Share Solidaritas Perempuan
Share to email
Share to Facebook
Share to X
By Solidaritas Perempuan
The podcast currently has 7 episodes available.
Wea Poso atau Perempuan Poso telah turun-menurun hidup lekat bersama alam. Keseharian mereka tidak terlepas dari apa yang ada di sekitarnya. Dahulu, Sungai dan Danau Poso adalah sumber kehidupan yang memberikan kenangan manis dari banyaknya manfaat yang alam berikan pada mereka. Namun, yang manis hanya kenang dalam memori Wea Poso. Air yang dulu jernih, kini penuh limbah. Dasar yang dulu bisa mereka lihat, sekarang gelap dan tenang hingga tak tau seberapa dalamnya. Keramba ikan yang menghidupi perut-perut mereka kini rusak karena arus yang deras. Rumah dan sawah mereka hancur dan tenggelam. Kenangan indah itu berhenti sejak proyek PLTA Poso mulai membangun dengan serakah. "Patende", suara-suara surga telinga yang hanya omong kosong belaka hanya menjadi solusi palsu setiap kali negara mengklaim bahwa proyek ini akan memberi banyak manfaat bagi mereka.
Di Hari Lingkungan Hidup ini, ayo sama-sama kita ingatkan lagi kepada negara bahwa perempuan punya hak penuh atas lingkungan mereka, begitupun Wea Poso yang hingga hari ini masih terus mempertahankan ruang hidupnya. Mari sama-sama kita bersolidaritas dan mempertahankan lingkungan kita yang setiap hari terus-menerus dihisap demi kantong-kantong penguasa. Stop perusakan lingkungan! Jangan rusak ruang hidup kami!
#SolusiPalsu
#PerempuanBerdaulat
#TolakPLTAPoso
Dissapointed But Not Surprised.
Pada episode pertama ini, Suara dari Desa datang dari suara Bawi Dayak atau Perempuan Dayak yang telah turun menurun hidup berdampingan dengan alam. Kali ini ceritanya hadir dari dapur rumah seorang ibu di Kalumpang. Bersama kawan-kawan dari Mantangai Hulu, mereka membagikan nostalgia masa kecil mereka di tanah gambut yang penuh dengan kenangan baik akan hutan-hutan dan hasil pangan yang melimpah. Di tepi rumah mereka yang berbatasan dengan Sungai Kapuas, mereka dahulu juga mudah sekali untuk menangkap ikan. Namun kenangan baik itu perlahan tergerus dengan proyek-proyek yang merusak kelestarian alam tempat mereka hidup dan mereka jaga selama ini. Tanah yang biasanya dapat memanen padi-padi dengan benih-benih lokal yang berlimpah, kini sirna akibat masifnya perampasan ruang hidup oleh negara. Walaupun begitu, mereka masih terus semangat berlawan melalui inisiatif-inisiatif yang digalang bersama, demi kehidupan dan kelestarian alam di hari ini dan nanti. Para perempuan ini bertutur untuk mengenang sekaligus mengingatkan alasan mengapa mereka masih terus berjuang hingga hari ini.
Permasalahan lingkungan telah melahirkan keresahan bagi tiap masyarakat, ditambah dampak nyata kerusakan lingkungan dan masifnya perampasan ruang hidup yang lambat laun sampai pada kita. Keresahan itu kemudian mewujud menjadi upaya-upaya kolektif yang tumbuh menjadi aksi bersama.
Perempuan-perempuan yang hidupnya dan keluarganya bergantung pada danau dan sungai Poso kini terancam oleh pembangunan PLTA Poso yang merampas ruang hidupnya. Air bersih, ikan sebagai sumber pangan dan mata pencaharian, dan sawah-sawah yang hijau adalah sumber kehidupan perempuan. Semua itu lambat laun akan hancur karena adanya PLTA Poso. Meski dibangun untuk turut menangani krisis iklim, PLTA Poso justru merusak lingkungan dan merugikan penduduk di sekitarnya terutama perempuan.
Evani Hamzah adalah Ketua Badan Eksekutif Komunitas (BEK) yang bekerja bersama perempuan akar rumput terdampak pembangunan PLTA Poso. Melalui kacamata seorang aktivis feminis, Evani bercerita tentang pandangannya terkait proyek iklim, latar belakang pembangunan PLTA Poso, dampaknya terhadap masyarakat, terutama perempuan, serta bagaimana respon masyarakat, dan perjuangan perempuan dalam mempertahankan ruang hidupnya, juga harapan mereka.
Lebih lanjut baca Catatan Akhir Tahun Advokasi Kasus Solidaritas Perempuan di https://drive.google.com/file/d/1q0ZHOjvGy0Q296bIQfD-YZtgwpM3F7ng/view
Musik: https://www.bensound.com
Ibu Surati berjuang menyelamatkan diri dan teman-temannya dari perdagangan manusia yang bermula dari agen penyalur TKI. Lika-liku jalur hukum ia tempuh demi memperoleh keadilan dan menyelamatkan perempuan lain dari kejahatan yang sama. Bagaimana perjalanan Ibu Surati hingga selamat dari perdagangan manusia? Bagaimana ia berupaya untuk sembuh dari trauma yang mendalam? Lantas, bagaimana seharusnya pemerintah melindungi perempuan buruh migran? Selengkapnya di Podcast Solidaritas Perempuan!
Lebih dekat dengan Solidaritas Perempuan
The podcast currently has 7 episodes available.