Kita jadi "dipaksa" ubah gaya hidup untuk lebih bersih dan sehat supaya fisik tetap fit dan bisa memutus rantai penularan Virus COVID-19. Bagus. Tapi, gimana dengan kesehatan mentalmu? Jangan-jangan selama PSBB kamu jadi gampang marah, susah tidur, nggak fokus kerja, atau belanja online secara impulsif sampai bikin pengeluaran kok malah jadi membengkak padahal di rumah aja. Kamu nggak sendiri kok. Simak obrolan saya dengan Olvy Yustiani, Psikolog Klinis, yang kami lakukan via Zoom terkait isu ini ya.

Kita jadi "dipaksa" ubah gaya hidup untuk lebih bersih dan sehat supaya fisik tetap fit dan bisa memutus rantai penularan Virus COVID-19. Bagus. Tapi, gimana dengan kesehatan mentalmu? Jangan-jangan selama PSBB kamu jadi gampang marah, susah tidur, nggak fokus kerja, atau belanja online secara impulsif sampai bikin pengeluaran kok malah jadi membengkak padahal di rumah aja. Kamu nggak sendiri kok. Simak obrolan saya dengan Olvy Yustiani, Psikolog Klinis, yang kami lakukan via Zoom terkait isu ini ya.

Apa jadinya ketika "generasi kolonial" dari dunia korporasi yang sudah mapan dan global harus masuk ke sebuah perusahaan startup untuk mengelola sumber daya manusia yang isinya 97% Generasi Y dan Z? Butuh kebesaran hati untuk menyelami generasi yang berbeda. No size fits all.

Dudi Arisandi, Chief People Officer dari Tiket.com, membagikan formulanya dalam mengelola mayoritas generasi Y dan Z di Tiket agar dengan keunikannya dapat berkolaborasi bersama generasi lainnya untuk berkontribusi bagi tujuan organisasi. Bener nggak sih Generasi Millenial dan Zillenial itu susah diatur?

Menjadi ibu baru yang memutuskan tetap bekerja pasca melahirkan tentu bukan hal mudah, harus siap fisik dan psikis menghadapi drama dan dilemanya. Kali ini narasumber saya, Sarah Riadi, seorang Sekretaris Direksi, bercerita pengalamannya berhadapan dengan gejala awal depresi pasca melahirkan. Lewat sambungan telepon, saya juga ngobrol dengan narasumber saya yang ke-2, Miki Amrilya, Psikolog yang juga sedang menantikan kelahiran anak pertamanya, membagi saran profesionalnya menanggapi isu ini termasuk cara mendiferensiasi gejala awal Depresi Pasca Melahirkan maupun Baby Blues Syndrome.

Katanya sih, kerja di Sales akan lebih dibutuhkan karena menunjang profit perusahaan. Tapi denger-denger juga, kerja di Back Office lebih nyaman karena bisa fokus pada urusan operasional perusahaan tanpa harus cemas dikejar target angka penjualan. Lalu, kalau katanya kerja di Sales itu lebih "cuan" dan kerja di Back Office itu lebih "aman", mana yang lebih menjanjikan sebagai karir? Simak paparan dari Arie Lesmana (National Sales Head) dan Tedy Yanuar (Head of Strategy, Business, and Sales Management Dept.) salah satu perusahaan multinasional, tentang bagaimana akhirnya mereka 'mantap' (mapan dan menetap) di bidangnya masing-masing. Bisa jadi jalan yang dulu mereka lewati di awal karir adalah proses yang sedang kamu jalani saat ini.

Pemerintah Indonesia menargetkan ada 1000 startup hingga tahun 2020 nanti. Tidak hanya perang produk, terjadi pula perang tenaga kerja (Talent War). Startup berlomba-lomba merekrut talent yang sigap terhadap perubahan, tantangan, dan inovasi tanpa henti agar perusahaan tidak hanya bisa bersaing namun menjadi nomor satu. Pekerja mudapun tidak hanya diimingi gaji besar tapi juga lingkungan dan ritme kerja yang menyesuaikan karakter milenial yang dinamis dan tidak kaku.

Fika, Associate Market Manager salah satu perusahaan startup, berbagi cerita tentang realita bekerja di startup. Di balik fasilitas ala kerja-rasa-main yang terlihat dari luar, apa benar pekerja milenial sudah pasti akan cocok kerja di startup?

Demi menyuguhkan sudut pandang yang berimbang atas obrolan di episode sebelumnya, tentang Hubungan Atasan & Bawahan, maka episode kali ini saya mengajak atasan saya di kantor, Mbak Wieke Yunita, untuk memberikan perspektifnya sebagai seorang atasan.

Seperti apa Beliau memandang selisih generasi antara atasan dan bawahan yang berpotensi konflik, serta di angka berapa Beliau menilai karakter dan performa kerja para bawahannya saat ini--'bawahannya' = termasuk saya. Well, let's just be openly (and gently) fair!

Hubungan Atasan & Bawahan memang penuh warna untuk selalu jadi topik perbincangan yang terselip di antara sepiring donat gula dan secangkir kopi sepulang kerja.

Seperti apa sih cerita 2 teman saya, Gina dan Elizabeth--tentu saja bukan nama sebenarnya, menilai hubungan mereka dengan atasan masing-masing dan apa yang bisa kita pelajari dari cerita mereka? Obrolan kali ini lebih nikmat disimak dengan kalem, sudah siap kopinya? Yuk.

Ini bisa terjadi pada siapapun, terutama bagi para pencari kerja yang didesak kebutuhan untuk dapat pekerjaan dengan segera. Episode kali ini, narasumber saya membagi pengalaman tidak menyenangkan dari perusahaan yang melakukan kecurangan. Semoga ceritanya dapat menjadi pembelajaran kita untuk lebih bijak memilih tempat kerja dan mencegah dari pengalaman serupa.

Gossip dan Burnout secara teoritis adalah Toxic, namun rasanya hampir mustahil menemukan perusahaan yang Zero Gossip & Burnout. Psikolog Klinis, Robbani Aulia, memberi beberapa saran bagaimana kita menempatkan diri saat berhadapan dengan gossip dan burnout, serta bagaimana kita menolong rekan kerja kita yang terindikasi kena paparan toxic di tempat kerja. Detoksifikasi di kantor itu ternyata penting lho.