Pandemi mengubah kehidupan, termasuk di dalamnya, gereja. Sifat disruptifnya mendorong gereja untuk berani membentuk-ulang (reshaping) eksistensinya. Keberanian untuk membentuk-ulang (reshaping) dirinya akan menentukan apakah gereja akan terus relevan di tengah pandemi dan pascapandemi, atau justru tenggelam dalam pusaran masa karena tidak bisa menjadi jawaban atas tantangan zaman.