
Sign up to save your podcasts
Or


美食無國界Jelajah Kuliner
台灣傳承古早味米的魅力
CERITA RASA
EPISODE: KUE LOBAK DAN WARISAN RASA
Saya Maria Sukamto
ingin mengajak Anda jalan-jalan…
Bukan ke tempat wisata,
Rasa yang sudah hidup ratusan tahun,
Rasa itu hidup dalam satu makanan yang mungkin Anda kenal,
Namanya: kue lobak.
Kue ini sering muncul saat Tahun Baru Imlek,
Kalau Anda pernah mencium aromanya saat dikukus,
Aroma lobak dan beras bercampur,
Di Taiwan, kue ini dikenal sebagai tshài-thâu-kué.
Tapi sejarahnya… tidak sesederhana bentuknya.
Mari kita mulai dari masa lalu,
Dulu, beras yang digunakan orang Taiwan bukan seperti beras sekarang—yang pulen, lengket, dan gampang dikunyah.
Yang digunakan adalah beras Zailaimi.
Beras ini sudah menjadi makanan pokok sejak akhir Dinasti Ming,
Kalau Anda pernah makan kue lobak, kue talam, atau kue tradisional lainnya—
Menurut Wang Hao-yi, seorang arkeolog kuliner,
Tapi, mengapa kue lobak jadi begitu penting?
Karena di balik rasanya, ada kisah tentang kesetiaan dan pengorbanan.
Waktu pemerintahan Ming Zheng runtuh,
Ia memilih mengakhiri hidupnya.
Tapi sebelum itu, ia memberikan seluruh tanah pertaniannya
Sebagai bentuk terima kasih, rakyat mulai membuat kue-kue khas zaman Ming—
Tanpa upacara besar, tanpa publisitas.
Hanya kenangan, rasa hormat, dan sepotong kue yang jadi simbol kesetiaan.
Cerita berlanjut ke masa kini.
Di Douliu, Yunlin, ada toko kecil bernama Ah Niu’s Radish Cake.
Bukan toko besar.
Lai Kuo Cheng, pemiliknya, bangun jam 3.30 pagi setiap hari.
Saat matahari baru naik, di bawah pohon besar,
Suara itu menandakan hari dimulai.
Kue lobak digoreng hingga renyah di luar,
Disajikan dengan minuman sari beras buatan sendiri,
Kalau Anda pernah coba, Anda akan tahu:
Tapi yang membuat toko ini istimewa bukan cuma rasanya.
Lai dan keluarganya menanam sendiri beras dan lobaknya.
Tangan beliau penuh bekas luka.
Katanya, dulu pernah terluka saat membelah kayu bakar pakai gergaji mesin.
Dan memang, mereka bersikeras:
Aroma berasnya terasa murni.
Bergeser sedikit ke pegunungan Emei, Hsinchu.
Di sana, seorang ibu Hakka bernama Zeng Zhao-hua
Kalau Anda pernah lihat prosesnya, Anda pasti kagum.
Zeng bilang, “Ini pekerjaan berat,
Tapi beliau tetap bertahan.
Karena menurutnya,
Zeng belajar dari ibu mertuanya.
Ia melakukan banyak eksperimen,
Dan dia punya prinsip:
Semua bahan dipilih sesuai musim—
Dan tentu saja, beras Zailaimi.
Kalau Anda gigit kue lobaknya,
Tapi zaman berubah.
Dulu, di Taipei, ada kawasan yang dikenal sebagai Jalan Kue,
Salah satunya adalah Toko Kue Lin Zhen, berdiri sejak 1964.
Tapi gaya hidup masyarakat berubah.
Namun Lin Zhen tidak menyerah.
Generasi ketiga, Lin Fan-kai, yang sempat bekerja di Amerika,
Ia membawa ide baru:
Dari kue lobak rasa laut—dengan udang sakura dan saus XO,
Tapi satu hal yang tidak berubah:
Fan-kai menyebut misi mereka:
Jadi… ketika Anda makan kue lobak,
Anda sedang menikmati satu lembar sejarah.
Dari dapur-dapur kecil, ladang beras, hingga tungku kayu di pegunungan,
Dan saya harap, setelah mendengar cerita ini, kue lobak tidak akan terasa biasa lagi.
Terima kasih sudah mendengarkan Cerita Rasa.
By Maria Sukamto, Rti美食無國界Jelajah Kuliner
台灣傳承古早味米的魅力
CERITA RASA
EPISODE: KUE LOBAK DAN WARISAN RASA
Saya Maria Sukamto
ingin mengajak Anda jalan-jalan…
Bukan ke tempat wisata,
Rasa yang sudah hidup ratusan tahun,
Rasa itu hidup dalam satu makanan yang mungkin Anda kenal,
Namanya: kue lobak.
Kue ini sering muncul saat Tahun Baru Imlek,
Kalau Anda pernah mencium aromanya saat dikukus,
Aroma lobak dan beras bercampur,
Di Taiwan, kue ini dikenal sebagai tshài-thâu-kué.
Tapi sejarahnya… tidak sesederhana bentuknya.
Mari kita mulai dari masa lalu,
Dulu, beras yang digunakan orang Taiwan bukan seperti beras sekarang—yang pulen, lengket, dan gampang dikunyah.
Yang digunakan adalah beras Zailaimi.
Beras ini sudah menjadi makanan pokok sejak akhir Dinasti Ming,
Kalau Anda pernah makan kue lobak, kue talam, atau kue tradisional lainnya—
Menurut Wang Hao-yi, seorang arkeolog kuliner,
Tapi, mengapa kue lobak jadi begitu penting?
Karena di balik rasanya, ada kisah tentang kesetiaan dan pengorbanan.
Waktu pemerintahan Ming Zheng runtuh,
Ia memilih mengakhiri hidupnya.
Tapi sebelum itu, ia memberikan seluruh tanah pertaniannya
Sebagai bentuk terima kasih, rakyat mulai membuat kue-kue khas zaman Ming—
Tanpa upacara besar, tanpa publisitas.
Hanya kenangan, rasa hormat, dan sepotong kue yang jadi simbol kesetiaan.
Cerita berlanjut ke masa kini.
Di Douliu, Yunlin, ada toko kecil bernama Ah Niu’s Radish Cake.
Bukan toko besar.
Lai Kuo Cheng, pemiliknya, bangun jam 3.30 pagi setiap hari.
Saat matahari baru naik, di bawah pohon besar,
Suara itu menandakan hari dimulai.
Kue lobak digoreng hingga renyah di luar,
Disajikan dengan minuman sari beras buatan sendiri,
Kalau Anda pernah coba, Anda akan tahu:
Tapi yang membuat toko ini istimewa bukan cuma rasanya.
Lai dan keluarganya menanam sendiri beras dan lobaknya.
Tangan beliau penuh bekas luka.
Katanya, dulu pernah terluka saat membelah kayu bakar pakai gergaji mesin.
Dan memang, mereka bersikeras:
Aroma berasnya terasa murni.
Bergeser sedikit ke pegunungan Emei, Hsinchu.
Di sana, seorang ibu Hakka bernama Zeng Zhao-hua
Kalau Anda pernah lihat prosesnya, Anda pasti kagum.
Zeng bilang, “Ini pekerjaan berat,
Tapi beliau tetap bertahan.
Karena menurutnya,
Zeng belajar dari ibu mertuanya.
Ia melakukan banyak eksperimen,
Dan dia punya prinsip:
Semua bahan dipilih sesuai musim—
Dan tentu saja, beras Zailaimi.
Kalau Anda gigit kue lobaknya,
Tapi zaman berubah.
Dulu, di Taipei, ada kawasan yang dikenal sebagai Jalan Kue,
Salah satunya adalah Toko Kue Lin Zhen, berdiri sejak 1964.
Tapi gaya hidup masyarakat berubah.
Namun Lin Zhen tidak menyerah.
Generasi ketiga, Lin Fan-kai, yang sempat bekerja di Amerika,
Ia membawa ide baru:
Dari kue lobak rasa laut—dengan udang sakura dan saus XO,
Tapi satu hal yang tidak berubah:
Fan-kai menyebut misi mereka:
Jadi… ketika Anda makan kue lobak,
Anda sedang menikmati satu lembar sejarah.
Dari dapur-dapur kecil, ladang beras, hingga tungku kayu di pegunungan,
Dan saya harap, setelah mendengar cerita ini, kue lobak tidak akan terasa biasa lagi.
Terima kasih sudah mendengarkan Cerita Rasa.