Share After Hours
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By d p'
The podcast currently has 13 episodes available.
Fenomena Belanja online dimasa pandemi telah merubah pola budaya belanja masyarakat kita. Namun kebiasaan ini juga perlu diperhatikan serta di waspadai supaya kita tidak terjebak dengan masalah, misal membeli barang yang tidak kita butuhkan dan tergoda tawaran diskon yang bisa menyesatkan hingga kita mendapat masalah di kemudian hari dengan tagihan kartu kredit yang membengkak bahkan gaji habis tengah bulan hanya karena kebiasaan yang satu ini. Belanja online akan memberikan manfaat yang luar biasa jika kita dapat melakukannya dengan bijaksana namun juga akan memberikan banyak masalah jika kita tidak berhati-hati dengankebiasaan yang satu ini.
Kesan pertama acap memberikan penilaian tersendiri yang menuntut kita untuk memutuskan apakah sesuai dengan yang kita sangkakan atau bahkan sebaliknya. Tak jarang kita terlalu tinggi meniali seseorang hanya dari penampilan luarnya belaka, sementara kita sering dibuat kecewa setelah mengetahui bahwa yang kita sangkakan ternyata sama sekali tidak sesuai, idiom " jangan menilai buku hanya dari sampulnya belaka" telah memberikan pesan yang menohok untuk kita, bahwa penampilan bukanlah segalanya, karena penampilan acap menipu dan mengaburkan kita dari objektivitas dan realitas.
Meskipun menilai sesorang dari penampilan adalah hal yang wajar dan kita perlukan namun, penampilan bukanlah semata-mata neraca yang dapat kita gunakan untuk mengukur kapasitas sesorang. Tidak jarang orang tertentu malah menutupi kekurangannya dengan penampilan luar yang sangat WOW... atau glamor dan sebaliknya... ada orang-orang tertentu yang malah tidak nyaman di kenali dan menutup diri dengan penampilan yang jauh dari kapasitas diri mereka yang tinggi. Tuhan menciptakan perbedaan karena Dia ingin kita dapat saling belajar dan saling membantu tanpa harus merendahkan yang satu untuk meninggikan yang lain atau sebaliknya... karena di mata Tuhan semua manusia adalah sama, yang membedakan hanya derajat keimanannya, yang tentu saja tidak dapat dinilai dari hanya melihat penampilan luar.
Kebiasaan yang cukup umum dilakukan masyarakat kita di jaman sekarang, salah satunya saya, yang cenderung nyaman menggunakan banyak istilah bahasa inggris dalam percakapan sehari hari.
Diantara mereka ada yang menggunakannya mungkin supaya dibilang lebih keren, lebih terlihat intelektualitasnya, atau cuma untuk sok sok an...
Hal ini akan di ketahui ketika mereka harus berbicara menggunakan bahasa Inggris tak jarang kondisinya jauh lebih parah dari saat mereka menggunakan bahasa indonesia.
Buku Xenoglosifilia karya Ivan Lanin, telah memberikan "shock therapy" dan tendangan yang cukup menohok untuk saya, karena tanpa saya sadari saya sering menyelipkan istilah istilah dalam bahasa Inggris dalam percakapan saya sehari hari. Saya cukup malu karenanya.
Saya juga menyadari, tuntutan pekerjaan membuat saya harus menggunakan 2 bahasa tersebut secara bergantian, dan saya telah membuat kesalahan, ternyata dengan mencampuradukkan bahasa Indonesia yang indah dengan istilah dalam bahasa inggris yang sebenarnya, memiliki padanan kata dalam bahasa indonesia. Namun mungkin masih belum begitu familiar untuk telinga kita.
Kali ini saya akan berusaha untuk lebih memperhatikan cara berbicara, berikut bahasa yang saya gunakan , demi mengurangi penggunaan istilah- istilah dalam bahasa inggris, dan saya harus berusaha untuk lebih rajin mencari padanan istilah bahasa inggris tersebut dalam bahasa indonesia. Meskipun untuk saat ini banyak juga padanan kata dalam bahasa indonesia yang rasanya masih kurang tepat untuk istilah-istilah dalam bahasa Inggris tersebut, jadi saya mau tidak mau harus menggunakan istilah dalam bahasa aslinya, demi tersampaikannya pesan saya dan menghindari salah persepsi .
The podcast currently has 13 episodes available.