Share OBROL.IN
Share to email
Share to Facebook
Share to X
Menceritakan sebuah kisah Adeline dan Asyura mengenai sebuah kepergian dan kebebasan. Adeline yang begitu mendambakan sebuah kebebasan yang ingin diraih oleh tangannya sendiri, dan menemukan sebuah ketakutan-ketakutan ketika mencari kebebasan. Asyura sadar akan hal itu, begitu kejamnya dunia luar yang akan datang ketika ingin mencari sebuah kebebasan. Ingin dianalogikan, kebebasan adalah sebuah balon yang ingin terbang tanpa pengait yang mengendalikan. Namun, siapa tau di angin timur ada badai? siapa tau di angin selatan ada petir? dan bagaimana kondisi balon akan tetap aman untuk terbang kemana kembali pulang. Adeline adalah tokoh utama, dan asyuran bukan pahlawan dalam kehidupan adeline.
Sudah terlalu banyak, dan masih belum sudah. Bagi saya mungkin adalah sebuah kalimat yang paling depan dalam menggambarkan lingkungan. Bagaimana seseorang bersosial, berbicara, atau perilaku kecil yang tertanam dan mulai jadi kebiasaan. Mengenal kopi, senja, dan hujan sebagai komponen paling laris di puisi sama seperti melihat bagaimana bumi bekerja. Bagaimana bumi menghidupi kita dengan tanah, dengan air, dengan udara, masih terus berlanjut dan belum tuntas. Kemudian kita mengenal diri sebagai aku, dengan segala proses yang belum berkesudahan. Kita akan tetap tumbuh dan menjadi magis seperti puisi suatu saat nanti. Bagiku cuma satu, jangan berhenti sebelum bosan dan ketika sudah bosan nanti, semoga kita lihat diri sebagai puisi yang begitu indah dan berkecukupan.
Mengawali dengan sebuah kisah dua manusia yang gemar berkawan, serta mencoba menyelami dan memaknai arti passion untuk dirinya. Bagi Nabila Vista, passion itu sederhana, tidak serumit apa yang dikatakan banyak orang. Terkadang ada kondisi di mana apa yang kita suka, tidak berbanding lurus dengan realita keadaan, seperti pandemi sekarang. Haris Munandar sebagai peran utama di kisahnya sendiri mengalami hambatan dengan mengenderai passionnya seperti hari-hari kemarin, Berkeliling untuk memotret sebuah peristiwa, dan mengabadikan apa yang ia lihat. Iya, memang terhambat. Tapi bertahan melulu juga bukan pilihan, dan bila tidak cepat diatasi hasilnya berantakan. Minggu pagi buta melintasi pasar kaget di tepi jalan ciputat, banyak baju, dan sebuah kamera analog bekas yang membuatnya sadar. Passion memang dekat ada di sekitarnya. Kecintaannya kepada film dan segala yang digital bisa jadi passionnya, maka lahirlah Palapa. Kata Vista, passion itu bisa apa saja, bahkan menghitung ubin pun bisa menjadi passion apabila kita menekunkannya. Cari dan amati yang terdekat, karena passion itu sederhana, ada dekat dengan kita. Benar, memaknainya tidak serumit apa yang dibicarakan banyak orang.
Mencari passion adalah suatu hal yang tabu disaat pandemi, banyak sekali passion yang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Tahun ini memang begitu istimewa, banyak waktu kosong yang yang berjalan memutar setiap harinya begitu saja, karena tahun ini adalah harapan banyak siswa maupun mahasiswa. Libur yang begitu panjang, pagi-pagi tidak perlu terburu-buru untuk berangkat sekolah, dan banyak lagi. Nabila Vista sebagai narasumber bilang, "kuncinya adaptif". Karena, orang yang adaptif akan mudah menyesuaikan dalam kondisi apapun yang mengancamnya. Semangat mencari Passionnya.
Aku, Kamu, kita, mereka, sama-sama terdampak pandemi saat ini, rasa malas, jenuh, suntuk, mulai berputar di dalam kepala hingga mempengaruhi kegiatan sehari-hari. Sehingga, berbagai macam pertanyaan serius yang kembali menghantui "gua ngapain aja sih tahun ini?". Manusia memang dipaksa mencari harta karun baru, yang bahkan bumi belum lihat. Kata dosenku, itu namanya inovasi. kalau mau berinovasi, yaa harus berani ambil sikap, pakai jaket, siap-siap, pergi keluar, lakuin hal-hal yang keren dikata orang. Tapi sekarang pandemi, setiap orang dibatasi, hanya untuk beli seblak kesukaan saja harus taat protokol kesehatan. Tapi, pandemi tidak membatasi pikiran setiap insan hanya membatasi kerumunan abang seblak kesukaan. Ruang-ruang kosong di kepala mulai memprovokasi bagian otak yang bertugas mengasah pikiran "produktif dong!!!" bisik lobus frontal manager otak. Bagi kami, produktivitas bisa dilihat dari berbagai cara pandang. Nonton film, membaca buku, menulis, melukis dan mencuci piring juga produktif. Menonton film salah satu alternatif mengisi ruang-ruang kosong kehidupan saat pandemi. Ya karena, apapun yang ditangkap oleh panca indra kita pasti akan diolah oleh bagian yang menahkodainya. Apapun yang dilihat, didengar, dirasakan akan memberikan pengaruh pada kondisi kejiwaan. Santai aja, ini bukan lomba lari, ga harus dulu-duluan, finish orang beda-beda kok. kalo mau lari duluan juga yaudah, yang penting hati-hati ya. Nanti kalau ditengah-tengah cape, berenti dulu, istirahat, kita nonton film sama-sama. karena juga cape kan di serang tugas kuliah, yang datengnya gerombolan kaya hujan. kata narasumbernya sih yang penting jangan prokrastinasi, karena kan harus ada yang di prioritasin. Selamat mendengarkan, semoga bisa menemukan hal-hal produktifnya yah.
Tujuh milyar adalah angka yang cukup besar untuk bisa ditampung Bumi sendirian. Kenapa kita ga nyoba migrasi ke mars? jadi imigran gelap dan belajar ngerakit ufo, makan-makanan khas mars, dan kenalan sama alien penjual mainan mirip tamiya. selamat mendengarkan podcast yang isinya obrolan biasa aja di bumi, tapi bisa aja jadi obrolan paling menarik di planet lain. Siapa yang tau? dengerin sendiri biar tau
The podcast currently has 6 episodes available.