
Sign up to save your podcasts
Or


Bab ini diawali dengan kelanjutan penglihatan tentang kota Yerusalem baru dari bab sebelumnya. Sumber cahaya kota ini adalah Allah sendiri. Disebutkan bahwa siapa saja yang namanya tertulis dalam buku kehidupan Anak Domba akan berkuasa untuk selama-lamanya (22:5). Inilah kata-kata final dan inilah ketujuh kalinya kata ini disebut di dalam Kitab Wahyu.
Kemudian penglihatan Yohanes berlanjut pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali ke dunia. Pada ayat keenam digambarkan Yohanes melihat dan mendengar semua itu, lalu ia tersungkur di depan kaki malaikat. Di bagian akhir inilah, isi Alkitab disimpulkan, dan kita bisa mengingat kembali kisah perumpamaan para pekerja di kebun anggur seperti disebutkan di dalam Matius 20. Pekerjaan karya besar di mana para nabi dan para penulis berpartisipasi dalam pekerjaan sepanjang hari telah paripurna. Pada jam pertama, penampakan seperti dalam kitab Kejadian mulai, dan dengan singkat mempresentasikan panggilan Ilahi bagi umat manusia dan tujuan dari dunia, dituliskan. Yohanes setelah mengenal Kristus sang bintang fajar, baru saja melihat kemanusiaan mempersiapkan diri untuk berbagi kemuliaan dengan Allah pada jam terakhir.
Kedatangan Kristus diharapkan terjadi pada jam terakhir kehidupan. Kita tahu bahwa jam terakhir ini kemungkinan diperpanjang dan sang mempelai laki-laki mungkin datang saat malam hari. Sudah seharusnya umat Kristiani terus berjaga-jaga, teguh dalam pengharapan, bahkan saat menghadapi kuasa kegelapan.
Pada ayat ke-17 menyebutkan bahwa siapapun yang haus, biarlah ia mendekat (kata-kata ini diambil dari Yesaya 55). Seorang anak akan menjadi dewasa saat ia mengorbankam keinginannya yang tak terbatas dan menerima keterbatasan dari kenyataan. Tuhan mengirimkan kita kembali kepada masa kanak-kanak ketika ia mengaduk di dalam diri kita kehendak/hasrat yang tak terbatas.
“Terjadilah padamu seperti yang kau kehendaki,” itulah apa yang mampu kau inginkan dan harapkan dan percayai. Hasrat adalah jalan Tuhan menyiapkan kita untuk hal yang lebih besar yang akan Ia berikan. Yaitu, kesadaran akan karyanNya di dalam diri kita. Hasrat manusia bagai biji di dalam kisah perumpamaan. Banyak yang ditabur namun segera akan musnah, atau kita sendirilah yang memangkasnya. Dengan berani memutuskan: “Ini bukanlah untukku, ini cukup, dan lebih baik bagi kita untuk menjalankan kehidupan umat Kristiani seperti yang sudah diajarkan Gereja.
Memang benar bahwa, jauh lebih bijak untuk hidup dengan hasrat yang terbatas, karena hasrat dapat berkembang kepada “kehausan”. Banyak yang mengalami kehausan akan Allah tetapi hanya sedikit yang bisa menanggungnya. Kita menyebutnya kebosanan, ketidak mampuan untuk berbagi di dalam kehidupan sosial, dan penawar yang diberikan oleh orang-orang berkehendak baik biasanya adalah menceburkan diri di dalam berbagai kegiatan dan “kembali” kepada onions of Egypt (Bil 11:15). Dengan kata lain, kembali pada kehidupan untuk mengasihi dunia. Seperti Musa setia mengalami banyak tantangan saat menghadapi bangsa Israel yang terus berhasrat meminta lebih. Ia bahkan sempat merasa bahwa belas kasihan Allah tak berpihak kepadanya dan kaum pilihanNya. Musa tampil menjadi mediator bangsanya yang tegar tengkuk dan Allah yang maha adil.
Mengendalikan hasrat, nafsu kerakusan, dan "kehausan" diri adalah bentuk pengendalian diri. Jauh lebih baik untuk menjaga hausmu dan biarkan ia tumbuh, dan menolak segala kepuasan yang lebih rendah dari Allah yang tak terbatas. Waktunya sudah datang saat disebutkan: Biarkan ia mendekat.
Bab ini diakhiri dengan ajakan untuk datang kepada sumber air kehidupan abadi. Siapa yang mendengarnya, datanglah. Siapapun yang haus, biarkan ia datang. Dan siapapun yang berhasrat, biarkan ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.
By wee twigBab ini diawali dengan kelanjutan penglihatan tentang kota Yerusalem baru dari bab sebelumnya. Sumber cahaya kota ini adalah Allah sendiri. Disebutkan bahwa siapa saja yang namanya tertulis dalam buku kehidupan Anak Domba akan berkuasa untuk selama-lamanya (22:5). Inilah kata-kata final dan inilah ketujuh kalinya kata ini disebut di dalam Kitab Wahyu.
Kemudian penglihatan Yohanes berlanjut pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali ke dunia. Pada ayat keenam digambarkan Yohanes melihat dan mendengar semua itu, lalu ia tersungkur di depan kaki malaikat. Di bagian akhir inilah, isi Alkitab disimpulkan, dan kita bisa mengingat kembali kisah perumpamaan para pekerja di kebun anggur seperti disebutkan di dalam Matius 20. Pekerjaan karya besar di mana para nabi dan para penulis berpartisipasi dalam pekerjaan sepanjang hari telah paripurna. Pada jam pertama, penampakan seperti dalam kitab Kejadian mulai, dan dengan singkat mempresentasikan panggilan Ilahi bagi umat manusia dan tujuan dari dunia, dituliskan. Yohanes setelah mengenal Kristus sang bintang fajar, baru saja melihat kemanusiaan mempersiapkan diri untuk berbagi kemuliaan dengan Allah pada jam terakhir.
Kedatangan Kristus diharapkan terjadi pada jam terakhir kehidupan. Kita tahu bahwa jam terakhir ini kemungkinan diperpanjang dan sang mempelai laki-laki mungkin datang saat malam hari. Sudah seharusnya umat Kristiani terus berjaga-jaga, teguh dalam pengharapan, bahkan saat menghadapi kuasa kegelapan.
Pada ayat ke-17 menyebutkan bahwa siapapun yang haus, biarlah ia mendekat (kata-kata ini diambil dari Yesaya 55). Seorang anak akan menjadi dewasa saat ia mengorbankam keinginannya yang tak terbatas dan menerima keterbatasan dari kenyataan. Tuhan mengirimkan kita kembali kepada masa kanak-kanak ketika ia mengaduk di dalam diri kita kehendak/hasrat yang tak terbatas.
“Terjadilah padamu seperti yang kau kehendaki,” itulah apa yang mampu kau inginkan dan harapkan dan percayai. Hasrat adalah jalan Tuhan menyiapkan kita untuk hal yang lebih besar yang akan Ia berikan. Yaitu, kesadaran akan karyanNya di dalam diri kita. Hasrat manusia bagai biji di dalam kisah perumpamaan. Banyak yang ditabur namun segera akan musnah, atau kita sendirilah yang memangkasnya. Dengan berani memutuskan: “Ini bukanlah untukku, ini cukup, dan lebih baik bagi kita untuk menjalankan kehidupan umat Kristiani seperti yang sudah diajarkan Gereja.
Memang benar bahwa, jauh lebih bijak untuk hidup dengan hasrat yang terbatas, karena hasrat dapat berkembang kepada “kehausan”. Banyak yang mengalami kehausan akan Allah tetapi hanya sedikit yang bisa menanggungnya. Kita menyebutnya kebosanan, ketidak mampuan untuk berbagi di dalam kehidupan sosial, dan penawar yang diberikan oleh orang-orang berkehendak baik biasanya adalah menceburkan diri di dalam berbagai kegiatan dan “kembali” kepada onions of Egypt (Bil 11:15). Dengan kata lain, kembali pada kehidupan untuk mengasihi dunia. Seperti Musa setia mengalami banyak tantangan saat menghadapi bangsa Israel yang terus berhasrat meminta lebih. Ia bahkan sempat merasa bahwa belas kasihan Allah tak berpihak kepadanya dan kaum pilihanNya. Musa tampil menjadi mediator bangsanya yang tegar tengkuk dan Allah yang maha adil.
Mengendalikan hasrat, nafsu kerakusan, dan "kehausan" diri adalah bentuk pengendalian diri. Jauh lebih baik untuk menjaga hausmu dan biarkan ia tumbuh, dan menolak segala kepuasan yang lebih rendah dari Allah yang tak terbatas. Waktunya sudah datang saat disebutkan: Biarkan ia mendekat.
Bab ini diakhiri dengan ajakan untuk datang kepada sumber air kehidupan abadi. Siapa yang mendengarnya, datanglah. Siapapun yang haus, biarkan ia datang. Dan siapapun yang berhasrat, biarkan ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.