Kami datang kerumah mariono untuk menanyakan perihal tersebut, lagaknya yang parlente membuka pintu dengan getar dan justru sibuk membangunkan istrinya yang sedang malas malasan.
Kami datang untuk mendengar, karena kami belum punya bukti yang lain, kami mencatat dan dengan liciknya aku merekam semua jawaban atas semua pertanyaanku kepada mariono dan istrinya.
Jawaban versi istri mariono sangat mengagetkan, dia bilang tidak meminjam sertifikat melainkan ibukulah yang punya sangkutan hutang banyak atas uang itu, oke aku catat, sambil mengajukan satu persatu pertanyaan dan ada gelagat lain, taukan kalau orang tidak jujur jawabannya justru tidak konsisten, ketika ditanya hal yang sama lalu ditanya hal lain, diputerputer lagi, lalu kembali kepertanyaan yang sudah diajukan jawabannya jd berbeda. Jumini, istri mariono ini sangat lihai berbicars, lihai bukan berarti pandai ya? Jumini sangat memojokkan alm ibuku, meski tidak menutup segala kemungkinan, kami memilih mendengarkan versinya, jumini bilang ibuku gelap mata sampai berhutang begitu banyak uang tanpa mengukut tingkat kekuatannya, dia bak melempar semua tanggung jawab kepada kami untuk mebebus hutang kami, atas rumah kami sendiri. Di akhir cerita justru jumini mengajakku untuk melunasi hutang bersama dia, dia bersedia mengantarku kerumah rentenir. Aku bilang kami akan berdiskusi dahulu.
Berbekal tekad kuat, catatan dan rekaman. Kami akhirnya pulang