
Sign up to save your podcasts
Or
(Taiwan, ROC) —- KTT G20 diadakan di New Delhi, India, pada awal bulan September. Ketidakhadiran Xi Jin-ping (習近平), yang biasanya tidak pernah absen dalam KTT G20, ternyata menarik perhatian banyak pihak. Sejumlah analis menilai, di samping dinamika global yang berubah-ubah, faktor situasi domestik Tiongkok dan kondisi kesehatan Xi Jinping kemungkinan menjadi penyebab dari ketidakhadirannya.
Tidak Puas Dengan India, Pemimpin Tiongkok Absen KTT G20
Ketidakhadiran Pemimpin Tiongkok, Xi Jin-ping, dalam KTT G20 yang berlangsung pada awal September di New Delhi, ibu kota India, menimbulkan pertanyaan. Mengingat sejak menjabat sebagai pemimpin Tiongkok, Xi selalu hadir di setiap edisi pertemuan KTT G20.
Keputusannya kali ini membuat banyak pihak berspekulasi. Sejumlah pakar berpendapat bahwa Xi sengaja tidak hadir sebagai bentuk sikap dingin, dan mengaitkannya dengan pilihan lokasi digelarnya KTT kali ini, yaitu India.
James Palmer, Wakil Editor majalah "Foreign Policy" asal Amerika Serikat, dalam tulisannya menyebutkan bahwa hubungan antara India dengan Tiongkok telah lama bersitegang, terutama pada tahun 2020 sempat terjadi insiden bentrokan di kawasan perbatasan yang harus memakan korban.
Di samping itu, keikutsertaan India dalam Dialog Keamanan Empat Negara (Quadrilateral Security Dialogue) bersama Australia, Jepang, dan Amerika Serikat, semakin membuat Tiongkok resah. Aliansi ini, yang semula hanya sebagai kerjasama sederhana, kini menjadi instrumen strategis di kawasan Indo-Pasifik, khususnya untuk menangkal dominasi Tiongkok.
Akan tetapi, Palmer kemudian menyoroti bahwa perselisihan antara negara-negara tersebut dengan Tiongkok bukanlah sebuah fenomena baru, yang membuat ketidakhadiran Xi dalam KTT G20 menjadi semakin misterius.
Uniknya, dalam pertemuan BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Xi dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, terlihat saling berinteraksi dengan harmonisnya.
Dalam sebuah pertemuan tertutup, mereka bersepakat untuk meredam ketegangan di kawasan perbatasan. Namun, Xi sepertinya merasa keberatan dengan upaya India yang tampaknya berusaha mengurangi pengaruh Tiongkok di kelompok BRICS, yang akhirnya memutuskan untuk menginkorporasi enam anggota baru.
Setelah pertemuan BRICS selesai dihelat, Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok, merilis peta resmi yang mengklaim beberapa wilayah yang selama ini dipersengketakan, termasuk provinsi Arunachal Pradesh milik India.
Dalam sejarahnya, Tiongkok pernah menginvasi Arunachal pada tahun 1962 dan menganggapnya sebagai bagian dari "Tibet Selatan".
India dengan tegas menentang klaim ini dan melihat perilisan peta baru Tiongkok sebagai sebuah provokasi. Menurut Palmer, absennya Pemimpin Xi Jin-ping dari pertemuan G20 mungkin sebagai tanggapan atas sikap India tersebut.
Kemajuan Ekonomi India Membuat Beijing Khawatir
Absennya Pemimpin Xi Jin-ping dalam KTT G20 juga diprediksi karena kekhawatiran Beijing atas pertumbuhan ekonomi India yang berkembang pesat. Anggota senior dari Partai Bharatiya Janata di India menyatakan bahwa tidak hadirnya Xi memperlihatkan kegelisahan Beijing terhadap kemajuan ekonomi India.
Survei dari Bloomberg memperlihatkan bahwa pertumbuhan PDB Tiongkok untuk 2023 diprediksi mencapai 5,1%, sedikit lebih rendah dari estimasi awal sebesar 5,2%. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi India tercatat mencapai 7,8% pada kuartal kedua tahun ini, sebuah angka yang cukup mengesankan.
Sementara itu, Mike Gallagher, Kepala Riset dari Continuum Economics, menilai bahwa penurunan investasi di sektor properti dan data ekspor yang kurang memadai menyebabkan pertumbuhan ekonomi China melambat. Berdasarkan analisis dari institusi bersangkutan, diperkirakan pertumbuhan GDP China untuk tahun ini hanya akan sekitar 4,9%.
Tidak hanya itu, apalagi India baru-baru ini juga melampaui Tiongkok sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia.
Wakil Ketua Partai Rakyat India, Baijayant Jay Panda mengatakan, "Mungkin sulit bagi Tiongkok untuk menerima bahwa, meskipun mereka adalah ekonomi dengan pertumbuhan tercepat selama empat dekade terakhir, kini posisi tersebut dipegang oleh India."
Ketidakstabilan Domestik: Xi Jin-ping Was-was untuk Berkunjung Keluar Negeri
Meskipun banyak spekulasi bahwa alasan Xi Jinping absen dari KTT G20 mungkin bukan dikarenakan faktor India. Menurut Palmer, gejolak politik dan ekonomi di Tiongkok saat ini mungkin menjadi beban utama bagi Xi. Ada kemungkinan Xi Jin-ping khawatir akan dinamika tanah air saat ia harus berkunjung keluar negeri, meski hanya sesaat.
Walaupun kekuasaan Xi semakin kuat, tetapi sebuah paradoks muncul dari situasi ini. Tiongkok, selama dua dekade lebih, menjalankan sistem kepemimpinan kolektif, membiarkan tanggung jawab dibagi di antara pemimpin senior.
Namun, dengan kontrol penuh yang dipegang Xi, ia kini menjadi sasaran kritik, terlebih lagi dengan situasi domestik yang semakin semerawut.
Indikasi lainnya, investasi dari dalam dan luar negeri mulai berkurang di Tiongkok. Hal ini mungkin mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap kepemimpinan Xi. Kendati sulit untuk memahami dinamika politik Tiongkok dari luar, beberapa isu mulai kembali muncul dan diperbincangkan oleh publik, seperti pengusiran mantan Presiden Hu Jintao dari rapat Partai Komunis, serta hilangnya sejumlah tokoh pemerintahan.
Dengan Tiongkok mengalami unjuk rasa publik terbesar dalam beberapa dekade dan ekonomi yang cenderung melambat, kehati-hatian Xi tampaknya sedikit masuk akal. Situasi ini tentunya akan menambah risiko, terutama saat ia harus melakukan kunjungan internasional.
Pendapat Berbeda Mengenai Ukraina: Xi Memilih Tidak Bertemu Pemimpin Barat
The Times of India menyebutkan bahwa salah satu alasan Xi Jin-ping absen dari G20 mungkin untuk menghindari pertemuannya dengan Presiden AS, Joe Biden. Di tengah semakin tegangnya hubungan antara AS dengan Tiongkok, otoritas Washington tampaknya kurang memberi kelonggaran kepada Beijing dalam hal perdagangan, teknologi, dan isu geopolitik.
Ditambah lagi, sejak KTT G20 di Bali pada 2022 lalu, Tiongkok dan Rusia semakin tegas dalam sikap mereka terhadap Ukraina.
Dalam konteks ini, Xi mungkin memilih untuk tidak berhadapan langsung dengan pemimpin negara-negara Barat dalam pertemuan G20 di India.
(Taiwan, ROC) —- KTT G20 diadakan di New Delhi, India, pada awal bulan September. Ketidakhadiran Xi Jin-ping (習近平), yang biasanya tidak pernah absen dalam KTT G20, ternyata menarik perhatian banyak pihak. Sejumlah analis menilai, di samping dinamika global yang berubah-ubah, faktor situasi domestik Tiongkok dan kondisi kesehatan Xi Jinping kemungkinan menjadi penyebab dari ketidakhadirannya.
Tidak Puas Dengan India, Pemimpin Tiongkok Absen KTT G20
Ketidakhadiran Pemimpin Tiongkok, Xi Jin-ping, dalam KTT G20 yang berlangsung pada awal September di New Delhi, ibu kota India, menimbulkan pertanyaan. Mengingat sejak menjabat sebagai pemimpin Tiongkok, Xi selalu hadir di setiap edisi pertemuan KTT G20.
Keputusannya kali ini membuat banyak pihak berspekulasi. Sejumlah pakar berpendapat bahwa Xi sengaja tidak hadir sebagai bentuk sikap dingin, dan mengaitkannya dengan pilihan lokasi digelarnya KTT kali ini, yaitu India.
James Palmer, Wakil Editor majalah "Foreign Policy" asal Amerika Serikat, dalam tulisannya menyebutkan bahwa hubungan antara India dengan Tiongkok telah lama bersitegang, terutama pada tahun 2020 sempat terjadi insiden bentrokan di kawasan perbatasan yang harus memakan korban.
Di samping itu, keikutsertaan India dalam Dialog Keamanan Empat Negara (Quadrilateral Security Dialogue) bersama Australia, Jepang, dan Amerika Serikat, semakin membuat Tiongkok resah. Aliansi ini, yang semula hanya sebagai kerjasama sederhana, kini menjadi instrumen strategis di kawasan Indo-Pasifik, khususnya untuk menangkal dominasi Tiongkok.
Akan tetapi, Palmer kemudian menyoroti bahwa perselisihan antara negara-negara tersebut dengan Tiongkok bukanlah sebuah fenomena baru, yang membuat ketidakhadiran Xi dalam KTT G20 menjadi semakin misterius.
Uniknya, dalam pertemuan BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Xi dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, terlihat saling berinteraksi dengan harmonisnya.
Dalam sebuah pertemuan tertutup, mereka bersepakat untuk meredam ketegangan di kawasan perbatasan. Namun, Xi sepertinya merasa keberatan dengan upaya India yang tampaknya berusaha mengurangi pengaruh Tiongkok di kelompok BRICS, yang akhirnya memutuskan untuk menginkorporasi enam anggota baru.
Setelah pertemuan BRICS selesai dihelat, Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok, merilis peta resmi yang mengklaim beberapa wilayah yang selama ini dipersengketakan, termasuk provinsi Arunachal Pradesh milik India.
Dalam sejarahnya, Tiongkok pernah menginvasi Arunachal pada tahun 1962 dan menganggapnya sebagai bagian dari "Tibet Selatan".
India dengan tegas menentang klaim ini dan melihat perilisan peta baru Tiongkok sebagai sebuah provokasi. Menurut Palmer, absennya Pemimpin Xi Jin-ping dari pertemuan G20 mungkin sebagai tanggapan atas sikap India tersebut.
Kemajuan Ekonomi India Membuat Beijing Khawatir
Absennya Pemimpin Xi Jin-ping dalam KTT G20 juga diprediksi karena kekhawatiran Beijing atas pertumbuhan ekonomi India yang berkembang pesat. Anggota senior dari Partai Bharatiya Janata di India menyatakan bahwa tidak hadirnya Xi memperlihatkan kegelisahan Beijing terhadap kemajuan ekonomi India.
Survei dari Bloomberg memperlihatkan bahwa pertumbuhan PDB Tiongkok untuk 2023 diprediksi mencapai 5,1%, sedikit lebih rendah dari estimasi awal sebesar 5,2%. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi India tercatat mencapai 7,8% pada kuartal kedua tahun ini, sebuah angka yang cukup mengesankan.
Sementara itu, Mike Gallagher, Kepala Riset dari Continuum Economics, menilai bahwa penurunan investasi di sektor properti dan data ekspor yang kurang memadai menyebabkan pertumbuhan ekonomi China melambat. Berdasarkan analisis dari institusi bersangkutan, diperkirakan pertumbuhan GDP China untuk tahun ini hanya akan sekitar 4,9%.
Tidak hanya itu, apalagi India baru-baru ini juga melampaui Tiongkok sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia.
Wakil Ketua Partai Rakyat India, Baijayant Jay Panda mengatakan, "Mungkin sulit bagi Tiongkok untuk menerima bahwa, meskipun mereka adalah ekonomi dengan pertumbuhan tercepat selama empat dekade terakhir, kini posisi tersebut dipegang oleh India."
Ketidakstabilan Domestik: Xi Jin-ping Was-was untuk Berkunjung Keluar Negeri
Meskipun banyak spekulasi bahwa alasan Xi Jinping absen dari KTT G20 mungkin bukan dikarenakan faktor India. Menurut Palmer, gejolak politik dan ekonomi di Tiongkok saat ini mungkin menjadi beban utama bagi Xi. Ada kemungkinan Xi Jin-ping khawatir akan dinamika tanah air saat ia harus berkunjung keluar negeri, meski hanya sesaat.
Walaupun kekuasaan Xi semakin kuat, tetapi sebuah paradoks muncul dari situasi ini. Tiongkok, selama dua dekade lebih, menjalankan sistem kepemimpinan kolektif, membiarkan tanggung jawab dibagi di antara pemimpin senior.
Namun, dengan kontrol penuh yang dipegang Xi, ia kini menjadi sasaran kritik, terlebih lagi dengan situasi domestik yang semakin semerawut.
Indikasi lainnya, investasi dari dalam dan luar negeri mulai berkurang di Tiongkok. Hal ini mungkin mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap kepemimpinan Xi. Kendati sulit untuk memahami dinamika politik Tiongkok dari luar, beberapa isu mulai kembali muncul dan diperbincangkan oleh publik, seperti pengusiran mantan Presiden Hu Jintao dari rapat Partai Komunis, serta hilangnya sejumlah tokoh pemerintahan.
Dengan Tiongkok mengalami unjuk rasa publik terbesar dalam beberapa dekade dan ekonomi yang cenderung melambat, kehati-hatian Xi tampaknya sedikit masuk akal. Situasi ini tentunya akan menambah risiko, terutama saat ia harus melakukan kunjungan internasional.
Pendapat Berbeda Mengenai Ukraina: Xi Memilih Tidak Bertemu Pemimpin Barat
The Times of India menyebutkan bahwa salah satu alasan Xi Jin-ping absen dari G20 mungkin untuk menghindari pertemuannya dengan Presiden AS, Joe Biden. Di tengah semakin tegangnya hubungan antara AS dengan Tiongkok, otoritas Washington tampaknya kurang memberi kelonggaran kepada Beijing dalam hal perdagangan, teknologi, dan isu geopolitik.
Ditambah lagi, sejak KTT G20 di Bali pada 2022 lalu, Tiongkok dan Rusia semakin tegas dalam sikap mereka terhadap Ukraina.
Dalam konteks ini, Xi mungkin memilih untuk tidak berhadapan langsung dengan pemimpin negara-negara Barat dalam pertemuan G20 di India.