Apa kabar kalian yang masih menunduk? Apa kabar perbincangan yang menyenangkan? Apa kabar sosial mediamu? Apa kabar DIRIMU? Kebanyakan dari kita mungkin sering sekali merasa sepi di tengah kerumunan. Merasa asing walau di kelilingi teman. Disini saya dan seorang senior saya (filsufff) Qowim Sabilillah mencoba membedah kenapa budaya menunduk ini menyebar secara masif. Dan mencoba mencari celah atas fenomena ini. Mari kita mengheningian tubuh di sebuah ruang kontemplasi bernama diri sendiri. Mengapa? Dunia sedang tidak baik-baik saja, sosial media dengan nalar instrumentalnya telah menawarkan sebuah perjanjian kepada iblis yang bernama kapitalisme. Kita dididik untuk istumiqomah menunduk, browsing dan berselancar di situs fana, tempat di mana akal diperas dan semua hal yang ada di semesta mencoba di komodifikasi.