Share Senjakala Pasca Remaja
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By Senjakala Pasca Remaja
The podcast currently has 2 episodes available.
Orang bilang Quarter Life Crisis, aku bilang Menuju Seperempat Abad.
Sok tegar didepan kawan-kawan, berjuang saja demi hidup sendiri nanti. Bukan tak memikirkan, tapi yasudahlah. Generasiku terpenuhi kata-kata paling omong kosong, toxic, edgy tai kucing. Tidak ada yang filosofis dalam hidup ini, semuanya terbentur kenyataan. Yang filosofis hanya serial kapten Tsubasa.
Rima tak lagi berakhiran sama, tak ada lagi sudut di roda berputar. Tak ada yang indah setelah ini, hari ini tidak buruk, kemarin juga biasa saja. Orang-orang manja menjadi influencer yang tidak sadar dirinya manja, membuat orang-orang diluar sana harus banting tulang tengah pekan mengejar suatu hal menjijikkan, karena harga diri ditukar dengan kekayaan. Tapi siapa yang tidak mau?
Seniman-seniman papan atas sok bijaksana memilih jalan yang dirasanya tidak menyakiti hati orang, ironinya orang harus mati tersakiti hatinya. Rembulan malam berteriak, semuanya pura-pura tak mendengar. Rambut lurus mulai mengikal, kusut, tak tau arah. Sialan.
Untuk ibu, ayah dan adikku. Kalian adalah semua-semua diluar hal tadi.
Tentu saja, maksut judul diatas tidak semata-mata hanya mendoakan gunung Merapi. Sempat terpikirkan sejenak di pikiran saya, ketika berada diatas motor pada saat siang hari yang sangat terik sambil mengumpat “Anjing panas bgt”. Dan di waktu yang bersamaan langit tiba-tiba mendung, lagi-lagi dalam hati saya mengucap, kali ini bukan umpatan, melainkan doa “Ya Allah jangan hujan”. Dan lagi lagi, di waktu yang bersamaan, dalam hati saya mengumpat “Bangsat, kok ya gini amat jadi manusia, dikit-dikit mencela bersamaan dengan dikit-dikit berdoa”.
Kembali lagi ke urusan Merapi, ko ya kita menyalahkan gunung merapi meletus, bukan bermaksud mengecilkan korban letusan. Tapi apakah kita pernah mendoakan Merapi?
Hujan kadang kala menghambat perjalanan, lantas kita mengumpat, tapi apakah kita pernah mendoakan hujan?
Matahari kadang kala mengganggu dengan panas teriknya, lantas kita mengumpat, apakah kita pernah mendoakan matahari?
Yang ada kita hanya meminta doa saja, tanpa pernah mendoakan.
Sering kali terdapat kuburan yang sudah hancur termakan waktu kita temui, yang bisa jadi sudah tidak pernah di ziarahi atau bahkan sudah tidak pernah didoakan. Apakah pernah terbesit di pikiran kita untuk mendoakan?
The podcast currently has 2 episodes available.