
Sign up to save your podcasts
Or


(Taiwan, ROC) --- Setelah kembali ke Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump gencar menyuarakan untuk mengambil alih Greenland dan Kanada, serta ingin menandatangani perjanjian mineral AS-Ukraina, yang membuat pihak luar menafsirkan bahwa AS ingin mendapatkan lebih banyak mineral langka untuk melawan Tiongkok.
Menanggapi hal tersebut, Yang I-kwei (楊一逵), Asisten Peneliti di Institute for National Security Studies menganalisis, melihat penguasaan Tiongkok atas cadangan mineral saat ini, AS memang sulit untuk bersaing dalam jangka pendek, tetapi tindakan Donald Trump ini jelas menunjukkan persiapan untuk membangun rantai pasokan logam tanah jarang (LTJ) di dalam negeri AS, dengan harapan dalam jangka panjang dapat lepas dari kendali Tiongkok.
Membidik Ukraina, Greenland dan Kanada - Mengincar Cadangan Mineral Langka
Setelah kembali ke Gedung Putih, Donald Trump terus menyatakan ingin menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51, mengklaim akan mengambil alih Greenland, dan bahkan dalam proses mendorong negosiasi Rusia Ukraina, ia meminta Ukraina menandatangani perjanjian mineral. Pengamat menganalisis bahwa Donald Trump berharap dapat mengendalikan lebih banyak mineral langka untuk melawan pembatasan ekspor mineral oleh Tiongkok.
AS Ingin Membangun Rantai Pasokan LTJ Domestik untuk Melawan Pembatasan Tiongkok
Namun, Yang I-kwei menganalisis, melihat Tiongkok saat ini menguasai 40% cadangan LTJ global dan 90% rantai pasokan ekstraksi dan pengolahan LTJ, pengendalian Tiongkok atas LTJ memang mengenai titik lemah AS dan juga menunjukkan pengaruh geostrategi, yang secara alami membuat AS berniat membangun rantai pasokan industri LTJ di dalam negeri.
Namun terhadap perlawanan AS ini, media pemerintah Tiongkok menganalisis bahwa LTJ tidak bisa diproses tanpa Tiongkok, bahkan jika AS mendapatkan LTJ, karena dibatasi oleh teknologi pemrosesan yang tertinggal dari Tiongkok, tetap tidak bisa lepas dari ketergantungan pada Tiongkok.
Namun, Yang I-kwei memiliki pendapat berbeda, menilai bahwa dalam teknologi pemrosesan mineral langka, negara-negara Eropa, AS dan Jepang seharusnya masih memimpin dibanding Tiongkok.
Dia mengatakan, "Sebenarnya AS tidak sepenuhnya dikendalikan oleh Tiongkok, karena saya rasa dalam teknologi pemrosesan mineral langka secara keseluruhan, negara-negara Eropa dan Amerika serta Jepang seharusnya masih memimpin dibanding Tiongkok. Misalnya dalam industri semikonduktor canggih, bahan kimia untuk membuat chip semikonduktor dan bahan baku untuk membuat wafer dengan tingkat kemurnian tinggi, teknologi pemrosesan tingkat tinggi ini masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan AS, Jerman, Prancis dan Jepang."
AS Membangun Rantai Pasokan LTJ Domestik, Tidak Kekurangan Teknologi
Karena hal tersebut, Yang I-kwei mengamati bahwa investasi AS saat ini dalam membangun rantai pasokan LTJ di dalam negeri tidak kekurangan teknologi, melainkan kekurangan sumber mineral langka, dan inilah alasan utama mengapa Donald Trump membidik Ukraina, Greenland dan Kanada.
Dia mengatakan, "Kesulitan yang dihadapi AS saat ini adalah, investasi mereka dalam membangun pengolahan LTJ dan fasilitas ekstraksi sumber daya lebih besar dibandingkan dengan sumber LTJ yang benar-benar bisa mereka proses. Ini seperti Anda sudah susah payah mengumpulkan dana, membangun banyak peralatan dan sistem pemrosesan, tetapi Anda tidak memiliki bahan untuk diproses. Itulah mengapa pemerintahan Donald Trump sangat ingin menambah sumber LTJ, agar bisa memperkuat kemampuan rantai pasokan pemrosesan dan pengolahan unsur logam tanah jarang AS. Jadi inilah alasan mengapa AS menekan Greenland, Ukraina, bahkan Kanada, karena tempat-tempat ini memiliki cadangan mineral LTJ yang sangat kaya."
Risiko Militer Perang Rusia-Ukraina Bisa Mempengaruhi Investasi Perusahaan dalam Penambangan LTJ
Namun Yang I-kwei juga mengingatkan bahwa penambangan mineral langka membutuhkan investasi jangka panjang, minimal 40-50 tahun, bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Dan hanya untuk penambangan mineral langka di Ukraina saja sudah harus menghadapi risiko militer, dia ragu apakah ada perusahaan swasta yang mau berinvestasi di masa depan.
Dia mengatakan, "Jika melihat wilayah kaya mineral di bagian timur Ukraina, bahkan di wilayah yang saat ini dikuasai militer Rusia, meskipun perjanjian tercapai, tanpa jaminan keamanan yang jelas dari AS, apakah perusahaan swasta AS mau menanggung risiko konflik perbatasan yang bisa pecah kapan saja dan menginvestasikan banyak sumber daya untuk mengembangkan wilayah pertambangan, saya rasa ini sangat sulit."
Porsi LTJ Ukraina, Greenland dan Kanada Kecil, Efek Perlawanan Masih Harus Diamati
Menurut perkiraan, saat ini cadangan LTJ global masih didominasi Tiongkok dengan 44 juta ton atau 36,7%, berada di posisi dominan absolut, diikuti Brasil (21 juta ton, 17,5%), India (6,9 juta ton, 5,75%) dan Australia (5,7 juta ton, 4,75%). Sedangkan Ukraina hanya 5%, Greenland 1,25%, dan Kanada hanya 0,69%, porsinya relatif kecil.
Donald Trump Mengedepankan Amerika First, Apakah Aliansi Anti Tiongkok LTJ Masih Bisa Efektif?
Untuk melawan monopoli Tiongkok atas mineral langka, AS dan 13 negara sekutu serta Komisi Uni Eropa sebelumnya membentuk aliansi Minerals Security Partnership (MSP) yang mengumumkan pembentukan jaringan pendanaan selama Sidang Umum PBB. Dengan naiknya Donald Trump yang mengedepankan Amerika First, apakah aliansi ini masih bisa efektif?
Yang I-kwei menekankan, melihat pemikiran Donald Trump yang ingin menarik semua rantai pasokan produksi kembali ke AS, memang akan memprioritaskan pembangunan rantai pasokan industri LTJ di AS. Namun menurutnya, ini bisa dibagi menjadi dua tahap, termasuk outsourcing lokal dan friend-shoring. Jika pembangunan rantai pasokan industri AS bisa berkembang ke tahap kedua friend-shoring dan menguntungkan AS, maka bentuk kerja sama aliansi mungkin menjadi pilihan AS.
By Yunus Hendry, Rti(Taiwan, ROC) --- Setelah kembali ke Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump gencar menyuarakan untuk mengambil alih Greenland dan Kanada, serta ingin menandatangani perjanjian mineral AS-Ukraina, yang membuat pihak luar menafsirkan bahwa AS ingin mendapatkan lebih banyak mineral langka untuk melawan Tiongkok.
Menanggapi hal tersebut, Yang I-kwei (楊一逵), Asisten Peneliti di Institute for National Security Studies menganalisis, melihat penguasaan Tiongkok atas cadangan mineral saat ini, AS memang sulit untuk bersaing dalam jangka pendek, tetapi tindakan Donald Trump ini jelas menunjukkan persiapan untuk membangun rantai pasokan logam tanah jarang (LTJ) di dalam negeri AS, dengan harapan dalam jangka panjang dapat lepas dari kendali Tiongkok.
Membidik Ukraina, Greenland dan Kanada - Mengincar Cadangan Mineral Langka
Setelah kembali ke Gedung Putih, Donald Trump terus menyatakan ingin menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51, mengklaim akan mengambil alih Greenland, dan bahkan dalam proses mendorong negosiasi Rusia Ukraina, ia meminta Ukraina menandatangani perjanjian mineral. Pengamat menganalisis bahwa Donald Trump berharap dapat mengendalikan lebih banyak mineral langka untuk melawan pembatasan ekspor mineral oleh Tiongkok.
AS Ingin Membangun Rantai Pasokan LTJ Domestik untuk Melawan Pembatasan Tiongkok
Namun, Yang I-kwei menganalisis, melihat Tiongkok saat ini menguasai 40% cadangan LTJ global dan 90% rantai pasokan ekstraksi dan pengolahan LTJ, pengendalian Tiongkok atas LTJ memang mengenai titik lemah AS dan juga menunjukkan pengaruh geostrategi, yang secara alami membuat AS berniat membangun rantai pasokan industri LTJ di dalam negeri.
Namun terhadap perlawanan AS ini, media pemerintah Tiongkok menganalisis bahwa LTJ tidak bisa diproses tanpa Tiongkok, bahkan jika AS mendapatkan LTJ, karena dibatasi oleh teknologi pemrosesan yang tertinggal dari Tiongkok, tetap tidak bisa lepas dari ketergantungan pada Tiongkok.
Namun, Yang I-kwei memiliki pendapat berbeda, menilai bahwa dalam teknologi pemrosesan mineral langka, negara-negara Eropa, AS dan Jepang seharusnya masih memimpin dibanding Tiongkok.
Dia mengatakan, "Sebenarnya AS tidak sepenuhnya dikendalikan oleh Tiongkok, karena saya rasa dalam teknologi pemrosesan mineral langka secara keseluruhan, negara-negara Eropa dan Amerika serta Jepang seharusnya masih memimpin dibanding Tiongkok. Misalnya dalam industri semikonduktor canggih, bahan kimia untuk membuat chip semikonduktor dan bahan baku untuk membuat wafer dengan tingkat kemurnian tinggi, teknologi pemrosesan tingkat tinggi ini masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan AS, Jerman, Prancis dan Jepang."
AS Membangun Rantai Pasokan LTJ Domestik, Tidak Kekurangan Teknologi
Karena hal tersebut, Yang I-kwei mengamati bahwa investasi AS saat ini dalam membangun rantai pasokan LTJ di dalam negeri tidak kekurangan teknologi, melainkan kekurangan sumber mineral langka, dan inilah alasan utama mengapa Donald Trump membidik Ukraina, Greenland dan Kanada.
Dia mengatakan, "Kesulitan yang dihadapi AS saat ini adalah, investasi mereka dalam membangun pengolahan LTJ dan fasilitas ekstraksi sumber daya lebih besar dibandingkan dengan sumber LTJ yang benar-benar bisa mereka proses. Ini seperti Anda sudah susah payah mengumpulkan dana, membangun banyak peralatan dan sistem pemrosesan, tetapi Anda tidak memiliki bahan untuk diproses. Itulah mengapa pemerintahan Donald Trump sangat ingin menambah sumber LTJ, agar bisa memperkuat kemampuan rantai pasokan pemrosesan dan pengolahan unsur logam tanah jarang AS. Jadi inilah alasan mengapa AS menekan Greenland, Ukraina, bahkan Kanada, karena tempat-tempat ini memiliki cadangan mineral LTJ yang sangat kaya."
Risiko Militer Perang Rusia-Ukraina Bisa Mempengaruhi Investasi Perusahaan dalam Penambangan LTJ
Namun Yang I-kwei juga mengingatkan bahwa penambangan mineral langka membutuhkan investasi jangka panjang, minimal 40-50 tahun, bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Dan hanya untuk penambangan mineral langka di Ukraina saja sudah harus menghadapi risiko militer, dia ragu apakah ada perusahaan swasta yang mau berinvestasi di masa depan.
Dia mengatakan, "Jika melihat wilayah kaya mineral di bagian timur Ukraina, bahkan di wilayah yang saat ini dikuasai militer Rusia, meskipun perjanjian tercapai, tanpa jaminan keamanan yang jelas dari AS, apakah perusahaan swasta AS mau menanggung risiko konflik perbatasan yang bisa pecah kapan saja dan menginvestasikan banyak sumber daya untuk mengembangkan wilayah pertambangan, saya rasa ini sangat sulit."
Porsi LTJ Ukraina, Greenland dan Kanada Kecil, Efek Perlawanan Masih Harus Diamati
Menurut perkiraan, saat ini cadangan LTJ global masih didominasi Tiongkok dengan 44 juta ton atau 36,7%, berada di posisi dominan absolut, diikuti Brasil (21 juta ton, 17,5%), India (6,9 juta ton, 5,75%) dan Australia (5,7 juta ton, 4,75%). Sedangkan Ukraina hanya 5%, Greenland 1,25%, dan Kanada hanya 0,69%, porsinya relatif kecil.
Donald Trump Mengedepankan Amerika First, Apakah Aliansi Anti Tiongkok LTJ Masih Bisa Efektif?
Untuk melawan monopoli Tiongkok atas mineral langka, AS dan 13 negara sekutu serta Komisi Uni Eropa sebelumnya membentuk aliansi Minerals Security Partnership (MSP) yang mengumumkan pembentukan jaringan pendanaan selama Sidang Umum PBB. Dengan naiknya Donald Trump yang mengedepankan Amerika First, apakah aliansi ini masih bisa efektif?
Yang I-kwei menekankan, melihat pemikiran Donald Trump yang ingin menarik semua rantai pasokan produksi kembali ke AS, memang akan memprioritaskan pembangunan rantai pasokan industri LTJ di AS. Namun menurutnya, ini bisa dibagi menjadi dua tahap, termasuk outsourcing lokal dan friend-shoring. Jika pembangunan rantai pasokan industri AS bisa berkembang ke tahap kedua friend-shoring dan menguntungkan AS, maka bentuk kerja sama aliansi mungkin menjadi pilihan AS.