Makna Dari Rahina Budha Cemeng Klawu Dalam Hindu
Oleh: I Wayan Sudarma
Bangli, 16 Juni 2020
Om Swastyastu
Om Śri Lakṣmī Mahādevī, Pīta varṇā pītāmbarā, dala vāyavya sthānañ ca, sarva pāpa praharaṇam. (Aṣtadevīstava.6)
(Om Hyang Vidhi dalam wujud-Mu yang sangat mulia, dewi Lakṣmī yang menganugrahkan kemakmuran yang maha agung. Warna dan bhusananya serba kuning, bersthana di Barat Laut dari daun bunga teratai. Melenyapkan segala kepapaan dan penderitaan).
Rahina Budha Cemeng Klawu atau biasanya juga disebut dengan Buda Wage Klawu merupakan hari pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana atau juga dikenal sebagai Dewi Laksmi, yang melimpahkan kemakmuran dan kesejahteraan. Upacara Buda Cemeng Klawu ini jatuh pada hari Rabu Wage wuku Klawu kalender Saka-Bali, yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali oleh masyarakat Hindu Bali.
Umat Hindu Bali meyakini Ida Bhatari Rambut Sedana/Dewi Laksmi sedang melaksanakan yoga dan juga pada hari ini tidak diperbolehkan menggunakan uang untuk hal-hal yang sifatnya tidak kembali berupa wujud barang, misalnya membayar hutang atau menabung, karena dipercaya uang/kekayaan tersebut nantinya tidak dapat kembali selamanya dan menghilang oleh sifat tamak/serakah kita sebagai manusia.
Upacara Budha Cemeng Klawu ini dilakukan oleh seluruh umat Hindu Bali, terutama mereka yang membuka usaha perdagangan, misalnya pedagang di pasar, pemilik warung, restaurant, jasa keuangan, bengkel, bahkan sampai ke perusahaan-perusahaan yang mengalirkan dana secara cepat dalam menjalankan perusahaaan. Biasanya pada setiap tempat yang digunakan untuk menyimpan uang, diberikan sesajen khusus untuk menghormati Ida Bhatara Sedana atau Dewi Laksmi sebagai wujud ungkapan rasa terima kasih atas pemberian-Nya.
Filosofi dalam Budha Cemeng Klawu terdapat dalam kekawin Nitisastra IV.7 ada dinyatakan sebagai berikut:
Singgih yan tekaning yuganta kali tan hana lewiha sakeng mahadhana. Tan waktan guna sura pandita widagdha pada mengayap ring dhaneswara.
Artinya:
kalau zaman kali sudah datang tidak ada yang lebih bernilai dari pada uang. Sudah susah dikatakan para ilmuwan, pemberani, orang suci maupun orang yang kuat semuanya pelayan orang kaya.
Dari sumber Susastra Hindu tersebut diatas dapat dipahami bahwa uang itu pada hakikatnya adalah sarana bukan tujuan hidup, jadi tergantung cara manusia menggunakan sarana tersebut. Bila uang tersebut di dapat dan digunakan sesuai berdasarkan konsep ketuhanan maka uang itu amat berguna mengantarkan manusia mendapatkan hidup bahagia lahir batin, namun sebaliknya jika uang tersebut di anggap sebagai tujuan yang dianggap paling bernilai maka uang itu akan dapat membawa kesengsaraan. Karena itu tempatkanlah uang tersebut sebagai alat mewujudkan Dharma/kebenaran/kebaikan.
Om Santih Santih Santih Om