Perempuan-perempuan yang hidupnya dan keluarganya bergantung pada danau dan sungai Poso kini terancam oleh pembangunan PLTA Poso yang merampas ruang hidupnya. Air bersih, ikan sebagai sumber pangan dan mata pencaharian, dan sawah-sawah yang hijau adalah sumber kehidupan perempuan. Semua itu lambat laun akan hancur karena adanya PLTA Poso. Meski dibangun untuk turut menangani krisis iklim, PLTA Poso justru merusak lingkungan dan merugikan penduduk di sekitarnya terutama perempuan.
Evani Hamzah adalah Ketua Badan Eksekutif Komunitas (BEK) yang bekerja bersama perempuan akar rumput terdampak pembangunan PLTA Poso. Melalui kacamata seorang aktivis feminis, Evani bercerita tentang pandangannya terkait proyek iklim, latar belakang pembangunan PLTA Poso, dampaknya terhadap masyarakat, terutama perempuan, serta bagaimana respon masyarakat, dan perjuangan perempuan dalam mempertahankan ruang hidupnya, juga harapan mereka.