sejati dan masih berpaut pada Yerusalem duniawi sebagai pusat ibu kota. Sedangkan Sarah, wanita merdeka melahirkan Ishak, seturut janji Allah. Hal ini menggambarkan perjanjian baru bagi siapa yang percaya pada ketetapan janjiNya. Ini adalah orang-orang merdeka, umat Kristiani yang menunggu Yerusalem surgawi. Ishmael menganiaya Ishak dan Abraham menyingkirkannya. Hal ini berarti; jemaat Yahudi yang masih belum dewasa dalam iman mengganggu jemaat Galatia, sang Gereja, sehingga merekapun perlu diwaspadai.