Engkau seperti kemarau yang tak kunjung membuat hati bersemi, walau hujan terus mencoba membasahi.
Tauhkah kau rintik hujan selalu menyamarkan air mata,
Dan matahari takan menunggu waktu untuk terbenam.
Kini kau tak perlu susah payah untuk menghindar,
Aku sudah tak lagi mengejar.
Dikala kau mencintai anak panah yang mengukir dadamu, dan pedang yang menusuk tubuhmu sendiri.
Kini aku hanya dapat kau nikmati seperti kemarau, tak lagi bersemi dalam lantunan syair-syair yang kau ucap,dan kau akan melewati dari kenangan waktu dalam kehampaan kosong.
Pada garis kehidupan
Kesendirianku menyambut bahagia.