SELAYANG PANDANG K.H. BAHAUDDIN NURSALIM (GUS BAHA’)
K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab dipanggil Gus Baha, merupakan cendekiawan Islam produk lokal yang go internasional. Dikenal sebagai ulama ahli tafsir Al-Qur’an, beliau merupakan santri alumni Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, dibawah asuhan ulama kharismatik K.H. Maemoen Zubair. Sebelumnya, beliau juga menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Mazro’atul Ulum, Damaran, Kudus. Selain itu, sejak kecil beliau juga sudah belajar dan menghafal dengan ayahnya sendiri, yaitu K. Nursalim.
Meskipun beliau hanya belajar di pesantren Indonesia, kecerdasan gagasan-gagasan beliau diakui di kalangan akadmisi universitas-universitas dalam negeri maupun luar negeri, seperti Prof. Dr. Quraish Shihab, Ustad Adi Hidayat, para Grand Syaikh/Guru besar Al-Azhar Kairo Mesir, dan ulama lainnya. Ceramah beliau juga diterjemahkan ke berbagai bahasa dan digunakan sebagai bahan ajar di beberapa universitas di wilayah asia tenggara seperti di Malaysia dan Brunei Darussalam. Beberapa deretan artis seprti Deddy Corbuzier, Anang Hermansyah, Sabrang Letto, Ahmad Dhani, Sujiwo Tedjo, juga menyimak kajian beliau. Literatur agama, budaya, dan perkembangan zaman, yang dikemas secara harmonis menjadi satu menjadikan Gus Baha diminati berbagai kalangan masyarakat.
Kehadiran Gus Baha seperti membawa pemahaman islam dengan wajah dan nuansa baru. Pencerahannya seolah menjadikan seseorang dapat menjalankan agama dengan sebagaimana mestinya prinsip islam yang rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang bagi seluruh alam seakan terwujud sebagaimana Allah sebagai tuhan alam semesta memberi kasih sayang kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Saat ini, Gus Baha tinggal di tempat kelahirannya yaitu di Desa Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sembari melanjutkan perjuangan ayah beliau mengasuh Pondok Pesantren LP3IA, serta rutin mengisi kajian di beberapa pondok pesantren dan universitas tertentu.
——
SEKILAS VALIDITAS DAN KREDIBILITAS SANAD/SILSILAH KEILMUAN GUS BAHA
Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa agama merupakan riwayat, sehingga dalam penyebarannya, seorang cendekia/pemuka agama diwajibkan berguru kepada guru yang jelas sanad/silsilah ilmunya sampai kepada Allah dan Rosulnya (Nabi Muhammad), dengan begitu keilmuan seorang ulama dapat diakui kebenarannya. Sumber utama keilmuan Gus Baha diantaranya ada 3, yaitu Ayah beliau sendiri, Pondok Pesantren Mazro’atul Ulum, Damaran, Kudus, dan Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang.
Sanad/silsilah keilmuan Gus Baha diawali dari sanad Al-Qur’an Ayah beliau dan Pondok Pesantren Mazro’atul Ulum. Kedua sumber tersebut bersumber dari satu guru yang masyhur ke-Al-Qur’annannya yaitu K.H. Arwani Amin, Kudus. Mbah Arwani merupakan murid langsung dari K.H. Munawwir, Krapyak. Mbah Munawwir dijuluki sebagai pembawa sanad utama Al-Qur’an abad 20, karena dari mbah Munawwir lah lahir banyak ulama besar Al-Qur’an seperti Mbah Arwani Kudus , Mbah Muntaha Wonosobo, dan lainnya.
Sedangkan sanad keilmuan syariat dari guru beliau K.H. Maemoen Zubair (Mbah Mun) sudah tidak diragukan lagi, yaitu dari ayah beliau sendiri (K. Zubair Dahlan), Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dan dari Makkah yang saat itu berguru kepada Sayyid Alawi Al-Maliki, Syaikh Isa Al-Fadani, dan masih banyak lainnya, yang jika diruntut, beliau (Mbah Maemoen) hanya selisih 3 sanad, melewati Syaikh Mahfudz Termas, sampai dengan Syaikh Abu Bakar Syatho’ (penulis Kitab Fiqih masyhur Fathul Mu’in), terus sampai bertemu Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami, Zakariya Al-Anshori, Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Syafii, Imam Maliki, tabiin, sahabat, sampai Nabi Muhammad.
Dari sini, semoga banyak lahir Gus Baha-Gus Baha muda lain yang menyebarkan islam rahmatan lil ‘alamin lebih luas lagi nantinya. Aamiin.
𝙈𝙤𝙝𝙤𝙣 𝙠𝙤𝙧𝙚𝙠𝙨𝙞 𝙖𝙥𝙖𝙗𝙞𝙡𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨𝙖𝙣
𝘿𝙞𝙠𝙪𝙩𝙞𝙥 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞 𝙨𝙪𝙢𝙗𝙚𝙧
𝙎𝙚𝙢𝙤𝙜𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙖𝙛𝙖𝙖𝙩
-𝘼𝙡-𝙁𝙖𝙦𝙞𝙧