Kalau kita sungguh-sungguh percaya bahwa Allah itu ada, kita percaya bahwa ada kekekalan—surga kekal, neraka kekal—dan bahwa manusia adalah makhluk kekal—artinya kematian tidak menghilangkan kesadaran karena manusia memang diciptakan sebagai makhluk kekal yang dirancang untuk segambar dan serupa dengan Allah—dan kalau kita percaya bahwa manusia akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, dan pasti kita akan sampai di ujung perjalanan hidup kita, maka pasti kita menyerahkan hidup kita seluruhnya tanpa ragu-ragu atas apa yang kita percayai itu. Jangan membuka peluang untuk menjadi ragu-ragu. Jangan memberi ruangan untuk kita menjadi kurang percaya, kemudian kita tidak memiliki posisi yang jelas. Kuasa kegelapan berusaha kita tidak ada di posisi yang jelas.
Kita jangan diperbodoh atau dibodohi oleh kuasa kegelapan. Ingat, bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri. Allah memberikan tatanan, tetapi Allah tidak menentukan apakah seseorang mau taat atau tidak taat, tetapi manusia itu sendiri yang menentukannya. Allah tidak memaksa. Allah adalah Pribadi yang agung. Tentu Ia tidak memaksa orang untuk mencintai diri-Nya. Allah tentu memiliki keagungan harga diri, nilai diri, martabat yang agung. Tidak memaksa manusia atau makhluk ciptaan untuk mencintai Dia, walaupun tentu Allah menghendaki dan Allah mau menikmati cinta manusia itu. Jadi, mari kita berpikir teduh. Jangan kita terdistrak oleh berbagai masalah yang terjadi di dalam hidup sekitar kita ini, yang menyita pikiran dan perhatian kita, apa pun masalah itu.
Kita tetapkan hati kita untuk mengambil keputusan pada posisi yang jelas. Kalau percaya bahwa Allah itu ada, percaya saja. Allah itu bukan hanya baik, tapi sangat baik. Dia bukan hanya setia; melainkan sangat setia. Dia sangat mencintai kita. Jadi kalau kita datang kepada Tuhan, Tuhan pasti menyambut kita. Serusak apa pun kita, kalau masih mau diperbaiki, artinya mau minta ampun, Tuhan pasti mengampuni. Kita percaya ada Allah yang hidup. Tidak ada pilihan untuk tidak percaya. Dan ingat, tidak ada yang melarang kita percaya kepada Allah. Tidak ada yang bisa mencegah kita memercayai Allah, apalagi menghalangi Allah hadir dalam hidup kita.
Jangan memberi ruangan manusia lama yang dihinggapi oleh kuasa kegelapan untuk menipu atau mengganggu kita. Ini bukan hal sederhana, ini pergumulan. Dan kita harus menang terhadap pergumulan itu. Sehingga kita tidak lagi percaya dengan perasaan, tapi dengan iman. Jangan mengharapkan ada sesuatu yang spektakuler, percaya saja.
Prinsip-prinsip begitu harus kita pahami, dan kita serahkan hidup kita sepenuhnya. Hal itu harus setiap hari di-update. Tidak memberi ruangan dunia untuk kita. Kita berprinsip bahwa Allah yang menciptakan kita dan Ia menghendaki kita segambar dan serupa dengan Dia. Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah proses untuk menjadi segambar, serupa dengan Allah, berkodrat ilahi. Kita akan menghadap takhta pengadilan Allah. Yang kita hadapi kekekalan yang dahsyat; surga kekal atau neraka kekal. Hal itu sudah menyatu di dalam diri kita. Menyatu permanen, mencengkeram jiwa hidup kita. Mewarnai hidup kita, menggerakkan hidup kita. Dan kita tetapkan posisi kita, bahwa kita ada di pihak Tuhan.
Seperti yang dikatakan di dalam Yosua 24, “tetapi aku dan keluargaku akan mengabdi kepada Tuhan.” Ini satu keputusan. Sejujurnya, banyak orang percaya yang belum punya posisi yang kokoh, termasuk para pendeta dan aktivis. Kalau kita belum memiliki posisi yang kokoh, kita pasti memberi ruangan pada dunia. Karena kita tidak yakin bahwa di dalam Tuhan itu ada kehidupan. Tidak sepenuh hati memercayai bahwa di dalam Tuhan itu ada sukacita, damai sejahtera, kehidupan, semua yang baik. Kita masih bisa ditipu oleh dunia.
Ketika kita berani memilih untuk berada di posisi Kerajaan Terang, maka kesucian kita tidak setengah-setengah, pembelaan kita untuk Tuhan tidak setengah-setengah,