Share Humanity Youth Podcast
Share to email
Share to Facebook
Share to X
”Hutan sudah kami berikan, kehidupan kami sudah dicabut, bagaimana kami melanjutkan hari-hari kami di tanah Papua yang kaya raya ini?”
Cerita Mama ET dari Unurum Guay tentang hutan mereka yang dirusaki oleh perusahaan kelapa sawit dan komitmen mereka untuk tidak memberikan lahan lagi untuk dibuka oleh perusahaan.
“Jadi tolong bantu dan pahami kami, agar jangan lagi mereka membodohi kami dan menghabiskan hutan sumber hidup di sini”
Cerita mama MD dari Unurum Guay yang tentang ketidakadilan yang dialami oleh mereka akibat dari janji-janji manis perusahaan Kelapa Sawit di atas tanah adat mereka.
“Perempuan tidak pernah punya hak untuk berbicara, apalagi tentang perusahaan kelapa sawit dan segala keputusan pentingnya.”
Cerita mama VS dari Unurum Guay tentang perempuan yang tidak dilibatkan dalam keputusan atas pelepasan tanah adat kepada perusahaan namun, mereka terus berjuang untuk hak-hak mereka
“Bapa sa menangis sampai di rumah. Dia sedih karena tidak bisa menjaga hutan yang dititipkan Tuhan. “
Cerita Mama LT, umur 36 tahun, dari Boven Digoel tentang hutan mereka yang habis beserta flora dan fauna yang dulunya tinggal di dalam hutan karena ulah dari masuknya perusahaan perkebunan kelapa sawit
"Sampai mata ini menutup, sampai darah ini mengering, kami tidak akan berhenti menjaga, meminta kembali tanah hak leluhur kami."
Cerita Mama FM, 43 tahun, dari Lembah Kebar, Tambraw yang terus melawan untuk merebut kembali tanah milik suku Mpur walau harus melewati berbagai macam intimidasi yang dilakukan oleh aparat dan perusahaan.
"Hidup kami di atas tanah ini. Hutan yang memberi kami makan. Hutan yang menghasilkan sagu sebagai makanan pokok dan kayu untuk membuat rumah. kami akan terus menjaga tanah ulayat ini, tak sejengkalpun akan kami berikan. Selama hayat dikandung badan."
Cerita Mama OA, 48 tahun, dari Lembah Kebar, Tambraw bersama dengan masyarakat adat hak ulayat lainya menutup hutan marga Ariks. Mereka membuat palang untuk menghalangi alat-alat berat masuk membabat pohon-pohon yang ada di dalam hutan.
“Hutan sudah hilang, lahan kami tidak punya, mau mendirikan rumah tidak sanggup biaya. Wabah penyakit juga makin beragam. Dengan cara apa Tuhan pelihara mereka?”
Cerita Mama AW, umur 33 tahun, dari Kampung Tomage, Fakfak tentang hilangnya hutan dan tanah adat mereka karena diambil oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit.
"Tanah kami dirampas, hutan kami diambil, dan kehidupan kami sudah dibeli dengan harga yang sangat murah, di tanah Papua yang kaya raya."
Cerita Mama AB, 53 tahun, dari Boven Digoel melawan perusahaan yang berusaha terus merampas tanah dan hutan milik masyarakat adat.
"Ini bukan cerita di film. Ini kisah nyata. Masih di negeri yang sama, Negara Indonesia."
Sekelumit kisah mama-mama dari Boven Digoel, Unurum Guay di Jayapura, Tomage di Fak Fak dan Lembah Kebar di Tambraw menjaga tanahnya, menjaga kehidupan, dan keseimbangan Tanah Papua yang kaya raya dari perusahaan-perusahaan yang mencerabut mereka dari identitasnya.
Selamat mendengar, sila menyimak.
Musik dari:
"Aka Bipa Mare" - David Bridie
Film "Strangebirds in Paradise - A West Papuan Story" bisa diakses di www.beamafilm.com
The podcast currently has 10 episodes available.