
Sign up to save your podcasts
Or


Wahyu 18: Jatuhnya Babel
Kekalahan Babel sungguh besar! Ini adalah kata-kata nabi saat mengumumkan kejatuhan kota yang menindas bangsa Israel di masa lampau (Yer 50-51). Kejatuhan Babel kembali dilukiskan dengan begitu jelas di kitab terakhir. Dari seluruh bagian penjuru kota, para raja dan pembesar kota, pedagang, pelayar, pemain musik, ahli sihir dan siapapun yang menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya menjadi luluh lantah ditengah penghakiman Allah. Penghakiman ini dibalaskan Tuhan terhadap darah para orang kudus, rasul-rasul, dan para nabi yang dibunuh di bumi. Peringatan kepada umat percaya diberikan pada ayat keempat; “Jauhkan dirimu dari padanya, murid-muridku! Hiduplah di dunia tanpa menjadi seperti dunia, lakukan hal yang mustahil untuk mengubah masyarakat, aspirasinya, budayanya, tetapi jangan asingkan jiwamu”. Ketika penghakiman Tuhan jatuh kepada struktur masyarakat yang bobrok, bersiap-siaplah untuk meninggalkan semuanya, dan kembali ke padang gurun; kepada kemiskinan, daripada terbaring diantara yang binasa di sepanjang sejarah (Fil 3:20)
Adakah Babilon Masa Kini?
Yohanes melihat peran si jahat dalam kekaisaran Roma dan ia memprediksi kejatuhannya. Namun, ia tidak berbicara banyak tentang apa yang terjadi setelahnya. Saat berbicara tentang kuasa kerajaan yang ia tahu, Yohanes mengajarkan kepada kita untuk memandang kekuasaan di abad ini dengan hati nurani yang jernih, sebagai teater dunia yang menampilkan pertarungan si naga melawan si perempuan. Kekaisaran Roma mewariskan peradaban dengan segala budayanya yang masih mengakar sampai sekarang. Bahwa Yohanes mengutuk kekaisaran ini bukan berarti segala sesuatu tentang Roma adalah buruk adanya. Kita musti ingat bahwa Kristus berkehendak bagi para rasul untuk mendirikan pusat Gereja awal di kota Roma ini. Kekaisaran lama tumbang dan berganti dengan tunas baru. Seperti yang disebut dalam 2 Korintus 5:17 bahwa siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.
Babilon yang diagungkan manusia akan selalu ada dan dikenal dengan setiap kuasa yang seolah memberikan solusi total terhadap masalah yang dihadapi masyarakat. Akan tetapi, saat bersamaan solusi ini menjerat serta mengungkung manusia kepada perangkapnya. Dalam konteks individu, hal ini bagaikan jeratan kredit beserta bunganya, yang seolah ditawarkan untuk memenuhi hasrat keinginan hati manusia yang tak berujung namun ternyata “solusi” ini mencekik leher bagi yang terjerat.
Satu abad terakhir ini, banyak dari kita yang mengidentifikasikan hidup sesuai dengan pendapat pribadi masing-masing, apakah itu kapitalis internasional atau sosialis materialistis. Adalah pikiran yang keliru jika kita menganggap bahwa hanya salah satu sistem saja yang dipakai oleh si jahat. Bahkan, penguasa dunia ini tak menghormati batasan/aturan permainan dalam menjalankan misinya dan ia seringkali bermain pada dua sisi saat bersamaan. Pemerintahan ateis menganiaya gereja-gereja di dunia, namun seringkali gereja mengalami penganiayaan dari kaum liberal atau dari diktaktor yang berpura-pura dekat dengan prinsip-prinsip hidup gerejawi. Gereja yang menjadi kabar suka cita bagi yang miskin papa, menjadi musuh sistem kapitalis yang mengakibatkan terciptanya banyak kaum miskin, tertindas, dan marjinal.
Manusia sudah terbiasa hidup dalam sistem liberal yang mengagungkan kebebasan dan hidup tanpa nilai-nilai moral: yang dicari adalah kesenangan maksimum dalam kehidupan dimana masing-masing “melacurkan” diri kepada ilah atau tuhan yang mereka ciptakan atau pilih sendiri. Kemenangan nyata akan dunia yang liberal beberapa tahun belakangan ini membuat kita lupa akan waktu yang disebut “ignorance of God’ atau ketidakpedulian akan Allah (Rom 1), sebagai kasus yg terjadi di Roma. Kita harus cukup sadar untuk melihat ke depan dan berharap pada penghakiman yang akan datang.
By wee twigWahyu 18: Jatuhnya Babel
Kekalahan Babel sungguh besar! Ini adalah kata-kata nabi saat mengumumkan kejatuhan kota yang menindas bangsa Israel di masa lampau (Yer 50-51). Kejatuhan Babel kembali dilukiskan dengan begitu jelas di kitab terakhir. Dari seluruh bagian penjuru kota, para raja dan pembesar kota, pedagang, pelayar, pemain musik, ahli sihir dan siapapun yang menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya menjadi luluh lantah ditengah penghakiman Allah. Penghakiman ini dibalaskan Tuhan terhadap darah para orang kudus, rasul-rasul, dan para nabi yang dibunuh di bumi. Peringatan kepada umat percaya diberikan pada ayat keempat; “Jauhkan dirimu dari padanya, murid-muridku! Hiduplah di dunia tanpa menjadi seperti dunia, lakukan hal yang mustahil untuk mengubah masyarakat, aspirasinya, budayanya, tetapi jangan asingkan jiwamu”. Ketika penghakiman Tuhan jatuh kepada struktur masyarakat yang bobrok, bersiap-siaplah untuk meninggalkan semuanya, dan kembali ke padang gurun; kepada kemiskinan, daripada terbaring diantara yang binasa di sepanjang sejarah (Fil 3:20)
Adakah Babilon Masa Kini?
Yohanes melihat peran si jahat dalam kekaisaran Roma dan ia memprediksi kejatuhannya. Namun, ia tidak berbicara banyak tentang apa yang terjadi setelahnya. Saat berbicara tentang kuasa kerajaan yang ia tahu, Yohanes mengajarkan kepada kita untuk memandang kekuasaan di abad ini dengan hati nurani yang jernih, sebagai teater dunia yang menampilkan pertarungan si naga melawan si perempuan. Kekaisaran Roma mewariskan peradaban dengan segala budayanya yang masih mengakar sampai sekarang. Bahwa Yohanes mengutuk kekaisaran ini bukan berarti segala sesuatu tentang Roma adalah buruk adanya. Kita musti ingat bahwa Kristus berkehendak bagi para rasul untuk mendirikan pusat Gereja awal di kota Roma ini. Kekaisaran lama tumbang dan berganti dengan tunas baru. Seperti yang disebut dalam 2 Korintus 5:17 bahwa siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.
Babilon yang diagungkan manusia akan selalu ada dan dikenal dengan setiap kuasa yang seolah memberikan solusi total terhadap masalah yang dihadapi masyarakat. Akan tetapi, saat bersamaan solusi ini menjerat serta mengungkung manusia kepada perangkapnya. Dalam konteks individu, hal ini bagaikan jeratan kredit beserta bunganya, yang seolah ditawarkan untuk memenuhi hasrat keinginan hati manusia yang tak berujung namun ternyata “solusi” ini mencekik leher bagi yang terjerat.
Satu abad terakhir ini, banyak dari kita yang mengidentifikasikan hidup sesuai dengan pendapat pribadi masing-masing, apakah itu kapitalis internasional atau sosialis materialistis. Adalah pikiran yang keliru jika kita menganggap bahwa hanya salah satu sistem saja yang dipakai oleh si jahat. Bahkan, penguasa dunia ini tak menghormati batasan/aturan permainan dalam menjalankan misinya dan ia seringkali bermain pada dua sisi saat bersamaan. Pemerintahan ateis menganiaya gereja-gereja di dunia, namun seringkali gereja mengalami penganiayaan dari kaum liberal atau dari diktaktor yang berpura-pura dekat dengan prinsip-prinsip hidup gerejawi. Gereja yang menjadi kabar suka cita bagi yang miskin papa, menjadi musuh sistem kapitalis yang mengakibatkan terciptanya banyak kaum miskin, tertindas, dan marjinal.
Manusia sudah terbiasa hidup dalam sistem liberal yang mengagungkan kebebasan dan hidup tanpa nilai-nilai moral: yang dicari adalah kesenangan maksimum dalam kehidupan dimana masing-masing “melacurkan” diri kepada ilah atau tuhan yang mereka ciptakan atau pilih sendiri. Kemenangan nyata akan dunia yang liberal beberapa tahun belakangan ini membuat kita lupa akan waktu yang disebut “ignorance of God’ atau ketidakpedulian akan Allah (Rom 1), sebagai kasus yg terjadi di Roma. Kita harus cukup sadar untuk melihat ke depan dan berharap pada penghakiman yang akan datang.