Pernah sesekali makan di restoran, terus dikatain hedon? Ok, kita sedikit bedah siapa sih si hedon ini. Sejak lampau para filusuf sudah mengenal istilah hedonisme ini, dimana hedonisme dikaitkan dengan keberadaan nilai instristik atau sebuah nilai kesenangan yang dirasakan oleh setiap individu. Hedonisme, bukan berarti menentukan strata sosial suatu makhluk. Dimana posisinya berada pada apa yang membuat kita ingin merasa bahagia dan tentunya senang. Terbagi menjadi dua bagian, ada yang psikologis atau unsur kebahagian secara naluri kita sendiri dan yang normatif atau kebahagiaan yang dicita-citakan, normatif ini pun terbagi lagi, ada yang egois dan utilitarianism.
Yang terpenting, setiap makhluk mampu dan berhak untuk bahagia, namun tau porsinya dan dimana dia meletakan sisi hedonisnya, tentunya di hal yang positif. Ketika kita berangan untuk mengajak orang tua kita naik haji, tentu kita berusaha untuk mewujudkannya. Namun ketika kita memposisikannya dengan hal yang Berlebih atau glamor itu juga tak masalah namun kurang baik juga, ketika kita memaksakan untuk makan di restoran mewah, berganti gadget seri yang baru, atau membeli pakaian mewah namun posisi keuangan kita pas pasan hanya cukup untuk makan saja. Keadaan tersebut yang menghawatirkan kita melakukan hal apapun untuk mendapatkan itu semua, bisa saja merampok, naudzubillah ya.
Ok gaes, kita semua mesti berperilaku hedon loh, tapi ingat, kebergunaan hal tersebut kalo merugikan orang lain kan gabaik juga ya. Asal tau porsinya kok! Kalo kata kolot baheula mah, hidup itu jangan melihat ke atas.
Sudah terpikirkan oleh benak hal apa saja yang belum tercapai? Semoga segera tercapai!