Kok ada ya orang yang jadi #TimJungpal? Padahal Jungpal tuh udah mah gak pernah berani nyatain perasaan, masih bisa berani beraninya jelek-jelekin Deok-sun pula. Trus kenapa Taek jadi pilihan yang lebih cocok? Terus terus terus niiihhh, kok bisa sih ketika Sun-woo manggil Bora dengan panggilan nuna, subtitlenya bukannya nerjemahin jadi kak atau mbak tapi malah diganti jadi nama doang? Jawabannya adalah... GUE JUGA GA TAU HAHAHAHA EH TAPI gue tau nih masalah apa yang muncul akibat "kesalahan terjemahan" itu dan gimana alternatif yang bisa dilakukan. Juga membahas kasus yang agak mirip dari manga One Piece versi terjemahan VIZ yang menghapus -san dan -chan yang bikin karakter Brook dan Sanji jadi beda jauh dari yang seharusnya.

Will & Grace pertama kali tayang tahun 1998. Bukan hal yang mudah bagi sitcom dengan laki-laki gay sebagai tokoh utama, tapi serial komedi ini bisa berjalan sampai 8 season bahkan dibuat reboot-nya tahun 2017 dan berakhir April lalu. Episode ini membahas cerita-cerita homoseksualitas Will dan Jack di sitcom ini yang terasa sangat dekat dan personal bukan cuma buat gue tapi juga buat laki-laki gay kebanyakan. Juga menceritakan bagaimana cerita-cerita soal kencan, sex, relationship, dan coming out yang justru gak mendominasi dari segi jumlah episode, justru membuat gue merasa "normal"; bahwa kita hidup tuh gak melulu kencan, having sex, dan pacaran. Bahwa gue juga butuh cerita selain cerita coming out. Gay people need comedy too dan Will & Grace memberi itu. Dengerin sampai selesai ya, karna di segmen akhir gue juga ngasih rekomendasi film, tv series, dan podcast series bertema LGBT lainnya yang bisa kalian nikmati

Episode ini membahas bagaimana gue, lewat Queer Eye dan para heroesnya, melihat bagaimana kepercayaan diri dan kekuatan untuk menjalani hidup dan mengatasi masalah itu berawal dari memperhatikan dan merawat diri di level yang paling sederhana: merawat rambut, brewok, wajah, pakaian, makanan, dan tempat tinggal. Selain itu ada pula pembahasan bagaimana gue bisa mengimani Yesus meski gue gay, sama halnya seperti beberapa heroes religius yang ada di makeover show ini, dan Bobby, salah 1 dari the Fab 5.

Banyak orang mengenal sex lewat pornografi. Meski demikian, orang orang heteroseksual memiliki sumber pengetahuan seks yang lebih banyak dan lebih mudah diakses ketimbang teman teman gay. Episode ini membahas film Circus of Books, sebuah dokumenter tentang toko pornografi gay dengan nama sama yang berdiri sejak 1960-an. Film ini menceritakan bagaimana pornografi membuat teman teman gay merasa tidak aneh dengan seksualitas mereka sendiri dan bahwa mereka tidak sendirian. Ada juga cerita tentang proses Karen dan Barry menerima orientasi seksual anak mereka. Episode ini juga menjawab pertanyaan dari @regitanandiniii: apakah orientasi seksual itu ada sejak lahir atau karna kebiasaan? || Refrensi bacaan: Apa yang "membuat menjadi" gay? http://www.aglp.org/gap/3_development || Ini ada lagi referensi soal terapi perubahan orientasi seksualnya, tidak ada yang ilmiah dan etis mengenai perubahan orientasi seksual https://www.hrc.org/resources/the-lies-and-dangers-of-reparative-therapy || TED Talk tentang bagaimana narasi "born this way" itu problematis https://youtu.be/RjX-KBPmgg4

Bulan Juni diperingati sebagai pride month oleh kelompok LGBT+. Meski belakangan ini pride parade di berbagai negara dirayakan dengan meriah, gegap gempita, dan penuh warna, pride parade berawal dari momen perlawanan yang diawali oleh seorang trans kulit hitam bernama Marsha P Johnson di sebuah Gay Bar bernama Stone Wall Inn pada 28 Juni 1989. Episode ini membahas kisah perjuangan Marsha dan kontribusi Beliau yang sangat besar bagi kelompok LGBT dan bagaimana belum ada titik terang tentang penyebab asli kematiannya. Juga membahas cerita-cerita transphobia termasuk di Indonesia, dan bagaimana LGBT sering dijadikan bahan untuk content dengan narasi yang masih belum tepat. Di akhir segmen, gue juga menjawab pertanyaan yang masuk dari mas Dipta; mengapa di antara kelompok minoritas seksual dan gender, dari 4 huruf LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) yang paling sering muncul di media itu Gay?

Lewat iconic moments-nya episode ini membahas bagaimana Sex Education bukan hanya soal hubungan seks antara satu orang dengan orang lain, tapi juga tentang relasi antara seseorang dengan tubuh mereka, dan dengan orang orang di sekitar mereka termasuk keluarga.

Popular pretty girl, handsome sports guy, dan bullying adalah formula umum drama remaja. Lingkungan agama yang konservatif adalah formula umum yang biasa digunakan dalam drama LGBT yang masih belum menerima orientasi seksual minoritas ini. Episode ini membahas bagaimana the Half of It memodifikasi formula-formula umum tersebut dan menjadikannya sebuah drama cinta remaja yang polos tapi murni dan hangat. Juga membahas bagaimana Ellie yang seorang remaja SMA justru mendefinisikan cinta yang realistis. Episode ini dibuat dalam rangka International Day Against Homophobia, Biphobia, and Transphobia yang jatuh tanggal 17 Mei

di part 2 ini, gue dan Idha Umamah dari podcast I Think I Wanna Date You membahas tentang sosok Arini yang terlihat sempurna di film Love for Sale 2 dan bagaimana orang memperlakukan pacar bayaran dan pekerja seks. Episode ini juga membahas bagaimana Idha, sebagai perempuan, menjalani kencan online: stigma apa yang dia dapat terutama ketika dia melakukan hal hal yang biasanya lebih sering dilakukan laki-laki, apa fungsi dating apps buat Idha, dan menurut Idha apa itu cinta.

Dalam Love for Sale, Richard mendapat tekanan berpacaran dari teman temannya. Dalam Love for Sale 2, Ichan dituntut untuk segera menikah oleh ibunya. Episode ini membahas bagaimana perbedaan kedua cerita tersebut, dan bagaimana kalau seorang perempuan yang ada di posisi mereka, tuntutan untuk berpasangan lebih besar lagi. Bareng Idha Umamah, podcasternya I Think I Wanna Date You, episode ini juga membahas situs kencan online serupa Love Inc. yang ada di film Love for Sale.

Seorang cis-gender memerankan karakter transgender bisa jadi (sangat) problematis. Seperti misalnya Eddie Redmayne, seorang cis-laki yang memerankan karakter transpuan di film the Danish Girl. Lalu, bagaimana ketika seorang cis-perempuan memerankan karakter transpuan seperti Lee Joo Young yang memerankan Ma Hyun Yi dalam Itaewon Class? Korea Selatan adalah termasuk negara yang konservatif dengan isu LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer, dll). Bisakah karakter Ma Hyun Yi merepresentasikan struggle yang dialami oleh kelompok transgender dengan cukup akurat?