Pernah nggak sih, kamu lagi beres-beres kamar, terus nemu barang-barang yang udah lama banget nggak kepake? Misalnya:

Baju hasil lapar mata waktu diskon;

Pajangan lucu yang dulu rasanya harus banget dibeli, tapi sekarang cuma numpuk debu;

Atau barang-barang lain yang kamu bahkan udah lupa pernah punya!

Lama-lama bukan cuma kamar yang penuh. Hati pun terasa sumpek. Banyak barang, banyak keinginan, banyak hal yang kita kira kalau dipenuhi bisa bikin hidup makin lengkap. Tapi, kenyataannya malah bikin hidup terasa makin kosong.

Di tengah kerumitan ini, ada satu konsep bernama “minimalisme”, sebuah ajakan untuk melawan sifat konsumtif yang cenderung merugikan diri dan lingkungan. Katanya, dengan punya lebih sedikit, hidup bisa terasa lebih lega, lebih damai.

Tapi, benarkah minimalisme bisa jadi jawaban? Apakah hidup sederhana otomatis bikin hati tenang? Atau, justru ada sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar sederhana, sesuatu yang membuat kita sungguh mengenal Tuhan dan menemukan makna sejati?

Yuk kita bahas bareng-bareng topik seru ini bersama Pdt. Yolanda Pantou (@ecominimalist) seorang pegiat minimalisme dan hamba Tuhan di GKI Surya Utama.