Saya sedang teringat kepada kisah nyata tentang seorang ayah yang sukses dimintakan uang seratus juta oleh anaknya untuk memulai usaha. Secara matematika uang sebanyak itu bukan hal besar dibanding kekayaan sang ayah.
Ia lantas bertanya akan digunakan usaha apa uang sebanyak itu? Anaknya menjawab bahwa ia akan mendirikan sebuah cafe, dan menurut perhitungannya modal awal itu cukup untuk sewa tempat, membeli mesin espresso, menggaji seorang barista, dan membeli furniture layaknya cafe.
Tanpa diduga, sang ayah tidak setuju. Ia mengajukan kesempatan pada anaknya itu kalau hanya sepuluh juta masih mungkin bisa ia berikan.
"Kamu itu belum pernah berbisnis, mana mungkin bisa kelola usaha yang langsung besar? Itu sama saja buang-buang duit! Belajarlah dari yang kecil dulu, sampai kamu mengerti bagaimana lika-liku usaha kecil. Barulah kamu pantas untuk diberi modal besar!"
Demikianlah cerita tersebut yang saya dengar. Meski mudah bagi sang ayah mencairkan dana sejumlah itu, namun ia hendak memberi pelajaran sesuai pengalaman hidupnya. Bahwa ilmu bisnis itu bertahap.
Kita harus menjadi ahli dulu pada usaha kecil, untuk bisa melangkah pada dunia usaha besar. Setiap pengusaha punya tingkat kepandaian masing-masing.
Sebenarnya bukan ilmu bisnis saja, namun semua ilmu pengetahuan di dunia ini memiliki tingkatan. Semua ahli dalam suatu bidang, memiliki kapasitas yang bertingkat-tingkat. Inilah yang dimaksud dalam surat Yusuf ayat 76