Kita harus selalu ingat bahwa kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri. Kita pun tidak bisa melindungi orang-orang yang kita kasihi selama 24 jam. Terhadap diri sendiri saja, kita belum tentu bisa melindungi. Mengapa? Yang pertama, karena kita terbatas. Kita tidak maha kuasa dan maha tahu. Kita terbatas. Memang, waktu kita sehat, banyak uang, memiliki relasi pejabat dan aparat keamanan, kita merasa ada di atas angin. Namun jangan sombong. Yang kedua, keadaan bisa berubah setiap saat di luar prediksi kita. Beberapa hari yang lalu, ada berita mengenai aktivitas anak gunung Krakatau. Pemerintah mulai melarang berlayar di sekitar anak gunung Krakatau. Anak gunung Krakatau mulai menyemburkan asap hitam.
Coba kita ingat lagi, sejarah di mana gunung Krakatau pernah meletus. Yang konon abunya sampai Eropa, pesisir Sumatra bagian selatan, Banten dan Jakarta. Bayangkan! Betapa mengerikan. Tak terhitung jumlah korban, uang dan harta. Itu adalah salah satu contoh keadaan yang tidak terduga dan keadaan bisa berubah setiap saat. Tetapi segala sesuatu bisa terjadi. Karena negara kita ini rawan terhadap erupsi, gempa bumi. Ini belum bicara mengenai krisis. Krisis ekonomi, krisis sosial. Belum lagi mengenai epidemi, pandemi peyakit. Seperti COVID yang mengubah wajah dunia. Keadaan bisa berubah setiap saat. Kecelakaan bisa terjadi setiap saat. Jadi, kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri.
Yang ketiga, karena ada musuh-musuh di sekitar kita. Misalnya, begal, maling, copet atau orang-orang baik di sekitar kita yang jadi jahat mendadak. Orang-orang yang mesti melindungi, malah mengancam. Apakah itu suami, istri, orang tua, mertua, sahabat, atasan, bawahan, bisa kolega bisnis. Siapa saja bisa jadi ancaman. Dan tentu, musuh yang paling mengerikan adalah kuasa kegelapan. Yang keempat, karena kita akan mati dan menghadapi kekekalan. Jangan hanya mendengar khotbah yang mengenakkan telinga. Tetapi mari kita mendengar hal-hal yang realistis. Yang seperti ini tentu bisa tidak menyenangkan, tetapi melengkapi kita untuk menghadapi hari esok dengan baik dan benar. Nah, karena kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri, maka kita harus mencari perlindungan.
Setiap kita pasti mencari perlindungan dari Tuhan. Benar. Tetapi apakah kita sudah sungguh-sungguh mencari perlindungan dari Tuhan? Itu yang pertama; yang kedua, apakah kita orang yang layak menerima perlindungan Tuhan? Artinya, apa yang harus kita lakukan untuk memiliki payung perlindungan Tuhan? Kenyataannya, banyak orang itu sombong. Kesombongan itu berakar karena ketidakpercayaan. Kalau kita percaya Alkitab adalah Firman Tuhan, maka apa yang ditulis di Alkitab—yaitu langkah jejak Tuhan yang ajaib, yang luar biasa—bisa kita alami sekarang. Sebab Allah yang ditulis di Alkitab adalah sosok yang bukan hanya ada dalam cerita atau ada di Palestina tapi juga di dalam hidup kita. Allah yang harus kita alami atau kita hidupkan di dalam hidup kita.
Kita harus menarik pengalaman tokoh-tokoh iman—di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru—ke dalam hidup kita hari ini. Jangan sombong. Hari ini orang lebih merasa aman jika punya uang banyak, memiliki relasi pejabat atau aparat keamanan daripada punya Tuhan. Kenyataannya, orang memburu uang, kekayaan, jabatan lalu mengabaikan dan melupakan Tuhan. Kalau untuk kegiatan-kegiatan lain dia sediakan waktu, tetapi untuk Tuhan, tidak. Lalu ia meminta perlindungan Tuhan. Apa patut itu? Dalam Yakobus 4:6 dikatakan, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” Orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari secara penuh bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Tuhan.
Ironis, tanpa sadar, kita telah menjadi sombong. Kita bukan meninggalkan Tuhan sama sekali, kita masih berdoa dan melayani Tuhan, tetapi kita tidak sepenuhnya bergantung kepada-Nya. Itulah kebodohan kita. Tuhan mau menolong kita. Yang pada akhirnya, kalau kita sepenuhnya bergantung kepada Tuhan,