Perspektif

Latihan Militer Gabungan AS dengan Filipina Pamerkan Senjata Canggih Terbaru, Tingkatkan Kemampuan Penangkalan di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan


Listen Later

(Taiwan, ROC) --- Amerika Serikat dan Filipina dalam beberapa bulan terakhir sering menggelar latihan militer gabungan yang berfokus pada ancaman di Laut Tiongkok Selatan, sekaligus mengerahkan senjata canggih terbaru ke Filipina.

Para analis berpendapat bahwa langkah ini tidak hanya bertujuan untuk membendung ekspansi Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, tetapi juga memperkuat kemampuan penangkalan terhadap potensi agresi Tiongkok di Selat Taiwan.

 

AS dan Filipina Kerahkan Senjata Canggih Terbaru yang Tertuju pada Tiongkok

Pada tanggal 26 Mei 2025, Amerika Serikat dan Filipina memulai latihan militer gabungan tahunan Kamandag. Latihan ini berlangsung selama dua minggu hingga 6 Juni 2025. Sebelumnya, kedua negara juga telah melakukan beberapa latihan militer gabungan lainnya.

Selain latihan Kamandag, rangkaian latihan militer intensif AS dengan Filipina belakangan ini termasuk Exercise Salaknib yang berlangsung selama tiga minggu pada akhir Maret, segera diikuti oleh latihan gabungan tahunan Balikatan yang berlangsung dari akhir April hingga awal Mei.

Pada 20 Mei, kedua negara juga melaksanakan Maritime Cooperative Activity (MCA) untuk kedua kalinya tahun ini, dengan kapal-kapal penjaga pantai kedua negara untuk pertama kalinya bergabung dalam latihan militer skala besar yang melibatkan berbagai cabang angkatan bersenjata.

Selain itu, Amerika Serikat juga telah mengerahkan sistem senjata canggih terbaru Navy/Marine Corps Expeditionary Ship Interdiction System (NMESIS) berupa rudal anti-kapal ke Filipina. Meskipun pejabat kedua negara menyatakan bahwa latihan tersebut tidak ditujukan kepada negara tertentu, tetapi di tengah ketegangan yang terus berlanjut antara Filipina dengan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, membuat pergerakan militer terbaru dari keduanya ini dipandang sebagai upaya untuk membendung ekspansi kekuatan maritim Tiongkok di kawasan tersebut.

 

Menargetkan Selat Bashi: NMESIS Ditempatkan di Filipina Utara

NMESIS adalah sistem rudal anti-kapal berbasis darat yang digunakan oleh Korps Marinir Amerika Serikat untuk menyerang target musuh di laut dari daratan. Su Tzu-yun (蘇紫雲), Direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Pertahanan di Institut Penelitian Keamanan Pertahanan, menjelaskan bahwa NMESIS merupakan konsep taktis baru bagi Korps Marinir yang dikembangkan untuk menghadapi situasi khusus di Rantai Pulau Pertama.

Sistem ini memungkinkan Korps Marinir tidak lagi hanya berfokus pada pertempuran pendaratan seperti sebelumnya, tetapi juga dapat memberikan ancaman yang signifikan terhadap armada laut dari posisi di daratan.

NMESIS pertama kali diperlihatkan di Filipina selama latihan Balikatan dan ditempatkan di Pulau Batan di ujung utara Filipina. Pejabat Filipina menyatakan bahwa latihan gabungan Kamandag yang sedang berlangsung akan menggunakan sistem ini untuk latihan tembak langsung di bagian utara Pulau Luzon.

Dengan jangkauan mencapai 185 kilometer, NMESIS dapat mencakup Selat Bashi, yakni jalur perairan penting antara Taiwan dan Filipina yang memiliki lebar rata-rata 185 kilometer. Tiongkok sebelumnya telah berulang kali memprotes penempatan sistem ini di Filipina, dan diperkirakan akan memberikan reaksi yang lebih keras setelah uji tembak langsung dilaksanakan.

Su Tzu-yun mengatakan, "Keunggulan rudal ini pertama-tama adalah jangkauannya yang mencapai 185 kilometer. Jika ditempatkan di sekitar Pulau Luzon di Filipina utara, pada dasarnya dapat mencakup Selat Bashi di selatan Taiwan dan membentuk tembakan silang dengan rudal anti-kapal Republik Tiongkok, sehingga dapat memblokade pergerakan kapal-kapal Tiongkok."

Erich Shih (施孝瑋), editor situs Military & Aviation News, menunjukkan bahwa karena kondisi geografis Pasifik Barat yang sebagian besar terdiri dari pulau-pulau, kelemahan terbesar kekuatan militer AS di wilayah ini adalah terbatasnya basis yang dapat digunakan untuk mengerahkan rudal.

Ia berpendapat bahwa NMESIS memiliki mobilitas yang sangat tinggi dan dapat memanfaatkan pulau-pulau yang disediakan Filipina, sehingga memungkinkan AS untuk mengerahkan rudal anti-kapal dengan pendekatan masuk cepat, keluar cepat, yang dapat memberikan efek penghalang tertentu terhadap armada Laut Tiongkok Selatan milik Tentara Pembebasan Rakyat.

 

Mencegah Tentara Pembebasan Rakyat: Peran Krusial Filipina dalam Rantai Pulau Pertama

Filipina terletak di selatan Taiwan, berhadapan dengan Taiwan melalui Selat Bashi. Baik Filipina maupun Taiwan merupakan bagian dari Rantai Pulau Pertama, garis pertahanan pertama Amerika Serikat untuk membendung militer Tiongkok.

Su Tzu-yun menganalisis bahwa Filipina memainkan peran pertahanan krusial di Laut Tiongkok Selatan dalam Rantai Pulau Pertama, membendung strategi pengembangan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok yang disebut Dua Samudra Tiga Laut, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta Laut Tiongkok Timur, Selat Taiwan, dan jalur pelayaran vital Angkatan Laut lepas pantai di Laut Tiongkok Selatan.

Erich Shih menganalisis bahwa penguatan penempatan militer Amerika Serikat di Filipina bertujuan untuk meningkatkan kemampuan militer Filipina, sehingga dapat menahan Armada Laut Tiongkok Selatan, yang merupakan armada terkuat Angkatan Laut Tiongkok, agar tetap terbatas dalam wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Selain itu, karena keterbatasan kebijakan Amerika Serikat yang mencegah penempatan pasukan Amerika di Taiwan, maka posisi Filipina dalam Rantai Pulau Pertama menjadi semakin penting.

 

...more
View all episodesView all episodes
Download on the App Store

PerspektifBy Yunus Hendry, Rti