
Sign up to save your podcasts
Or


"Tim Mei Mei" Menang Lomba Masak Pekerja Migran di Taitung
Pemerintah Kabupaten Taitung bekerja sama dengan Serikat Pekerja Layanan Katering Taitung mengadakan "Lomba Masak Makanan Warga Negara Asing" pada 20 Oktober pagi di Gedung Ujian Kuliner Tionghoa dan Baking di Taitung, yang menarik delapan tim untuk berpartisipasi.
"Tim Mei Mei", yang telah berada di Taiwan selama 12 tahun, memenangkan kompetisi ini. Namun, kebanyakan dari pekerja migran ini mengatakan bahwa sebenarnya mereka dulu tidak pernah memasak di negara asal mereka karena ibu mereka yang memasak. Setelah ke Taiwan, barulah mereka “terpaksa” belajar memasak.
Di antara tim yang berkompetisi, para pria kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan pekerja kapal barang, sedangkan perempuan kebanyakan adalah pengasuhy lansia. Lebih dari 90% dari mereka baru belajar memasak makanan khas negara asalnya setelah datang ke Taiwan. Mereka mengatakan bahwa ketika pertama kali datang ke Taiwan, mereka belajar memasak masakan Taiwan dari majikan, dan hanya pada saat ulang tahun atau hari raya mereka sesekali memasak beberapa hidangan khas negara asal untuk mengenang cita rasa kampung mereka. Meskipun saat pulang ke Indonesia mereka juga memasak untuk ibu mereka, tetapi rasanya masih kalah jauh.
Para juri menyatakan bahwa pemenang kedua dan ketiga berhasil menggabungkan bahan makanan asli ke dalam bumbu dan saus, mengolah semua bahan menjadi satu hidangan, dengan rasa yang meresap dan sangat lezat. Perbedaan pada juara pertama terletak pada pengelolaan bahan makanan, terutama sup daging sapi serai yang sangat istimewa, di mana semua bahan digunakan tanpa ada yang terbuang, sehingga pantas mendapat juara pertama. Meski hadiahnya hanya berupa bingkisan simbolis dan voucher senilai 6.000 NTD, yang terpenting adalah pertukaran keterampilan memasak, yang memberikan kesempatan bagi para pekerja migran untuk memiliki waktu luang yang positif dan bersosialisasi.
Kepala Dinas Sosial, Chen Shu-lan, mengatakan bahwa di Taitung terdapat lebih dari 2.500 warga negara asing, dengan sekitar 70% di antaranya bekerja sebagai pengasuh rumah tangga. Salah satu sorotan kegiatan tahun ini adalah "Lomba Masak Masakan Internasional untuk Warga Negara Asing," agar mereka dapat mengenang kembali cita rasa kampung halaman, meredakan rasa rindu, serta membantu menjaga kesehatan mental dan mengurangi tekanan kerja.
(foto: LTN)
《Seni dan Budaya》 Seniman Taiwan dan Meksiko Berkolaborasi dalam Pameran Hak Kerja ABK di Kaohsiung! Ada Karya ABK Indonesia Juga, Lho!
Pameran khusus "Entangled Assembly: Pabrik Global di Taiwan dan Perbatasan AS-Meksiko," yang diselenggarakan oleh Proyek USR Museum Cijin Design dan Pusat Layanan Alumni serta Tanggung Jawab Sosial dari Universitas Nasional Sun Yat-sen, mengundang 11 seniman dari Taiwan dan Meksiko. Melalui 16 karya seni berupa lukisan, fotografi, video, dan instalasi seni yang menggabungkan sejarah dan seni kontemporer, pameran ini bertujuan untuk membangkitkan refleksi pengunjung tentang hak-hak pekerja. Pameran ini berlangsung mulai sekarang hingga 23 November di lantai 1 Kaohsiung Museum of Labor.
Salah satu kurator dari Taiwan, Li Yi-zhi (李怡志), menjelaskan bahwa pameran ini pertama kali digelar di Ciudad Juárez, Meksiko, pada Mei tahun ini, dan kemudian dipindahkan ke Taiwan. Ia menjelaskan bahwa Entangled Assembly (Terlibat dalam Perakitan) tidak hanya menggambarkan makna kerja sebagai "pekerja perakitan" yang memproduksi produk, tetapi juga keterikatan sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas.
Pameran ini menampilkan sejarah perkembangan kawasan pengolahan ekspor di Kaohsiung, Taiwan, dan kawasan pengolahan di Ciudad Juárez, Meksiko, membandingkan sejarah ekspor antara Taiwan dan perbatasan AS-Meksiko selama era Perang Dingin, dan mengeksplorasi isu modal internasional dan migrasi tenaga kerja.
Salah satu karya dari seniman Meksiko, Cassandra Adame, berjudul (dua jam, 27 menit, 0,5 detik) "02:27.05," terinspirasi dari kehidupan sehari-hari di perbatasan AS-Meksiko. Judul karya ini merupakan waktu yang ia habiskan setiap hari di jembatan saat menunggu untuk masuk ke AS untuk bekerja. Ia menggunakan benda-benda yang ia temui lalu mendaur ulangnya menjadi sebuah kalung besar, mengkritik produksi massal di pabrik perakitan, serta menunjukkan caranya melawan batas-batas wilayah.
Sementara itu, karya seniman Taiwan, Wu Ting-kuan (吳庭寬), berjudul "Ada Seseorang di Sini" (有人在這裡), berkolaborasi dengan pekerja migran Indonesia di Taiwan. Karya ini menggunakan serat kaca dan foto untuk merekam simbol-simbol lokal yang ditinggalkan oleh para pekerja migran di Taiwan, merekonstruksi kehidupan mereka yang bergerak melintasi negara-negara untuk bertahan hidup dan membuktikan pengorbanan masa muda mereka. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui halaman Facebook resmi Kaohsiung Museum of Labor.
(foto: NYSU Social Engagement Center)
Fenomena Bimbel! "Pukul 3 Dini Hari" Siswa Mengantri Panjang, Mantan Murid Terkejut: Lebih Ekstrem dari 15 Tahun Lalu
Demi mendapatkan kursi emas di bimbingan belajar, siswa rela mengorbankan tidur dan mengantri! Seorang pengguna internet membagikan pemandangan aneh di sebuah bimbingan belajar terkenal di Taichung pada pukul 3 dini hari, di mana siswa dan orang tua berbaris panjang di luar gedung untuk mengamankan tempat duduk untuk semester berikutnya. Setelah gambar ini tersebar, banyak yang merasa kaget dan berkomentar, "Sistem pendidikan yang menyedihkan" dan "Terlalu gila," sementara beberapa mantan murid mengatakan, "Antrian untuk tempat duduk bahkan lebih ekstrem dibandingkan 15 tahun yang lalu."
Seorang pengguna Threads menulis, "Meski belum pernah melihat Los Angeles pukul 4 pagi, saya sudah melihat Ru Lin pukul 3 dini hari," sambil mengunggah foto pemandangan di luar bimbingan belajar. Terlihat banyak siswa sedang membaca buku, bermain ponsel, dan orang tua membawa kursi sendiri untuk mengamankan tempat duduk, menunggu hingga pukul 8 pagi untuk mengambil nomor antrian.
Pengunggah lebih lanjut menjelaskan bahwa ini adalah siswa kelas 1 SMA yang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk semester berikutnya. Karena yang mendaftar lebih dulu bisa memilih tempat duduk lebih dekat dengan guru, mereka harus datang lebih awal. Bimbingan belajar mulai memberikan nomor antrian pada pukul 8 pagi, tetapi antrean sudah mencapai toko swalayan di sebelahnya pada ukul 5 pagi. Ada juga siswa yang mengatakan, "Saya datang tepat pukul 8 pagi, tetapi baru selesai membayar pukul 3 sore."
Unggahan ini dengan cepat menarik perhatian dan memicu perdebatan. Banyak netizen yang terkejut, "Tidak pernah terpikirkan bahwa bimbel juga harus antri semalaman," "Sangat menyedihkan," "Apakah benar ini membuat nilai ujian lebih baik?" "Wow, orang Taiwan benar-benar gila belajar," "Tidak menyangka zaman sekarang masih harus antri untuk memilih tempat duduk di bimbel," "Wah, meski angka kelahiran menurun, masih seperti ini?"
Beberapa mantan murid juga membagikan pengalaman mereka, "Sudah 15 tahun, tapi masih seperti ini," "Mengingatkan saya pada antrian malam 15 tahun yang lalu, waktu itu belum ada ponsel, hanya bisa ngobrol terus dengan teman. Itu salah satu kenangan paling mendalam dari SMA, tapi sekarang kalau dipikir, fenomena ini sangat menyedihkan," "Antrian di Ru Lin Taichung sekarang lebih ekstrem dibandingkan 15 tahun yang lalu," "Bahkan sejak SD sudah mulai antri."
(foto: Threads)
Hobi belanja? Kamu mungkin akan menyukai lini fashion baru yang hanya dijual di Taiwan ini!
IKEA baru-baru ini meluncurkan koleksi terbaru AURTIENDE di Taiwan. Produk koleksi ini bukan untuk ditaruh di rumah, melainkan untuk dipakai ke luar. Produk ini dirancang untuk para penggemar setia IKEA, dengan logo IKEA yang tercetak jelas sehingga mudah dikenali. Produk-produk yang termasuk dalam seri ini meliputi kaos trendi, hoodie, topi, botol air, dan tas kanvas, sehingga penggemar dapat bergaya dengan gaya IKEA dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sebagai perusahaan yang fokus pada produk rumah tangga, IKEA dalam beberapa tahun terakhir mencoba mengembangkan berbagai pasar baru. Kali ini, mereka meluncurkan seri AURTIENDE yang hanya dijual secara terbatas di seluruh Taiwan. IKEA menyebutkan bahwa inspirasi dari seri ini berasal dari para penggemar setia mereka dan dirancang khusus untuk mereka. Dalam bahasa Swedia, "AURTIENDE" berarti "orisinil," yang mencerminkan penghargaan terhadap keaslian dan ekspresi diri.
(foto: Ettoday)
FAKTA UNIK
Kuliner Wajib Taitung, Barbekyu Batu Bakar Khas Suku Penduduk Asli
Taitung membuat kita teringat akan lagu balada“Datang dan Pergi ke Taitung”(來去臺東) yang dibawakan oleh penyanyi Shen Wen-cheng (沈文程). Karena liriknya yang sangat menarik, siapapun yang bisa menyanyikannya pasti tahu atraksi wisata dan kuliner apa saja yang ada di Taitung, seperti Gunung Liyu, Peternakan Chulu, nanas, dan srikaya. Selain hal-hal klasik yang disebutkan dalam lirik, sekitar sepertiga penduduk Taitung adalah penduduk Suku Penduduk Asli yang juga berperan penting dalam sejarah perkembangan Taitung. Oleh karena itu, masakan Suku Penduduk Asli juga cukup umum di sana. Oleh karena itu, mari kita berkenalan dengan salah satu makanan khas Suku Penduduk Asli, yaitu“barbekyu batu bakar”.
“Barbekyu batu bakar” secara harfiah adalah proses memanggang daging dan bahan makanan di atas lempengan batu bakar. Meskipun terdengar sederhana, memilih batu untuk memanggang memiliki teknik tersendiri. Batu bata atau batu kerikil umumnya tidak cocok untuk memanggang karena cenderung pecah saat dipanaskan. Suku Penduduk Asli sering menggunakan batu bakar untuk memanggang karena batu bakar relatif lebih keras. Batu dipanaskan perlahan agar panasnya merata dan mengurangi risiko retak.
Mengapa Suku Penduduk Asli sering memanggang daging babi hutan atau sosis? Ternyata, daging babi hutan memiliki kadar lemak yang tinggi, sehingga saat dipanaskan, lemaknya keluar dan meresap ke pori-pori batu, membuatnya lebih padat. Ini membuat batu lebih kokoh dan tidak mudah retak. Daging babi hutan yang dipanggang di atas lempengan batu memiliki tekstur lebih kering dan renyah karena lemaknya terserap oleh batu. Kelezatan inilah yang membuat hidangan ini menjadi favorit di kalangan Suku Penduduk Asli.
Di Taitung, banyak restoran menyajikan hidangan khas Suku Penduduk Asli. Selain menikmati "barbekyu batu bakar" yang lezat, Anda juga bisa menikmati pemandangan laut ditemani alunan musik yang menyejukkan hati. Jika berkunjung ke Taitung, jangan lewatkan kesempatan untuk memesan "barbekyu batu bakar" yang menggugah selera.
(foto: 都音Tuying)
By Linda, Cindy, Ipung Chandra, Aditya Nugraha, Rti"Tim Mei Mei" Menang Lomba Masak Pekerja Migran di Taitung
Pemerintah Kabupaten Taitung bekerja sama dengan Serikat Pekerja Layanan Katering Taitung mengadakan "Lomba Masak Makanan Warga Negara Asing" pada 20 Oktober pagi di Gedung Ujian Kuliner Tionghoa dan Baking di Taitung, yang menarik delapan tim untuk berpartisipasi.
"Tim Mei Mei", yang telah berada di Taiwan selama 12 tahun, memenangkan kompetisi ini. Namun, kebanyakan dari pekerja migran ini mengatakan bahwa sebenarnya mereka dulu tidak pernah memasak di negara asal mereka karena ibu mereka yang memasak. Setelah ke Taiwan, barulah mereka “terpaksa” belajar memasak.
Di antara tim yang berkompetisi, para pria kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan pekerja kapal barang, sedangkan perempuan kebanyakan adalah pengasuhy lansia. Lebih dari 90% dari mereka baru belajar memasak makanan khas negara asalnya setelah datang ke Taiwan. Mereka mengatakan bahwa ketika pertama kali datang ke Taiwan, mereka belajar memasak masakan Taiwan dari majikan, dan hanya pada saat ulang tahun atau hari raya mereka sesekali memasak beberapa hidangan khas negara asal untuk mengenang cita rasa kampung mereka. Meskipun saat pulang ke Indonesia mereka juga memasak untuk ibu mereka, tetapi rasanya masih kalah jauh.
Para juri menyatakan bahwa pemenang kedua dan ketiga berhasil menggabungkan bahan makanan asli ke dalam bumbu dan saus, mengolah semua bahan menjadi satu hidangan, dengan rasa yang meresap dan sangat lezat. Perbedaan pada juara pertama terletak pada pengelolaan bahan makanan, terutama sup daging sapi serai yang sangat istimewa, di mana semua bahan digunakan tanpa ada yang terbuang, sehingga pantas mendapat juara pertama. Meski hadiahnya hanya berupa bingkisan simbolis dan voucher senilai 6.000 NTD, yang terpenting adalah pertukaran keterampilan memasak, yang memberikan kesempatan bagi para pekerja migran untuk memiliki waktu luang yang positif dan bersosialisasi.
Kepala Dinas Sosial, Chen Shu-lan, mengatakan bahwa di Taitung terdapat lebih dari 2.500 warga negara asing, dengan sekitar 70% di antaranya bekerja sebagai pengasuh rumah tangga. Salah satu sorotan kegiatan tahun ini adalah "Lomba Masak Masakan Internasional untuk Warga Negara Asing," agar mereka dapat mengenang kembali cita rasa kampung halaman, meredakan rasa rindu, serta membantu menjaga kesehatan mental dan mengurangi tekanan kerja.
(foto: LTN)
《Seni dan Budaya》 Seniman Taiwan dan Meksiko Berkolaborasi dalam Pameran Hak Kerja ABK di Kaohsiung! Ada Karya ABK Indonesia Juga, Lho!
Pameran khusus "Entangled Assembly: Pabrik Global di Taiwan dan Perbatasan AS-Meksiko," yang diselenggarakan oleh Proyek USR Museum Cijin Design dan Pusat Layanan Alumni serta Tanggung Jawab Sosial dari Universitas Nasional Sun Yat-sen, mengundang 11 seniman dari Taiwan dan Meksiko. Melalui 16 karya seni berupa lukisan, fotografi, video, dan instalasi seni yang menggabungkan sejarah dan seni kontemporer, pameran ini bertujuan untuk membangkitkan refleksi pengunjung tentang hak-hak pekerja. Pameran ini berlangsung mulai sekarang hingga 23 November di lantai 1 Kaohsiung Museum of Labor.
Salah satu kurator dari Taiwan, Li Yi-zhi (李怡志), menjelaskan bahwa pameran ini pertama kali digelar di Ciudad Juárez, Meksiko, pada Mei tahun ini, dan kemudian dipindahkan ke Taiwan. Ia menjelaskan bahwa Entangled Assembly (Terlibat dalam Perakitan) tidak hanya menggambarkan makna kerja sebagai "pekerja perakitan" yang memproduksi produk, tetapi juga keterikatan sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas.
Pameran ini menampilkan sejarah perkembangan kawasan pengolahan ekspor di Kaohsiung, Taiwan, dan kawasan pengolahan di Ciudad Juárez, Meksiko, membandingkan sejarah ekspor antara Taiwan dan perbatasan AS-Meksiko selama era Perang Dingin, dan mengeksplorasi isu modal internasional dan migrasi tenaga kerja.
Salah satu karya dari seniman Meksiko, Cassandra Adame, berjudul (dua jam, 27 menit, 0,5 detik) "02:27.05," terinspirasi dari kehidupan sehari-hari di perbatasan AS-Meksiko. Judul karya ini merupakan waktu yang ia habiskan setiap hari di jembatan saat menunggu untuk masuk ke AS untuk bekerja. Ia menggunakan benda-benda yang ia temui lalu mendaur ulangnya menjadi sebuah kalung besar, mengkritik produksi massal di pabrik perakitan, serta menunjukkan caranya melawan batas-batas wilayah.
Sementara itu, karya seniman Taiwan, Wu Ting-kuan (吳庭寬), berjudul "Ada Seseorang di Sini" (有人在這裡), berkolaborasi dengan pekerja migran Indonesia di Taiwan. Karya ini menggunakan serat kaca dan foto untuk merekam simbol-simbol lokal yang ditinggalkan oleh para pekerja migran di Taiwan, merekonstruksi kehidupan mereka yang bergerak melintasi negara-negara untuk bertahan hidup dan membuktikan pengorbanan masa muda mereka. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui halaman Facebook resmi Kaohsiung Museum of Labor.
(foto: NYSU Social Engagement Center)
Fenomena Bimbel! "Pukul 3 Dini Hari" Siswa Mengantri Panjang, Mantan Murid Terkejut: Lebih Ekstrem dari 15 Tahun Lalu
Demi mendapatkan kursi emas di bimbingan belajar, siswa rela mengorbankan tidur dan mengantri! Seorang pengguna internet membagikan pemandangan aneh di sebuah bimbingan belajar terkenal di Taichung pada pukul 3 dini hari, di mana siswa dan orang tua berbaris panjang di luar gedung untuk mengamankan tempat duduk untuk semester berikutnya. Setelah gambar ini tersebar, banyak yang merasa kaget dan berkomentar, "Sistem pendidikan yang menyedihkan" dan "Terlalu gila," sementara beberapa mantan murid mengatakan, "Antrian untuk tempat duduk bahkan lebih ekstrem dibandingkan 15 tahun yang lalu."
Seorang pengguna Threads menulis, "Meski belum pernah melihat Los Angeles pukul 4 pagi, saya sudah melihat Ru Lin pukul 3 dini hari," sambil mengunggah foto pemandangan di luar bimbingan belajar. Terlihat banyak siswa sedang membaca buku, bermain ponsel, dan orang tua membawa kursi sendiri untuk mengamankan tempat duduk, menunggu hingga pukul 8 pagi untuk mengambil nomor antrian.
Pengunggah lebih lanjut menjelaskan bahwa ini adalah siswa kelas 1 SMA yang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk semester berikutnya. Karena yang mendaftar lebih dulu bisa memilih tempat duduk lebih dekat dengan guru, mereka harus datang lebih awal. Bimbingan belajar mulai memberikan nomor antrian pada pukul 8 pagi, tetapi antrean sudah mencapai toko swalayan di sebelahnya pada ukul 5 pagi. Ada juga siswa yang mengatakan, "Saya datang tepat pukul 8 pagi, tetapi baru selesai membayar pukul 3 sore."
Unggahan ini dengan cepat menarik perhatian dan memicu perdebatan. Banyak netizen yang terkejut, "Tidak pernah terpikirkan bahwa bimbel juga harus antri semalaman," "Sangat menyedihkan," "Apakah benar ini membuat nilai ujian lebih baik?" "Wow, orang Taiwan benar-benar gila belajar," "Tidak menyangka zaman sekarang masih harus antri untuk memilih tempat duduk di bimbel," "Wah, meski angka kelahiran menurun, masih seperti ini?"
Beberapa mantan murid juga membagikan pengalaman mereka, "Sudah 15 tahun, tapi masih seperti ini," "Mengingatkan saya pada antrian malam 15 tahun yang lalu, waktu itu belum ada ponsel, hanya bisa ngobrol terus dengan teman. Itu salah satu kenangan paling mendalam dari SMA, tapi sekarang kalau dipikir, fenomena ini sangat menyedihkan," "Antrian di Ru Lin Taichung sekarang lebih ekstrem dibandingkan 15 tahun yang lalu," "Bahkan sejak SD sudah mulai antri."
(foto: Threads)
Hobi belanja? Kamu mungkin akan menyukai lini fashion baru yang hanya dijual di Taiwan ini!
IKEA baru-baru ini meluncurkan koleksi terbaru AURTIENDE di Taiwan. Produk koleksi ini bukan untuk ditaruh di rumah, melainkan untuk dipakai ke luar. Produk ini dirancang untuk para penggemar setia IKEA, dengan logo IKEA yang tercetak jelas sehingga mudah dikenali. Produk-produk yang termasuk dalam seri ini meliputi kaos trendi, hoodie, topi, botol air, dan tas kanvas, sehingga penggemar dapat bergaya dengan gaya IKEA dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sebagai perusahaan yang fokus pada produk rumah tangga, IKEA dalam beberapa tahun terakhir mencoba mengembangkan berbagai pasar baru. Kali ini, mereka meluncurkan seri AURTIENDE yang hanya dijual secara terbatas di seluruh Taiwan. IKEA menyebutkan bahwa inspirasi dari seri ini berasal dari para penggemar setia mereka dan dirancang khusus untuk mereka. Dalam bahasa Swedia, "AURTIENDE" berarti "orisinil," yang mencerminkan penghargaan terhadap keaslian dan ekspresi diri.
(foto: Ettoday)
FAKTA UNIK
Kuliner Wajib Taitung, Barbekyu Batu Bakar Khas Suku Penduduk Asli
Taitung membuat kita teringat akan lagu balada“Datang dan Pergi ke Taitung”(來去臺東) yang dibawakan oleh penyanyi Shen Wen-cheng (沈文程). Karena liriknya yang sangat menarik, siapapun yang bisa menyanyikannya pasti tahu atraksi wisata dan kuliner apa saja yang ada di Taitung, seperti Gunung Liyu, Peternakan Chulu, nanas, dan srikaya. Selain hal-hal klasik yang disebutkan dalam lirik, sekitar sepertiga penduduk Taitung adalah penduduk Suku Penduduk Asli yang juga berperan penting dalam sejarah perkembangan Taitung. Oleh karena itu, masakan Suku Penduduk Asli juga cukup umum di sana. Oleh karena itu, mari kita berkenalan dengan salah satu makanan khas Suku Penduduk Asli, yaitu“barbekyu batu bakar”.
“Barbekyu batu bakar” secara harfiah adalah proses memanggang daging dan bahan makanan di atas lempengan batu bakar. Meskipun terdengar sederhana, memilih batu untuk memanggang memiliki teknik tersendiri. Batu bata atau batu kerikil umumnya tidak cocok untuk memanggang karena cenderung pecah saat dipanaskan. Suku Penduduk Asli sering menggunakan batu bakar untuk memanggang karena batu bakar relatif lebih keras. Batu dipanaskan perlahan agar panasnya merata dan mengurangi risiko retak.
Mengapa Suku Penduduk Asli sering memanggang daging babi hutan atau sosis? Ternyata, daging babi hutan memiliki kadar lemak yang tinggi, sehingga saat dipanaskan, lemaknya keluar dan meresap ke pori-pori batu, membuatnya lebih padat. Ini membuat batu lebih kokoh dan tidak mudah retak. Daging babi hutan yang dipanggang di atas lempengan batu memiliki tekstur lebih kering dan renyah karena lemaknya terserap oleh batu. Kelezatan inilah yang membuat hidangan ini menjadi favorit di kalangan Suku Penduduk Asli.
Di Taitung, banyak restoran menyajikan hidangan khas Suku Penduduk Asli. Selain menikmati "barbekyu batu bakar" yang lezat, Anda juga bisa menikmati pemandangan laut ditemani alunan musik yang menyejukkan hati. Jika berkunjung ke Taitung, jangan lewatkan kesempatan untuk memesan "barbekyu batu bakar" yang menggugah selera.
(foto: 都音Tuying)