Pada era globalisasi ini, dunia internasional telah lama mengalami proses integritas internasional dan regional melalui pertukaran pandangan, ide, barang dan banyak aspek budaya. Tujuan utamanya adalah membuat dunia lebih sejahtera dan stabil di semua dimensi. Salah satu dampak globalisasi dapat terlihat di bidang ekonomi, dimana negara mengalami meningkatnya saling ketergantungan ekonomi dengan satu sama lain di seluruh dunia melalui peningkatan pesat dalam pergerakan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas batas. Globalisasi tersendiri memiliki efek baik dan buruk terhadap pengaruhnya tersendiri kepada pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara. Pada Indonesia sendiri, dampak globalisasi ini dapat terlihat kepada salah satu penopang ekonomi di Indonesia, yakni UMKM.

Usaha Mikro Kecil Menengah atau lebih dikenal dengan nama pendeknya UMKM, adalah salah unit didalam Indonesia yang telah mengalami banyak kesulitan ataupun perubahan yang dibawa oleh globalisasi, seperti digitalisasi. UMKM tersendiri adalah salah satu usaha ekonomi produktif yang membantu membangun perekonomian nasional Indonesia. Dengan datangnya globalisasi, UMKM memiliki teknologi baru serta saingan baru dari luar negeri yang memicu UMKM nasional untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas mereka. Oleh karena itu, episode ini ingin mengeksplorasikan dampak globalisasi terhadap UMKM serta implikasinya terhadap Indonesia di dunia internasional dengan mengundang Mba Nana Dosen HI UGM agar kita dapat berdiskusi lebih dalam.

Throughout the history of modern society, we have seen the persistent attention on health issues that have become more political. These issues are especially prominent during the COVID-19 pandemic as we see countries utilizing the opportunity to forward their political agenda based on health issues —whether it affects health positively or negatively. As exemplified in the practice of ‘vaccine diplomacy’ by countries such as India, China, Japan, and numerous other countries. India has delivered millions of vaccines as gifts to neighbouring countries to combat the COVID-19 crisis, extending from Myanmar and Bangladesh to Mauritius and Seychelles, which has attracted much international attention and shows India’s vaccine-manufacturing capacity and international generosity. Hence, through ‘vaccine diplomacy,’ health issues are not without the aspects of politics and soft power. Thus, in this second episode of IR-Fication, the podcast have invited Mr Agus from the Global Fund to delve deep into the topic of health politics, its effect on the recent pandemic, and the implication of politics in health or vice-versa.

[IR-FICATION #1 ON AIR] 

Larangan Ekspor Batu Bara ⁉️Apa itu  

Halooo temen-temen IR-Fication! mungkin dulu kalian lebih kenal kami dengan nama lain, yaitu CIRCA. Tapi kita sekarang sudah berubah nama nih! menjadi IR-Fication. Untuk episode perdana kami ini, kami bekerja sama dengan MTI Insights yang berasal dari ITB untuk memaparkan informarsi mengenai kebijakan larangan ekspor batu bara di awal tahun ini oleh pemerintah Indonesia. Pada episode perdana ini kami juga ditemani oleh Zalikha dari MTI Insights ITB serta Kak Bedriansyah nihh. Dengan itu kami harap pada episode ini para pendengar dapat mendapatkan perspektif baru ataupun informasi mengenai isu ini! 

Happy listening, IRenthusiasts

Pada episode kedelapan ini, Qoni (CIRCA Komahi UGM) ditemani bareng Stey (Podcast Bangsa-Bangsa HIMA HI Unpad) untuk bicara tentang topik diinisiasikannya B3W oleh negara-negara G7. Pembentukan B3W ini digadang-gadang sebagai usaha Amerika Serikat untuk mengkonter BRI dan pengaruh Cina di tengah-tengah meningkatnya rivalitas AS-Cina. Agar pembahasan lebih komprehensif, CIRCA mengundang narasumber dari SABRI Chapter UGM, yaitu Kak Rafindra Setiawan. Selamat menyaksikan!

Pada episode ketujuh, CIRCA berkolaborasi dengan FPCI Chapter UGM membahas mengenai bagaimana perempuan diposisikan oleh Taliban dalam logika developmentalisme. Podcast kali ini ditemani oleh kak Maryam Jameelah dari Resister Indonesia dan Peneliti Studi Psiko-Sosial dan Pembangunisme.  

Pada episode keenam, CIRCA mengambil topik gelombang hallyu dan k-pop sebagai soft power milik Korea Selatan. Podcast kali ini ditemani oleh Kak Jasmine Floretta yang merupakan BTS Army sekaligus pengguna aktif twitter yang kerap mengunggah opininya berkenaan isu K-Pop dan Gender. Dalam podcast ini, kami membahas awal mula berkembangnya gelombang hallyu, penggunaan K-Pop dan industri budaya sebagai soft power Korea Selatan, serta pengangkatan BTS sebagai special envoy diplomasi kultural Korea Selatan.

Pada episode kelima, CIRCA mengambil isu pemenuhan hak-hak dasar komunitas LGBTIQ terkhusus di kawasan Asia Tenggara yang kerap mendapatkan perlakuam diskriminatif. Podcast kali ini turut merayakan pride month di bulan Juni ini sebagai selebrasi kebanggaan atas identitas komunitas LGBTIQ. Podcast kali ini ditemani oleh Kak Lini Zurlia dari ASEAN SOGIE Caucus untuk membahas sikap negara-negara ASEAN terhadap pemenuhan hak komunitas LGBTIQ, upaya advokasi dari komunitas, dan harapan komunitas LGBTIQ terhadap lingkungan ASEAN ke depannya.

Pada episode keempat, CIRCA mengambil isu ketegangan antara Taiwan dengan Tiongkok yang semakin memanas ditandai laporan “serangan” dan aksi militer yang dilakukan Tiongkok sekitar bulan Februari lalu. Podcast kali ini ditemani oleh Kak Alfin Febrian B. (Mahasiswa GPS HI ‘18) penyebab, penjelasan, dampak ketegangan, serta respons Amerika Serikat terhadap aksi Tiongkok.

Pada episode ketiga ini CIRCA mengangkat tema mengenai isu asian hate yang sedang marak terjadi di Amerika Serikat. Bersama ibu Nur Saktiningrum (Pengampu American Studies FIB UGM), Qoni dan Sekar mendiskusikan sejarah, aspek pendukung, dan hal-hal terkait peningkatan kebencian terhadap kalangan Asian-American di Amerika Serikat.

Dalam memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret kemarin, pada episode kedua ini CIRCA mengangkat tema mengenai UN Women Peacekeeper. Bersama ibu Ina N. (UN Women Peacekeeper di Republik Afrika Tengah), Qoni dan Sekar mendiskusikan serba serbi peacekeeping yang dilakukan oleh perempuan dan dampaknya terhadap perdamaian di daerah konflik serta pendobrakan stigma maskulinitas yang melingkupi isu keamanan internasional.