Truth Daily Enlightenment

Relasi Keselamatan dan Pengampunan


Listen Later

Keselamatan dapat dilihat dari tiga dimensi: dimensi masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Keselamatan pada dimensi masa lalu adalah ketika Yesus mati di atas kayu salib untuk menghapus dosa manusia. Dosa-dosa yang telah dan akan dilakukan manusia telah dihapuskan oleh kematian-Nya. Pada dimensi masa kini, keselamatan berbicara mengenai bagaimana individu dikembalikan kepada rancangan Allah semula yang standarnya ditentukan oleh Allah sendiri. Standar manusia ideal yang dikembalikan pada rancangan semula merujuk pada Pribadi Yesus. Sedangkan pada dimensi masa mendatang, keselamatan berbicara mengenai kedatangan Tuhan kembali untuk mengakhiri sejarah dunia. Dimensi keselamatan pada masa mendatang ini merupakan kulminasi atau puncak kesempurnaan dari proyek keselamatan dalam Tuhan Yesus.
Jika dikaitkan dengan pengampunan, terdapat pertanyaan: “sebenarnya apakah kita yang terlebih dahulu diampuni oleh Tuhan atau mengampuni orang dahulu baru diampuni Tuhan?” Hal ini dapat dipertanyakan mengingat Tuhan berkata bahwa kita tidak dapat diampuni apabila tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita (Mat. 6:12). Namun di sisi lain, pada dimensi keselamatan masa lampau dikatakan bahwa kita telah diampuni oleh Tuhan. Jadi dapat timbul kebingungan, apakah sebenarnya Allah terlebih dahulu mengampuni manusia; atau manusia harus mengampuni sesamanya terlebih dahulu baru diampuni Allah?
Ditinjau dari peta besar keselamatan, inisiatif penyelesaian dosa pertama-tama dilakukan oleh Allah. Allah dalam karya-Nya menyelesaikan dosa manusia melalui pengurbanan Yesus. Namun dalam perjalanan hidup sehari-hari, kita pasti menemukan orang-orang yang melukai, menyakiti, dan merugikan kita. Dalam hal inilah Tuhan menghendaki kita untuk menjadi seperti Dia. Setiap orang percaya harus menghidupi keselamatan dimensi masa kini dengan menghidupi gaya hidup Yesus. Salah satu gaya hidup tersebut adalah gaya hidup yang bermurah hati dalam memberi pengampunan. Tuhan menghendaki kita untuk menjadi seperti Dia dalam memberikan pengampunan.
Ketika dipertanyakan apakah kita mengampuni orang lain dulu baru Allah mengampuni kita, atau Allah dulu mengampuni kita baru kita mengampuni orang lain? Pertanyaan ini sebenarnya sulit dijawab karena tidak tepat. Mengapa tidak tepat? Karena kita harus melihat peta besar dulu. Dosa kita diselesaikan di kayu salib, tetapi karakter kita belum selesai. Kita masih memiliki cacat karakter yang harus diselesaikan dengan perubahan paradigma yang konsisten. Oleh karenanya, Tuhan pasti mempertemukan kita dengan orang yang merugikan atau menyakiti kita untuk mengobati hal tersebut. Melalui hal inilah kita hendak disempurnakan oleh-Nya. Tuhan pasti memberikan peristiwa hidup yang menstimulasi atau merangsang kita untuk marah, terluka, dan sebagainya. Sebab, dalam Roma 8:28 dikatakan bahwa Ia bekerja dalam segala perkara mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya. “Segala perkara” di sini tentunya mencakup orang-orang yang hadir secara sengaja atau tanpa sengaja melukai dan merugikan kita.
Hal ini Tuhan lakukan dengan tujuan untuk membersihkan diri bagian terdalam kita yang tidak tampak secara kasat mata. Dari luar, mungkin kita merasa baik-baik saja. Akan tetapi setelah mengalami permasalahan, kita baru dapat memahami apa yang masih menjadi kelemahan diri kita. Sehingga, kita tidak perlu heran apabila Tuhan mengizinkan ujian berupa pengkhianatan, fitnah, atau perlakuan tidak adil hadir dalam hidup kita. Tuhan hendak membersihkan “sampah-sampah” tersembunyi di kedalaman jiwa kita. Dalam level atau stadium tertentu, biasanya kita tidak merasa sakit. Misalnya ditipu 10 juta rupiah. Namun ketika diizinkan Tuhan ditipu 10 miliar rupiah, barulah tampak bahwa ternyata kita bisa memaki, mengumpat, bahkan mencelakai orang lain karena sejumlah uang tersebut. Tuhan mengizinkan level atau stadium ujian tertentu hadir dalam hidup kita untuk menyempurnakan kita.
Jadi,
...more
View all episodesView all episodes
Download on the App Store

Truth Daily EnlightenmentBy Erastus Sabdono

  • 5
  • 5
  • 5
  • 5
  • 5

5

3 ratings