Suaka Kata

Kita pun duduk bersebelahan diatas sebuah bongkahan batu besar yang dinaungi sebuah pohon yang tak terlalu rindang, sambil sedikit berteduh dari terik cuaca hari ini. Kita sama-sama terdiam meresapi belai angin, menatap luas cakrawala dari ketinggian. Yang kemudian, kau membelah keheningan kita dengan obrolan hangat penuh makna. Aku pun membalas dengan kata-kata yang katamu puitis.

Selamat Datang. Perkenalkan, ini adalah kumpulan solo podcast saya, atau monolog season ke-1 dari rangkaian-rangkaian tulisan singkat yang saya posting juga di beberapa akun sosial media pribadi saya sendiri, yang pada akhirnya saya rangkum kedalam sebuah wadah yang saya beri nama "Suaka Kata". Semoga monolog ini dapat diterima oleh semua hati dan telinga. Terimakasih, dan selamat mendengarkan.

Sekarang, aku hanya bisa mengingat sebuah nama, disaat kembali kuputar video konser itu, yang masih kusimpan baik-baik dalam ponselku. Setidaknya, itu cukup menghibur untuk sekedar tersenyum atas sebuah juang yang dulu pernah coba kuupayakan.

Aku seperti berdiri diantara segitiga tanpa sisi. Tak punyai pegangan, apalagi genggaman. Kakiku-pun tak lagi menginjak tanah. Sebab rasanya, aku seperti telah mati ketika melihat kalian tengah mesra berdua.

Aku belajar dari kenyataan.

Tentang apa yang aku ingini, tapi bukan yang kau inginkan.

Tentang sebuah perbedaan yang bagiku pelengkap, namun bagimu pelenyap.

Pelajaran yang paling kutangkap adalah "kita memang tak bisa sejalan".

Hikmah yang paling kudekap hanyalah "kita tak pernah bisa se-Aamiin, meski hanya selarik doa".

Tak ada yang beda dari semua sudut pandang sebuah duka.