Bagi bangsa Yahudi, imam besar - walaupun dengan kelemahan manusiawinya- adalah orang kudus yang melindungi bangsanya dari hukuman Tuhan karena dosa-dosa bangsa mereka sendiri. Bangsa itu tidak hanya membutuhkan pemimpin untuk mengaturnya tetapi juga mewakili mereka dihadapan Allah. Harun, saudara Musa, adalah imam pertama bangsa Yahudi. Para penerusnya, imam agung penggantinya haruslah juga sama dalam peran tersebut. Jadi, imam agung adalah wakil umat atau suatu bangsa di hadapan Tuhan, manusia lemah/biasa, namun diterima oleh Allah sebagai perantara umatnya. Yesus Kristus itulah dia dan sempurna sebagai perantara manusia kepada Tuhan. Melupakan kemanusiaan Yesus di tengah-tengah bangsa manusia sama fatalnya dengan melupakan bahwa Ia sungguh anak Allah (berasal dari Allah sendiri). Kita akan lebih jelas melihat peran Yesus sebagai imam agung saat ini, ketika Gereja mengingatkan bahwa semua umat percaya dan setia dipadankan sebagai imam seperti peran Kristus sendiri. Kita harus mewakili umat manusia di hadapan Allah, kita dikuduskan bagi Tuhan untuk tujuan tersebut. Dalam ekaristi, kita bersyukur kepada Tuhan atas nama semua orang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu menjadi instrumen kasih Allah dengan cara menjadi orang yang mendukung kebenaran, mengabarkan kasih, dan menjalin hubungan atau koneksi yang penuh kedamaian.