Aku pernah jatuh, sakit dan kecewa. Menjadi air bagi mekarmu yang layu. Saat sebelum warna pelangi tiba. Aku berucap syukur atas turunnya hujan kala sang surya beranjak dari langitnya. Memberi lengkungan indah yang tampak dibalik topeng yang terkait. Langit jingga saksinya. Pelan dan berhati ku tanggalkan kayu pipih berhias senyum palsu itu dari asalnya. Mencoba sesekali tanpaku mengenakannya. Membiasakan diri menjadi sang pemilik diri.
Memberikan diriku untuk diriku yang utuh. Membatu abadi membentukku yang kian sulit. Walau jiwa hatimu bertaruh. Kisah kelam jerit rintih yang membelit. Pada diri kutitipkan lengkungan garis wajahmu.