Di dalam Injil Matius 6:32 Tuhan Yesus berkata, “Itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.” Apa maksud pernyataan Tuhan Yesus di situ sebenarnya? Tuhan sedang berbicara dalam konteks kekhawatiran. “Jangan kamu khawatir apa yang akan kamu makan, kamu pakai, dan seterusnya. Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semua itu.” Maka pertanyaannya, apakah kita tidak ikut mencari makan dan pakaian itu? Kita juga mencari, tetapi maksudnya adalah hal makan dan pakai tidak menjadi tujuan hidup kita. Di ayat 26 dikatakan, “Pandanglah burung-burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung; namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga; bukankah kamu melebihi burung-burung itu?” Ada bagian yang burung-burung itu harus lakukan; terbang, lalu mematuk atau mengambil makanan yang tersisa. Bagian manusia yang harus menanam gandum, bagian manusia yang harus bekerja untuk menumbuhkan. Artinya “menanam gandum dan lain-lain,” itu bukan bagian burung; burung tidak bisa menanam, tetapi burung punya bagian, yaitu ia harus terbang untuk mendapatkan makanannya.
Demikian pula kita, ada bagian yang tidak bisa kita lakukan. Tetapi ada bagian yang kita lakukan, yaitu kita bekerja mencari nafkah; di luar itu adalah bagiannya Tuhan. Bagian kita adalah berusaha memasukkan lamaran pada berbagai pekerjaan, mencoba usaha kecil baru, mencari peluang untuk berbisnis, dan sebagainya. Bagi yang punya bisnis, membuka kantor, memiliki hubungan dengan luar negeri, impor ekspor, dan lain sebagainya; itu adalah bagian kita. Tetapi memang ada bagian-bagian yang tidak bisa kita penuhi atau tidak bisa kita lakukan, dan kita percaya itu bagian Tuhan. Seandainya kita tidak minta pun, Allah tahu bahwa itu bagian Allah; di luar kemampuan kita. Jangan coba-coba mengatur Allah.
“Itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” artinya memang mereka menjadikan semua itu tujuan. Berbeda dengan kita sebagai orang percaya. Di ayat 33 dikatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Banyak orang Kristen yang salah melangkah. Jika mereka berdoa, mereka hendak mengatur Tuhan dengan doanya. Seperti misalnya, “Tuhan, tolonglah supaya usaha ini jadi begini, jadi begitu. Tuhan, tolonglah supaya rumah ini jangan disita. Tuhan, tolonglah supaya begini, begitu.” Sebenarnya, kita tidak perlu mengatur Tuhan begitu rupa. Bahkan, tidak jarang karena terlalu memaksa, akhirnya kita sendiri yang memperoleh kesulitan dengan pilihan kita. Misalnya, karena kita terlalu berambisi untuk masuk dalam kantor pemerintahan tertentu, kemudian kita tergoda untuk korupsi lalu masuk penjara. Di situ kita akan terlibat dalam skandal perselingkuhan, dan lain-lain; di situ akan bertemu orang jahat yang akan mencelakai atau mencederai kita. Tuhan tahu, itu di luar kemampuan kita. Maka, tidak jarang Tuhan seolah mengabaikan doa kita, sebab Ia tahu bahwa itu membahayakan kita. Oleh karenanya, tidak perlu mengatur dan memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita. Penuhi bagian kita, dan biarkan Allah memenuhi bagian-Nya.
Yang menjadi tujuan kita adalah Kerajaan Surga; maksudnya adalah bagaimana kita menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Karena bagi umat Perjanjian Baru itu standarnya bukan masyarakat, melainkan dimuliakan bersama Tuhan Yesus yang memerintah sebagai Raja, dan kita akan menjadi hakim-hakim. Jadi, yang kita persoalkan adalah bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Itu yang kita gumuli, itu yang kita cari. Kalau kita sekarang bisnis, kita kerja, kita berdagang, kita membesarkan anak-anak dengan segala aktivitasnya; itu bukanlah tujuan. Tujuan kita adalah bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga yang baik, bagaimana kita terus membenahi diri, supaya pada waktu kita menghadap takhta pengadilan Allah, kita dijumpai berkenan. Itu tidak mudah, itu berat, itu paling sulit.