Maqolah 35 Bagian Kedua: Pembungkus Agama - Atsar Hamid Al Laqqaf 2
تَرْكُ الْكَلَامِ اِلَّا مَالَا بُدَّ مِنْهُ وَتَرْكُ الدُّنْيَا اِلَّا مَالَابُدَّ مِنْهُ وَتَرْكُ مُخَالَطَة ِالنَّاسِ اِلَّا مَالَا بُدَّمِنْهُ .
Ditanyakan pula, "Apakah pembungkus agama itu ?"
"Yaitu tidak berbicara kecuali membicarakan masalah penting, meninggalkan dunia kecuali yang sangat dibutuhkan, serta meninggalkan pergaulan dengan sesama manusia, kecuali untuk pergaulan penting."
Pembungkus Agama - Atsar Sulaiman / Luqman as.
اِذَا كَانَ الْكَلاَمُ فِى الْخَيْرِ كَالْفِضَّةِ حُسْنًا كَانَ السُّكُوْتُ عَنِ الشَّرِّ كَالذَّهَبِ فِى الحُسْنِ .
Dalam kaitannya dengan tidak berbicara, kecuali membicarakan masalah penting, Sulaiman atau Luqman as. Menyatakan :
"Apabila berbicara tentang kebaikan itu bagus bagaikan perak, maka diam dari pembicaraan yang jelek itu juga bagus bagaikan emas."
Menurut Syekh Abdul Qadir Al Jaelani, manusia itu terbagi atas 4 bagian :
1. Orang yang tak berlisan dan tidak berhati, yaitu orang yang durhaka. Hati-hatilah, jangan sampai engkau seperti mereka.
2. Orang yang berlisan tapi tidak berhati sehingga ia berbicara dengan hikmah (ilmu dan kata mutiara) tapi tidak mengamalkannya. Ia mengajak manusia beriman dan beramal saleh serta taqwa kepada Allah, sementara dia sendiri menjauhi Allah. Jauhilah mereka, supaya kamu tidak tertipu oleh keindahan perkataan mereka yang bisa membuatmu terbakar oleh kemaksiatan atau terbunuh oleh kebusukan hati mereka.
3. Orang yang memiliki hati tapi tidak memiliki lisan, yaitu mukmin yang pandangannya ditutupi oleh Allah dari kejelekan makhluknya dan Allah memperlihatkan aib dirinya, hatinya terang serta pandai bergaul. Orang ini termasuk wali Allah. Maka bergaullah engkau dengannya, niscaya Allah mencintaimu.
4. Orang yang belajar dan mengajar serta mengamalkan ilmunya. Ia mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah dan Allah melapangkan dadanya untuk siap menerima macam-macam ilmu. Karenanya, dekatilah ia untuk meminta nasihat kepadanya. Kemudian ketahuilah, bahwa asal arti kata zuhud adalah menjauhi hal-hal yang diharamkan, yang besar dan yang kecil, dan mengerjakan segala sesuatu yang diwajibkan, baik yang mudah maupun yang sukar, serta meninggalkan dunia, kepada ahlinya yang sedikit dan yang banyak.
Barangsiapa tidak memiliki sifat `wara, maka tidak sah baginya zuhud. Barangsiapa tidak bertobat, maka tidak sah baginya inabah. Barangsiapa yang tidak qana`ah, maka tidak sah baginya tawakal, dan barangsiapa yang tidak bertawakal, maka tidak sah baginya taslim.
Disini terdapat beberapa istilah yaitu :
a. وَرَعٌ= Menjauhi segala sesuatu yang diharamkan, yang dimakruhkan dan yang syubhat.
b. شُبْهَةٌ= Sesuatu yang tidak jelas hukumnya, halal, atau haramnya.
c. فَالتَّوْبَةُ هُوَالْقِيَامُ بِكُلِّ حُقُوْقِ الرَّبِّ= Tobat ialah menegakkan segala hak-hak Allah.
d. Inabah ialah اِخْرَاخُ الْقَلْبِ مِنْ ظُلُمَاتِ الشُّبُهَاتِmengeluarkan hati dari segala kegelapan dan kesamaran.
e. قَنَاعَةٌ= hidup apa adanya.
f. Tawakal ialah : (تَوَكُّلٌ)
اَلثِّقَةُ بِمَاعِنْدَ اللهِ وَاْليَأْسُ عَمَّافِىْ اَيْدِى النَّاسِ .
menyandarkan diri/mengharapkan sesuatu pada apa yang ada disisi Allah dan tidak mengharapkan apa-apa yang ada di tangan manusia.
اَلْإِنْقِيَادُلِأَمْرِ اللهِ تَعَالَى وَتَرْكُ اْلإِعْرَاضِ فِيْمَالَايُلَائِمُ .
berserah diri kepada hukum Allah dan tidak menghindarkan diri dalam hal yang tidak ia setujui padanya.