Di helai dedaunan yang jatuh, ada rindu yang tak terbaca waktu. Di bawah naungan langit jingga, luruh berserakan menuju ketiadaan.
Aku masih di sini, sendiri menikmati sunyi. Mata ini basah manakala kembali menapaki jejak perjalanan lampau, hanya kata-kata yang bisa kurangkai demi mewartakan kegelisahan ini padamu.
Bahwa ada secarik cinta nan lusuh selalu menunggumu pulang
Meski tiada kabar kau titipkan pada gemuruh hujan, walau madah-madah aksara tak jua kau kirimkan sebagai balasan atas penantian ini.Telah kunisbatkan rindu selayak benang-benang kasih yang mengikat teguh seluruhku tuk setia menjaga hati, sebab jiwaku yang mencintaimu lebih basah dari aroma tanah retak yang semerbak dibasuh hujan. Sedemikian hebat mantra rindu yang kau titipkan di sudut-sudut langit hatiku, hingga melangit jua doa-doa suciku meminta Tuhan menjatuhkanmu sebagai pena takdir, untuk kutuliskan kisah kita menjadi syair rinduku kepadamu.