Share Fortetalks
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By Andreas
The podcast currently has 21 episodes available.
Sama-sama terinspirasi album "Salute to Koes Bersaudara" karya Erwin Gutawa, gue dan Figgy sama-sama akhirnya memilih karir sebagai musisi, penata musik orkestra dan produser. Ketika album itu dirilis di tahun 2004, Figgy masih tinggal di Ambon, dan gue di Jakarta. Ternyata jarak gak memisahkan passion dan inspirasi untuk berkarya, karena gak lama setelahnya Figgy berangkat ke Jakarta untuk memperdalam musik langsung ke pusat industrinya, tempat di mana pertukaran ide musikal terjadi begitu rapat, cepat dan tepat.
Setelah itu sisanya adalah sejarah, dan waktu mempertemukan Figgy dengan mentor demi mentor yang mendorong dan memaksanya untuk terus berkembang. Alvin Lubis, Oni Krisnerwinto, juga Erwin Gutawa masing-masing berperan dalam memperlebar cakupan bahasa musikal dari permainan dan produksi musik yang ia hasilkan, baik di atas panggung, di layar kaca, maupun di balik dapur rekaman.
Menjadi saksi dari perihnya kerusuhan bertema SARA di kota kelahirannya, Figgy memetik suatu pelajaran berharga. Musik ternyata tak memisahkan manusia, melainkan menyatukan umat dari beragamnya latar belakang. Kekuatan musik inilah yang terus membuatnya bertahan, termasuk di era pandemi seperti sekarang ini.
00:00 Intro
01:28 Halo Figgy!
05:40 Memutuskan pindah dari Ambon ke Jakarta
10:06 Pengaruh album Erwin Gutawa, “Salute to Koes Bersaudara”
13:08 Kuliah musik itu penting gak sih?
15:09 Tuntutan pekerjaan musisi di televisi
18:23 Bagi tugas antara 3 pemain keyboards dalam 1 band di Indonesian Idol
24:30 Standarisasi musisi di industri musik
26:01 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan musikalitas
34:26 Pengalaman belajar produksi rekaman
40:05 Tentang mentorship
46:37 Misi musikal Figgy lewat KAK5
51:56 Kekuatan musik
55:27 What’s next?
Ada sesuatu yang menyengat seperti listrik dari setiap musik yang Tommy Pratomo hasilkan, sama seperti selalu ada sihir di balik tiupan nmelodi di setiap penampilannya di atas panggung. Gue yakin ini didasari dari suatu awal yang menarik, yang ternyata terus mendorong Tommy untuk terus berkarya, baik lewat dual albumnya "TnD" bersama Dimas Pradipta (tamu di episode sebelumnya), hingga single terbarunya "Jetlag" yang baru dirilis minggu lalu. Dan menariknya, Tommy tidak ingin menganggap dirinya hanya sebagai seorang saksofonis, jadi ia tidak membatasi diri hanya bisa bermusik lewat medium alat musik ini saja. Hal ini terasa sangat kuat bila kita mendengarkan aneka warna yang beragam dari setiap single yang sudah ia rilis setelah "TnD" dirilis 2015.
Melanjutkan episode 14 yang lalu, kita akan lebih banyak ngobrol soal teknis produksi musik yang selama ini Dimas lakukan sebagai produser. Logic Pro, Battery, Kontakt Player, Spitfire Audio LABS, LA Scoring Strings, Ethno World 5/6 menjadi keyword yang banyak dibahas di sini. Semoga makin menginspirasi kamu yang mendengarkan ya!
Gue kenal Dimas Wibisana sejak gue mulai ikut bermusik bareng Sketsa di sekitar tahun 2009, duo gitar akustik bentukannya dengan Gerald Situmorang tahun 2007. Eksplorasi musikal Dimas pun terbentang lebar, termasuk menjadi gitaris session untuk Soulvibe, Alika, Isyana, Raisa, lalu pada 2016 ia membentuk band rock, JIVVA, sebelum akhirnya membentuk duo Biancadimas dengan istrinya, Bianca Nelwan, dengan album perdana mereka yang dirilis di 2018. Selama perjalanan itu pun Dimas terus mengasah kemampuan produksi musiknya dan banyak terlibat sebagai penulis lagu dan produser dalam penggarapan banyak sekali single dan soundtrack untuk film-film nasional, di antaranya adalah "Marmut Merah Jambu" (2014), "Dilan 1990" (2018), "Imperfect" (2019), dan "Bebas" (2019).
Setelah puas ngobrol tentang sisi artistik dan sisi teknis, di episode ini segi bisnis dalam bermusik banyak dikupas. Andre membagikan apa yang ia pelajari dalam bekerja di industri ini secara profesional, praktik seperti apa saja yang menurutnya sangat membantunya mengembangkan diri dan perusahaan post audio production-nya, juga pemikiran di balik keputusan-keputusannya.
Ternyata tugas seorang CEO itu tak terlalu berbeda dengan tugas seorang produser. Apa saja persamaan dari keduanya? Bisnis dalam bidang jasa, termasuk di bidang musik, itu bukan melulu soal uang, tapi terutama tentang kepercayaan dari orang lain dan hubungan baik. Semoga obrolan ini bisa membantu kamu juga dalam mengembangkan diri ya!
Multifungsi, itulah musisi Andre Harihandoyo dalam profesi yang dijalaninya sejak 14 tahun yang lalu. Berawal dari kesenangannya bermain Lego waktu kecil, hingga kini ia selalu senang mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya berfungsi. Sesimpel itulah awal mula ketertarikannya untuk bisa menguasai keterampilan apapun yang harus ia kuasai, termasuk bermain gitar, bernyanyi, menulis lagu, memproduksi karya rekam, membuat musik untuk film dan iklan, hingga menjalani Alunan, perusahaan post audio production yang ia gawangi bersama Aria Prayogi, seorang komponis musik film yang kiprahnya membawanya ke industri film dan televisi Amerika Serikat dan Inggris.
The podcast currently has 21 episodes available.