Tidak ada yang bisa menebak pertemuan. Tidak ada yang bisa menebak hati.
Apakah senyuman pertama membuat hatimu berdetak dengan kecang atau tidak.
Apakah genggaman tangan yang pertama membuatmu tidak ingin melepaskannya.
Atau malah biasa-biasa saja.
Awal yang biasa,
Namun rasa yang semakin lama semakin tidak bisa.
Sungguh, tidak ada yang bisa menebak rasa.
Kalau saja bisa menebak, apa yang akan terjebak.
Atas jantung yang berdetak.
Atau hati yang tersentak.
Kalau saja..
Pernah kuberkata,
bahwa aku telah terlambat.
Bagaimana kelanjutannya?
Aku terjerembap!
Sangat dalam, sangaaaat dalam!
Tangga?!
Tidak bisa!
Lompat? apalagi!
Bahkan mungkin kaki-kakiku sudah patah.
Bagaimana bisa ditolong?
Tali?
Tidak bisa.
Bahkan mungkin kesadaranku sudah tak bersisa.
Kalau saja, senyuman pertama membawa peringatan.
Kalau saja, senyuman kedua tidak pernah ada.
Kalau saja, hati ini tegas pada senyuman ketiga.
Entah mungkin lubang ini yang akan menolongku.
Menghilangkanku dari kerumunan.
Menenggelamku dari kegelapan.
Sungguh. Dan entah apa yang bisa kutemukan.
Hanya bisa berharap pada hujan.
Wahai langit, kali ini tolonglah.
Menangislah.
Menangislah.
Agar kubisa berenang menggapai puncak