Bab ini menegaskan tentang bagaimana manusia dibenarkan karena iman seperti halnya bapa leluhur bangsa Yahudi, Abraham. Dihadapan Allah tak selayaknya kita bermegah karena keselamatan bukanlah hasil perbuatan manusia namun karena kasih karunia Allah. Ayat 18 menegaskan bahwa sekalipun tak ada dasar untuk berharap, namun Abraham tetap berharap dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Tubuhnya boleh tua dan renta tetapi imannya tak menjadi lemah. Oleh karena itu, hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Dan bagi siapapun yang percaya kepada Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, janji Allah ini berlaku juga bagi kita. Allah berkuasa melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (22-25).