MANUSIA VS SEBUTIR NASI
Sudah lama saya berniat konsultasi ke dokter gigi, namun selalu saja tertunda. Alasan utamanya karena sakit gigi ini masih bersifat datang dan pergi. Jadi saya pikir belum terlalu mendesak untuk diobati.
Saya tahu penyebabnya adalah gigi berlubang dan sepertinya lubang tersebut belum terlalu dalam, yang dapat menimbulkan nyeri berkepanjangan. Saya hanya perlu berhati-hati ketika sedang makan, untuk menghindari rasa sakit yang mungkin ditimbulkan.
Tetapi memang kondisi gigi yang tidak sehat itu tak bisa dibiarkan terlalu lama. Kemarin saat makan siang, ada sebutir nasi yang menyelinap tepat ke pusat gigi berlubang tersebut. Lalu tanpa sengaja lidah saja bergerak menuju gigi itu, sehingga sebutir nasi tersebut terdorong dan "menusuk" ke akar gigi yang terbuka.
Akibatnya, secara mengejutkan saya dihantam rasa sakit yang tak tertahankan. Seolah-olah ada jarum yang sangat tajam merobek bagian gusi. Belum pernah saya merasakan nyeri yang demikian mengerikan seperti itu.
Saya menghentikan makan, menarik napas perlahan-lahan sambil meringis karena menahan sakit yang begitu berkecamuk. Tubuh saya terdiam, dengan mata terpejam untuk mencoba menenangkan diri agar tidak lebih menderita.
Selama beberapa menit tak ada yang dapat saya lakukan kecuali menjerit sekeras-kerasnya di dalam hati. Sampai kemudian rasa nyeri itu perlahan-lahan berkurang dan saya dapat melakukan aktivitas lagi setelah terduduk tak berdaya.
Sungguh rasa sakit itu meninggalkan trauma yang tak bisa hilang dari pikiran. Hingga malam hari saya masih merenung dan mencoba memikirkan hikmah dari kejadian tersebut. Tentu saja pelajaran terpenting adalah jangan menunda pergi ke dokter gigi.
Pelajaran lain, betapa saya menyadari manusia itu teramat lemah. Bayangkan saja seorang lelaki dewasa yang sehat dan kuat ternyata tak berdaya hanya melawan sebutir nasi!
Alangkah tak pantasnya kita bersikap menyombongkan diri. Apa yang mau dibanggakan? Kecerdasan, kekuatan atau kekayaan?
Ingatlah seorang tokoh besar peraih Nobel Perdamaian 1993, pahlawan yang melawan rasisme di dunia dan presiden Afrika Selatan yang revolusioner pada masanya. Meski sederet prestasi luar biasa ia raih, namun di usia lanjut ia harus menyerah dengan penyakit pikun.
Ingat pula 43 perusahaan maskapai penerbangan di seluruh penjuru bumi, seperti Thai Airways dan Air Italy, yang harus bangkrut dalam waktu singkat. Padahal mereka semua perusahaan kaya raya yang dirintis puluhan tahun. Namun tak berdaya menghadapi virus kecil bernama corona.
Tidak cukupkah contoh bagi kita bahwa keperkasaan manusia sehebat apapun ternyata harus takluk dengan hal-hal kecil yang tidak terduga. Semua ini seharusnya membuka mata kita bahwa tak ada alasan yang bisa diterima untuk membuat kita angkuh dan arogan.
Rupanya sebutir nasi yang tadi siang menusuk bagian gigi berlubang saya, dalam waktu bersamaan menusuk pula ketinggian hati ini. Mungkin pertanda saatnya ke dokter gigi dan ke dokter hati sekaligus.