Sama-sama terinspirasi album "Salute to Koes Bersaudara" karya Erwin Gutawa, gue dan Figgy sama-sama akhirnya memilih karir sebagai musisi, penata musik orkestra dan produser. Ketika album itu dirilis di tahun 2004, Figgy masih tinggal di Ambon, dan gue di Jakarta. Ternyata jarak gak memisahkan passion dan inspirasi untuk berkarya, karena gak lama setelahnya Figgy berangkat ke Jakarta untuk memperdalam musik langsung ke pusat industrinya, tempat di mana pertukaran ide musikal terjadi begitu rapat, cepat dan tepat.
Setelah itu sisanya adalah sejarah, dan waktu mempertemukan Figgy dengan mentor demi mentor yang mendorong dan memaksanya untuk terus berkembang. Alvin Lubis, Oni Krisnerwinto, juga Erwin Gutawa masing-masing berperan dalam memperlebar cakupan bahasa musikal dari permainan dan produksi musik yang ia hasilkan, baik di atas panggung, di layar kaca, maupun di balik dapur rekaman.
Menjadi saksi dari perihnya kerusuhan bertema SARA di kota kelahirannya, Figgy memetik suatu pelajaran berharga. Musik ternyata tak memisahkan manusia, melainkan menyatukan umat dari beragamnya latar belakang. Kekuatan musik inilah yang terus membuatnya bertahan, termasuk di era pandemi seperti sekarang ini.
05:40 Memutuskan pindah dari Ambon ke Jakarta
10:06 Pengaruh album Erwin Gutawa, “Salute to Koes Bersaudara”
13:08 Kuliah musik itu penting gak sih?
15:09 Tuntutan pekerjaan musisi di televisi
18:23 Bagi tugas antara 3 pemain keyboards dalam 1 band di Indonesian Idol
24:30 Standarisasi musisi di industri musik
26:01 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan musikalitas
34:26 Pengalaman belajar produksi rekaman
46:37 Misi musikal Figgy lewat KAK5
Figgy Papilaya: https://www.instagram.com/figgypapilaya/
Fortetalks © 2020 by Forteplay Records