Pertama-tama, kita tergerak oleh karya. Lalu, berlanjut ingin tahu banyak tentang kesehariannya. Belokan dan simpangan perasaan cinta pada idola tidak terhitung duka dan dukanya. Kita berkorban banyak: menonton film yang dia bintangi, membeli dengan suka cita marchendise aslinya, dan kalau bisa membaca buku atau memakai kaus dengan merek yang sama, kenapa tidak?

Semua berjalan menyenangkan sampai sebuah ujian berat menerpa: si idola melakukan sebuah kesalahan di hadapan publik penggemar. Si tupai luput lompatannya. Sang gajah retak gadingnya. Saat itu, ada beberapa pilihan: membela idola mati-matian apapun yang terjadi, memboikot segala hal tentangnya dan mengajak orang-orang melakukan itu bersama, atau menerima sang idola sebagai bagian dari umat manusia yang penuh salah dan dosa--seperti kita.