Dalam hidup, tak sekali kita kehilangan arah. Bahkan saat kita tahu pasti peta dan tujuan kita. Dan tentang semua inilah podcast ini. Tak ada arah, tak ada motivasi. Hanya perayaan atas kegagalan, pencarian dan tujuan yang tak tersedia di peta.

Selagi hujan turun,

dan aku berhenti pada senyummu

Tak akan pernah kuberkata,

bahwa kita akan terus baik-baik saja.

Aku benci mengakui

kau telah melenyapkan kemampuanku

menghafal rute ke pelukanmu

Kau membawa seluruhnya

di saat aku sedang terperangkap

di penjara kita

yang ternyata untukku saja

Tepat di pergantian tahun

di jeda tegukan arak beracun

aku mengadu peluang untuk memanggilnya

dengan namamu meski sekali saja.

Dan dia katakan;

“Aku mungkin akan terluka,

tapi ya, kau bisa memanggilku

dengan apa saja.”

Ini adalah puisi yang sama

dengan yang pernah kau hadapi dulu.

Kau pernah sampai di bagian ini,

dan bermain dengan kata dan frasa.

Ingat, kau pernah membuang kata cinta dari semua liriknya

Bagimu, cinta tak pernah cukup untuk dikatakan..

Sesaat sebelum kau berangkat

untuk menyerah pada jarak

Aku melihat langit yang pucat

lalu udara menjadi amoniak

TOKO PIRINGAN HITAM 

 Puisi Arif Rizki  Di toko piringan hitam itu tempat aku pernah mencuri tanganmu, Chopin melukaiku dengan Waltz No.7 masa silam berputar di fonograf lusuh.

Sonetarium - Puisi Arif Rizki  

Tak perlu tunggu aku di kalimat terakhir sajak ini. Aku tak berada di sana, dan tak ada di mana-mana.  Aku telah mengakhiri diri sendiri jauh sebelum kata pertama. Sajak ini adalah balon yang lepas ke udara dari genggaman tangan kanak-kanak yang ditinggalkan ibunya.

Puisi Sementara | Ditulis oleh Arif Rizki

Hai, Selamat datang di channel saya, Selagi Hujan Turun. Channel ini saya hadirkan untuk teman-teman yang menyukai puisi, cerita pendek dan hal-hal yang berkaitan tentang sastra. Saya tak bisa menjanjikan banyak hal, namun untuk kamu yang terdampar di sini, silakan nikmati saja yang tersaji. Selagi hujan turun dan hidup berlanjut kembali. 

Salam (Arif Rizki)