“Kitab Suci Al-Quran merupakan mutiara yang langka.
Bagian luarnya adalah Nur, bagian dalamnya juga Nur, begitu
pula bagian atas dan bawahnya adalah Nur semata serta Nur
disetiap kata di dalamnya. Kitab ini merupakan taman ruhani
yang rangkaian buahnya mudah dijangkau dan melalui mana
mengalir banyak sungai. Semua bentuk kemaslahatan bisa
ditemukan di dalamnya dan setiap obor penunjuk jalan
dinyalakan daripadanya. Nur Kitab ini telah menembus
hatiku dan aku tidak akan mungkin memperolehnya
dengan cara lain. Jika tidak ada Al-Quran maka aku tidak
akan menemukan kegembiraan hidup. Keindahannya jauh
melampaui kecantikan seratus ribu Nabi Yusuf. Aku amat
cenderung kepadanya dan meresapkan rahmatnya ke dalam
hati. Kitab ini telah menghidupkan aku sebagaimana laiknya
sebuah embrio dihidupi dan betapa indah pengaruhnya atas
kalbuku. Kecantikannya telah menarik keluar jiwaku. Dalam
sebuah kashaf dikemukakan kepadaku bahwa taman kesucian
itu diairi oleh Al-Quran yang merupakan gelombang samudra
air kehidupan. Barangsiapa yang meminum daripadanya akan
menjadi hidup dan membawa kehidupan kepada manusia
lainnya.”
(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 545-546, London, 1984)