Ketika anak-anak masih kecil, tanpa sadar kita segera berharap mereka besar dan mandiri, sehingga kita bisa melakukan aktivitas kesukaan dengan leluasa. Sehingga rumah selalu rapi, bahkan membayangkan bisa saling membantu mewujudkan suasana impian di rumah. Namun saat mereka dewasa nanti, waktu mereka juga semakin tersita untuk sekolah, berteman, dan kesibukan perke

Menulis melepaskan kecamuk pikiran akan rasa takut, sedih, marah, kecewa, bahkan bahagia...tanpa cacian, pengabaian dan hujatan.

Semua individu akrab dengan aktivitas menulis. Ternyata dalam penelitian Psikologi, menuliskan pengalaman emosional atau gejolak perasaan memiliki efek terapi. Dengan menulis kita jadi bisa mengenali apa yang menjadi sumber masalah dan menemukan penyelesaian. Dengan menulis kita berdialog dengan kesadaran atas apa yang nyata dan sekedar bayang-bayang ketakutan trauma masa lalu. Menulis juga menyapa diri untuk membasuhnya dengan kata-kata cinta.

Pandemi Covid 19 memberikan dampak bagi semua masyarakat. Termasuk profesi guru, khususnya Guru Honorer atau Guru di lembaga swasta. Dengan program Belajar dari rumah, orang tua baru menyadari bahwa mengajar anak sendiri itu tantangan tersendiri. Dari sini banyak ora g

Dalam perjalanan peran kehidupan, baik sebagai ibu, istri atau anak, kita sering merasakan titik lelah. Menjadi Banyak yang telah kita relakan untuk mereka dan kadang kita merasa kosong. Seperti butuh asupan penghangat perasaan, peredam keadaan. Itu salah satu tanda kita lupa untuk mencintai diri sendiri, berterimakasih pada diri sendiri.

Semakin dewasa, kita akan menemukan berbagai sudut pandang yang berbeda dengan orang tua. Kadang sampai beradu pendapat, menguras air mata. Kelak saat anak kita mendewasa, kita jadi harus bersiap. Menyematkan prinsip hidup baik disetiap fasenya. Agar saat perbedaan itu tiba. Kita dan mereka tetap dalam bertumbuh tak menjauh dalam jarak yang tak memisah.

Dalam perjalanan kita menikah. Yang berproses dari awal, memulai dari bawah, berjuang bersama. Menyemai impian- impian sedikit demi sedikit. Menyematkan ingatan saling berpegang erat, bersandar lekat. Namun saat mulai banyak mimpi yang ingin diraih, ternyata ada banyak waktu yang terambil, hingga sering terlelap sendiri- sendiri oleh lelah masing-masing. Tak ada kata tak ada tatap mesra ya

Saat sudah menikah dan menjadi ibu, kita benar-benar baru menyadari, betapa besar pengorbanan Ibu kita dulu. Bahkan saat kita telah memiliki anak. Kasih ibu terus bersambung kepada Anak-anak kita. Sungguh besar Cinta yang dimiliki Ibu untuk kita. Dan tak terbilang ucap serta materi yang bisa menggantikannya.