Ada sebuah pertanyaan sederhana, tetapi bisa dianggap mengada-ada; sebuah pertanyaan yang bersifat filosofis, bersifat pemikiran atau perenungan: “Apakah sekarang kita masih memiliki kehidupan?” Kehidupan yang dimaksud bukan hanya sekadar tubuh kita yang bergerak, mulut kita yang masih terbuka dan bisa menikmati makanan, nafas yang masih berkembang di dada, nadi dan jantung yang masih berdenyut dan berdetak. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh keberadaan kita, baik jasmani dan juga rohani. Rohani, artinya apakah kita menikmati ketenangan dan kedamaian? Atau justru kita merasa tertekan dan tertindas? Mungkin juga kesenangan atau kebahagiaan? Tetapi kesenangan dan kebahagiaan yang sebenarnya membawa kita kepada kebinasaan, bukanlah kehidupan.
Sekarang ini, sebenarnya banyak orang yang telah kehilangan kehidupan. Misalnya seorang wanita yang menikah dengan pria yang bengis, kejam, dan pelit. Wanita ini dulu pernah kuliah, bekerja, punya sahabat-sahabat dan teman-teman, menikmati kebersamaan dengan sahabat-sahabatnya. Tetapi, begitu menikah, dia tidak punya uang sendiri, karena suaminya tidak memberi uang dengan cukup. Suaminya juga kasar, dan melakukan KDRT. Ini adalah salah satu contoh dari kisah seorang wanita yang kehilangan kehidupannya. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam memilih teman hidup. Lebih baik tidak menikah daripada menikah namun kita kehilangan kehidupan.
Sebaliknya, ada juga wanita yang menikah dengan keluarga kaya. Semua serba kecukupan; anak-anak baik, suami baik, mertua sayang kepadanya, tetapi mereka tidak mengenal Tuhan. Keluarga yang materialistis, sukanya berpesta, wisata, makan-makan. Mungkin juga bergereja, tetapi tidak all out mengikut Tuhan secara benar. Hanya beragama Kristen, tetapi tidak mengikut Tuhan. Bersikap kejam dan bengis terhadap orang lemah. Tentu orang kaya sering tidak takut siapa-siapa, karena merasa punya relasi pejabat tinggi. Kalau bisa, mereka akan mencari musuh untuk menunjukkan kekuatan dan kemampuannya. Orang seperti ini, jangan kita pikir memiliki kehidupan. Dia sedang hidup dalam mimpi; mimpi yang dirasa indah, tetapi sebenarnya akan berakhir.
Jadi, kita yang sekarang ini dalam keadaan baik-baik, dalam keadaan yang terbilang sukses, diberkati Tuhan, mari kita berhati-hati. Kita bisa saja sebenarnya sedang dibantai oleh kuasa gelap, digiring menuju api kekal. Lalu, bagaimana kita memiliki kehidupan? Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita hari ini, kita bisa memiliki kehidupan. Jangan ceroboh, jangan cepat-cepat mengambil keputusan. Walaupun kondisi kita berat, tetap kita harus benar-benar mempertanyakan dan mempersoalkan semua kebutuhan dan keinginan kita dengan Tuhan.
Kehidupan hanya ada pada Tuhan; tidak ada pada siapa-siapa. Tanpa Tuhan, kita tidak punya kehidupan. Ada kelompok orang yang tertindas, hidupnya dalam tekanan dan hanyut dalam penderitaan, tidak bisa berdoa, malas ke gereja, dan tidak jarang yang marah terhadap Tuhan. Sementara, di pihak lain, ada orang yang merasa hidupnya diberkati, sukses, tetapi sebenarnya sedang diarahkan dan digiring menuju kegelapan abadi. Kebahagiaan mereka tertumpu pada harta kekayaannya, bukan kepada Tuhan. Mudah bagi mereka untuk ke gereja, mudah bagi mereka menunjukkan seakan-akan mereka peduli pekerjaan Tuhan. Mudah mengundang pendeta hadir di rumahnya dan memuji menyembah Tuhan. Tetapi, kehidupan sehari-harinya tidak sungguh-sungguh menyenangkan hati Tuhan. Ini orang-orang yang tidak memiliki kehidupan.
Pada umumnya, hampir semua orang tidak memiliki kehidupan. Tetapi mulai hari ini, kita bisa berubah. Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai kehidupan kita, maka kita menemukan kehidupan. Walaupun keadaan kita tidak utuh, tidak lengkap, berada dalam situasi yang membuat kita tidak bisa menikmati kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup, kita masih bisa memiliki kehidupan. Jadikanlah Tuhan sebagai kehidupan, kebahagiaan atau kesenangan kita. Bagaimana hal itu bisa kita peragakan, kita kenakan,